Breaking News

Trending Template

Donderdag 02 Januarie 2014

AQIDAH SEORANG MUSLIM


AQIDAH SEORANG MUSLIM

Aqidah merupakan pokok dari keimanan seorang muslim dalam beragama, karena apabila aqidah rusak mengakibatkan rusaknya amalan seseorang. Bahkan penyimpangan aqidah dapat menyebabkan seseorang keluar dari islam.  Aqidah dalam bahasa arab mempunyai arti yang diyakini oleh hati, maka sesungguhnya fitrah seorang manusia, hatinya meyakini bahwa ada pencipta alam semesta ini, termasuk dirinya, dan sesungguhnya pencipta itu adalah Allah Subhanahu wa ta’ala, hal itu di saksikannya ketika dialam ruh, seluruh ruh manusia bersaksi bahwa hanya Allah Subhanahu wa ta’ala saja lah satu-satunya pencipta, sebelum ruh manusia diturunkan kemuka bumi ini. Allah Subhanahu wa ta’ala mengabadikan kesaksian ini dalam firman Nya :

 “Dan , ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka : "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul , kami menjadi saksi".  agar di hari kiamat kamu tidak mengata-kan: "Sesungguhnya kami  adalah orang-orang yang lengah terhadap ini " “ (Al A’raaf :172)

Oleh karena itulah Allah Subhanahu wa ta’ala menurunkan islam kemuka bumi ini melalui para Rasul dan para Nabi ‘Alaihimussalam, mendakwahkan kembali bahwa hanya Allah Subhanahu wa ta’ala ,satu satunya Tuhan yang berhak disembah dan dita’ati, dan merefresh kembali persaksian ketika dialam ruh, sehingga hatinya yang fitrah dan fikirannya yang sehat dan terbuka akan menerima tanpa kecuali, karena ketika didunia racun-racun pemikiran menyelimuti hati dan fikiran seseorang, sehingga hati dan fikiran tersebut kotor dan meyakini adanya tuhan selain Allah Subhanahu wa ta’ala.

Dalam sabdanya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, yang diriwayatkan oleh Abu hurairah Radhiallahu’anhu , beliau berkata : “Setiap anak dilahirkan dalam fitrahnya (islam). Keduanya orang tuanya yang menjadikannya sebagai Yahudi, Nashrani atau Majusi..” (HR.Al Bukhari-Muslim)

Dan dalam sebuah Hadits Qudsi , Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman: “Aku telah menciptakan para hamba-Ku dalam fitrahnya yang lurus, lalu mereka tergoda oleh syetan sehingga menyimpang dari agama mereka. Maka Aku haramkan kepada mereka apa-apa yang Kuhalalkan kepada mereka. Lalu syetan memerintahkan mereka untuk menyekutukan diri-Ku denga sesuatu tanpa ilmu yang Ku-berikan kepadanya.” (HR.Muslim)

Sungguh, bagi seorang muslim yang berakal sehat , aqidah yang perlu ditanamkan secara kokoh adalah Tauhidullah, mentauhidkan Allah Subhanahu wa ta’ala, Karena tidaklah manusia diciptakan melainkan untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, seperti yang difirmankan Nya :

“Dan tidaklah Kami ciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah kepada Ku.”( Adz Dzariyat :56 ),

Dan Rasululah Shallallahu’alaihi wasallam , bersabda “Hak Alloh atas hambaNya bahwa mereka menyembahNya dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu pun”.
(HR. Muttafaqun Alaihi )

Oleh karena itu, barang siapa yang tidak menyembahnya ataupun mempunyai keyakinan bahwa ada tuhan selain Allah Subhanahu wa ta’ala, maka ia telah belaku syirik akbar, dan batal-lah keimanan nya.

Dan beribadah kepada Allah Subhanahu wa ta’ala , tidak akan sampai atau tidak diterima melainkan dua (2) perkara yang ditunaikan yaitu ikhlas,

“Dan tidaklah mereka diperintah kecuali agar beribadah kepada Alloh dengan hanya mengikhlaskan diin untukNya”. (Al Bayyinah :5 )

dan Ittiba’ terhadap sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam yaitu apa-apa yang diperintahkan atau dicontohkan beliau dan apa yang dilarang beliau Shallallahu’alaihi wasallam .

“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.” ( Al Hasyr :7)

“Barang siapa melakukan suatu amal yang tidak ada dalam perkara (perintah / contoh) kami maka amalan itu tertolak” (HR.Muslim)

Beribadah kepada Allah Subhanahu wa ta’ala haruslah dengan perasaan takut dan penuh harap, takut akan siksa Nya yang pedih dan berharap akan surga Nya yang abadi. Dan merasakan bahwa dirinya, gerak-gerik nya selalu diawasi oleh yang Maha Melihat.

Tauhidullah mempunyai faedah yang sangat besar bagi orang-orang mukmin,  yaitu merupakan petunjuk didunia dan keamanan diakhirat kelak, orang-orang  yang beriman kepada Allah Subhanahu wa ta’ala  dan tidak menyekutukannya akan mendapatkan keamanan dari Allah  Subhanahu wa ta’ala  diakhirat kelak, dimana saat itu masing-masing sibuk mencari pertolongan dan keamanan, sungguh orang beriman  yang bertauhid kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dengan tidak menyekutukannya orang-orang yang mendapat petunjuk dan beruntung, dan siapakah yang paling baik pertolongannya selain pertolongan Allah Subhanahu wa ta’ala ?

“Orangorang yang beriman dan tidak mencampur keimanan mereka dengan kedholiman [kesyirikan] mereka mendapatkan keamanan dan merekalah orang-orang yang mendapatkan petunjuk.” (Al ‘An’am :82)

Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam  bersabda : “Hak hamba terhadap Alloh bahwa Dia tidak menyiksa orang yang tidak menyekutukanNya dengan sesuatupun” (HR. Muttafaqun ‘alaihi)

Itulah tujuan Allah Subhanahu wa ta’ala  mengutus para Rasul, untuk mengajak manusia agar tidak menyekutukan Allah Subhanahu wa ta’ala, Allah Subhanahu wa ta’ala  berfirman :

“Dan sungguh Kami telah mengutus pada setiap umat seorang rasul hendaklah kalian menyembah Alloh dan menjauhi thoghut”. (An Nahl :36)

Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam  bersabda : “Para nabi itu bersaudara dan agama mereka satu . ya’ni semua rasul mengajak kepada tauhid”.(HR Muttafaqun Alaihi)

Dengan cara menge Esa kan dalam beribadah kepada Nya, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman :

“Demikian itu karena Alloh adalah Dialah yang haq dan apa yang mereka seru selainnya adalah yang batil.(Al Hajj :62)

Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam  bersabda :“Hendaklah yang pertama kali yang engkau menyeru mereka kepadanya persaksian bahwa tidak ada Ilah yang berhak disembah kecuali Alloh”. .(HR Muttafaqun Alaihi)

Dengan  satu kalimat yang orang-orang mukmin menjadi bersatu hati-hati mereka yaitu Laa Ilaaha Illallah. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman :

“Allah tidak ada Tuhan selain Dia. Dan hendaklah orang-orang mu'min bertawakkal kepada Allah saja” (At Taghaabuun :13)

Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam  bersabda : “Barang siapa yang berkata : tidak ada Ilah yang haq disembah kecuali Alloh, haramlah hartanya [untuk diambil] dan darahnya [untuk ditumpahkan] “ (HR Muslim)

Dengan demikian hal ini merupakan sesuatu yang harus diperhatikan oleh setiap muslim yang beriman, hendaknya mengintrospeksi diri-diri masing-masing apakah ia termasuk orang-orang yang berserah diri (islam) dalam beribadah kepada Nya tanpa menyekutukannya dan beribadah sesuai dengan apa yang di syari’atkan Nya melalui Rasul Nya Shallallahu’alaihi wasallam . Karena Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

“ Sesungguhnya telah ada pada  Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu  bagi orang yang mengharap  Allah dan  hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Al Ahzab : 21)

Wallahu’alamu Bishshawab.

Saat dunia dilanda keterpurukan dalam berbagai aspek kehidupan; aturan ilahiah dipalsukan, nafsu duniawi menguasai pandangan, pikiran dan perasan manusia, nilai kemanusiaan lenyap bahkan berubah menjadi nafsu kebinatangan, pembunuhan merajalela, bahkan anak sendiri dikubur hidup-hidup, saat itulah Muhammad SAW lahir bagai oase di tengah sahara, yang kelak mempersembahkan energi kehidupan bagi kebangkitan peradaban manusia.
Kehadiran Muhammad SAW di atas panggung kehidupan mengusung tugas sebagai penyelamat, seperti yang dijelaskan oleh beliau sendiri dalam sabdanya, “Saya bagaikan seorang yang menyalakan api. Ketika api itu menerangi ruangan sekitarnya, maka serangga dan binatang-binatang melata yang berada disekitar api itu nyaris terjatuh kedalam api, lalu orang tersebut berusaha menahan binatang-binatang tadi, tetapi mereka (binatang-binatang) itu justru menyerangnya, maka terjatuhlah. Demikianlah, aku berusaha menahan kalian agar tidak terjerumus ke dalam neraka, tetapi kalian justeru menjerumuskan diri kedalamnya.” (HR. Bukhari Muslim).
Dengan keluhuran pribadi Nabi Muhammad SAW, kebersihan jiwanya, kemuliaan akhlaq dan ketinggian moralitasnya (QS. 68:4), tidak dapat dipungkiri telah mampu membangkitkan dunia dari keterpurukan. Menuntun manusia ke jalan yang lurus, mewujudkan keadilan, menumpas segala bentuk kezaliman, menyebarkan kedamaian Islam dan memerangi berbagai penyelewengan. Allah SWT berfirman, “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam ” (QS. 21: 107). Maka maulid Nabi Muhammad SAW adalah kelahiran peradaban unik (Islam).
Sang Idola Itu Adalah Muhammad SAW
Satu bentuk dari kasih sayang Allah SWT kepada manusia adalah ketika mengutus Rasul dari golongan manusia (QS. 25: 20), dan bukan dari golongan malaikat (QS. 17: 95). Karena manusia adalah tidak dapat menemukan jalan hidupnya sendiri kecuali melalui petunjuk seorang Rasul yang bisa diikuti dan diteladani. Maka bagi orang-orang beriman, Rasulullah SAW merupakan karunia Allah SWT yang harus disyukiri.
Oleh karena itu, mencontoh, meneladani dan mencintai Rasulullah SAW dengan kecintaan mendalam merupakan kelaziman bagi setiap muslim. Rasulullah SAW bersabda, “Demi Allah, tidak beriman seseorang diantara kalian sehingga mencintaiku lebih dari orang tuanya, anaknya dan semua manusia”. (HR. Bukhari Muslim)
Cinta kepada Rasulullah SAW adalah cinta imani, yaitu cinta yang motivasinya keimanan dan kecintaan kepada Allah SWT. Sedangkan mengikuti, meneladani dan mentaati ajaran Rasulullah adalah konsekwensi dari pengakuan dan perasaan cinta. Bukankah Allah SWT berfirman, “Katakanlah jika kalian cinta kepada Allah maka ikutilah aku”. (QS.3: 31).
Jadi, apalagi yang menghalangi kita untuk mencintai, mentaati, meneladani dan mengidolakan Rasulullah SAW, kalau bukan kebodohan, kekufuran dan keangkuhan. Maka jangan malu-malu dan ragu meyakini dan menyatakan: “ar Rasul Qudwatuna (Rasulullah Muhammad SAW adalah teladan dan idola kami ). Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kalian, yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah “. (QS.33: 21)
Ibnu Katsir Berkata, “Untaian ayat yang mulia ini menjadi dasar utama   kewajiban berqudwah kepada Rasulullah SAW dalam tindakan dan perkataannya”.
Muhammad SAW Seorang Yang Berakhlak Mulia
Siapakah kiranya sosok laki- laki berbudi pekerti amat mulia, yang lahir dari rahim sejarah? Dialah Muhammad SAW. Ia produk ta’dib Rabbani (didikan Tuhan). Ummul Mu’minin A’isyah ra. Pernah ditanya tentang akhlak Rasulullah SAW, maka ia menjawab, “Sesungguhnya akhlak Rasulullah  adalah Al Qur’an”.
Bagaimana tidak? Jika tujuan dari misi besar da’wahnya adalah seperti yang beliau tegaskan dalam sabdanya, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak”. (HR.Malik). Dan bagaimana tidak? Jika orang yang paling beliau cintai adalah, ” Orang yang paling baik akhlaknya”. (HR.Ahmad).
Rasulullah SAW memiliki sifat sabar dengan segala ma’na yang dikandungnya; sabar menghadapi tekanan, penyiksaan dan hinaan musuh, sabar menghadapi musibah kematian kerabat dan sahabatnya, sabar menghadapi sakit, kelaparan dan kemiskinan. Beliau juga lembut, murah hati, penyayang, pemaaf disaat kuasa membalas.
Ketika masyarakat Tho’if menyiksa dan menghinakannya, malaikat penjaga bukit menawarkan untuk menghancurkan mereka dengan bukit, tapi beliau menolak seraya bersabda, “Ya Allah, ampunilah kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui”, sembari terus berharap keislaman mereka dan anak cucunya. Ketika fathu Makkah, beliau bersikap diluar dugaan musuh yang sedang ketakutan. Beliau hanya mengatakan apa yang pernah dikatakan Nabi Yusuf kepada saudara- saudaranya, “Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kalian, mudah- mudahan Allah mengampuni kalian, dan Dia Maha Penyayang diantara para penyayang” (QS.12:92).
Rasulullah SAW juga pemberani yang penuh patriotisme. Ali ra.berkata, “Dahulu kalau pertempuran menghebat, maka kami berlindung di belakang Rasulullah, sehingga tak seorang pun yang lebih dekat dengan musuh ketimbang beliau”.
Di puncak kebesaran dan kekuasaannya yang pernah membuat iri raja-raja dunia, Rasulullah sangat tawadhu’, jauh dari sifat sombong. A’isyah berkata, “Beliau biasa menambal terompahnya, menjahit bajunya, mengerjakan sesuatu dengan tangannya sendiri seperti seorang diantara kalian dalam rumahnya, mencuci pakaiannya, memerah air susu dombanya dan membereskan urusannya sendiri.”
Jika umat dan bangsa ini ingin merajut kembali simpul- simpul moralitasnya yang sudah pudar, maka kepribadian Rasululla SAW adalah cermin yang paling bening. Beliaulah gudangnya sift-sifat kesempurnaan.”Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS.68:4).
Muhammad SAW Seorang Kepala Rumah Tangga
Di saat banyak bahtera rumah tangga hancur dihantam badai kekerasan, percekcokan dan perceraian, maka rumah tangga Rasulullah SAW adalah cerminan “surga dunia.” Beliau adil kepada semua istrinya dalam memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan, juga waktu tinggal, ziarah dan kebutuhan biologis lainnya. Bahkan ketika dalam sakit menjelang wafat harus tinggal di salah satu rumah istrinya, hal itu tidak beliau lakukan kecuali setelah mendapat ridha dari semua istrinya. Begitu besar perhatian dan kehati- hatian RasulullahSAW dalam bersikap adil. Meski demikian beliau selalu memohon ampun kepada Allah SWT atas keterbatasannya dalam hal yang hanya menjadi kuasaNya seraya berucap, “Ya Allah, inilah pembagian yang hamba mampu lakukan, maka ampunilah atas apa yang hamba tidak mampu lakukan”. (HR. Ashabus Sunan)
Rasulullah SAW telah memposisikan wanita di tempat terhormat di saat semua peradaban menghinakannya, memberikan hak-haknya dikala dunia merampasnya. Beliau benar-benar telah membumikan firman Allah, “Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS.2: 228)
Rasulullah SAW siap bermusyawarah, berdiskusi dan mengambil pendapat istri- istrinya jika kebenaran di pihak mereka. Beliau tidak segan ketika di rumah harus memenuhi kebutuhannya sendiri, bahkan kebutuhan istrinya sebagai bentuk bakti suami kepada istri.RasulullahSAW bersabda, “Baktimu kepada istrimu adalah sadaqah.” (HR.    )
Sebagai seorang suami, di mata istri- istrinya beliau sosok yang berparas menarik, murah senyum, murah hati, pandai bercanda dengan berkata benar. Tetapi beliau juga bijak dalam meredam api kecemburuan diantara istri- istrinya, bahkan tegas menghadapi tuntutan mereka dalam hal materi seperti  ditegaskan dalam firman Allah. (QS.33: 28-29).
Begitulah sikap beliau di mata anak-anak dan pembantunya. Rasulullah bersabda, “Sebaik- baik kalian ialah yang terbaik terhadap keluarganya dan akulah orang terbaik diantara kalian terhadap keluargaku.” (HR. Tirmidzi).
Muhammad SAW Seorang Pendidik
Mengajar dan mendidik adalah tugas asasi Rasulullah SAW, seperti beliau tegaskan sendiri dalam sabdanya, “Sesungguhnya aku diutus sebagai pendidik. Bahkan Al Qur’an sejak awal telah menjelaskan hal itu secara gamblang dalam firman Allah SWT, “Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul diantara mareka, yang membacakan ayat-ayatNya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar- benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS.62: 2).
Sehingga tidak mengherankan jika Rasulullah SAW menghabiskan sebahagian besar kehidupannya untuk mengajarkan Kitab Allah dan As Sunnah serta mendidik kaum muslimin berdasarkan kedua sumber tersebut. Karena hanya dengan proses ta’lim dan tarbiyah (mengajar dan mendidik) pesan-pesan langit itu membumi, kebaikan dan kebenaran mengakar dalam kehidupan masyarakat. Hanya dengan ta’lim dan tarbiyah seluruh aspek kehidupan manusia menjadi mapan; aspek social, politik, ekonomi, keamanan dan aspek moralitas sekalipun.
Satu dari sekian banyak indikator keberhasilan  ta’lim dan tarbiyah Rasulullah SAW adalah kemampuan beliau mencetak manusia-manusia unggul dalam kebaikan dan kesolehan dengan cara Islam.Beliau mampu menggali potensi yang dimiliki oleh masing- masing sahabat, sehingga pada kepribadian mereka terjadi perubahan yang signifikan bila dibandingkan dengan sebelum mereka berada dibawah naungan ajaran dan didikan Rasulullah SAW. Sebut saja Umar bin Khattab ra. dimasa jahiliyah; pola pikir, karakter dan perasaanya terbelakang, wawasannya terbatas, hobinya santai dan mabuk- mabukan.
Selain meneguk air kesegaran Islam dari Rasulullah SAW, beliau juga dikenal sebagai sosok yang cerdas, negarawan ulung, simbol keadilan, berwawasan luas dan berfirasat tajam. Lihatlah Abdullah bin Mas’ud ra., seorang pengembala yang tidak dikenal kecuali oleh tuannya. Setelah mendapat ta’dib nabawi (didikan Nabi), beliau dikenal sebagai peletak dasar mazhab fiqih Islam, yang pendapat-pendapatnya banyak diadopsi oleh Imam Abu Hanifah An Nu’man. Kiranya benar apa yang pernah diungkapkan oleh salah seorang panglima perang Persia ketika melihat kaum muslimin, “Sungguh Umar memakan jantung hatiku karena telah mengajarkan kepada mereka akhlak mulia. Sebenarnya bukan Umar yang mengajarkannya, tetapi Muhammadlah yang mengajarkannya kepada Umar dan mereka.” (ar Rosul hal.160-165). Sungguh, kepribadian Rasulullah SAW adalah ayat Allah yang tidak akan pernah habis. (QS.18: 109).

Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking

Designed By VungTauZ.Com