Current
Value Accounting (Akuntansi Arus Nilai Saat Ini)
CURRENT
VALUE ACCOUNTING
CVA meliputi semua sistem untuk
menghitung nilai sekarang atau perubahan dalam harga khusus mencakup current
cost accounting, replacement accounting dan current exit price accounting /
selling price accounting. CVA berkaitan dengan naik turunnya nilai asset
tertentu bukan menurunnya daya beli sekarang,income tidak dipertimbangkan.
Ada dua pendekatan utama dalam CVA.
Pertama, current cost / replacement cost (Biaya Pengganti) yang banyak
digunakan dalam asset nonmoneter yakni asset dinilai pada apa yang dikorbankan
untuk menggantikannya. Kedua,current exit price / selling price / net realiable
value (Biaya Penjualan) menilai asset pada tingkat harga penjualan dikurangi biaya
pelengkap penjualan. CVA berakibat dalam holding gains dan kerugian saat asset
nonkeuangan dinilai ulang dan lebih kompleks pengelolaannya.
Current
Value : GPP Accounting
GPP
dan CVA digabungkan dalam real value system.
Current
Value Accounting (Akuntansi Nilai Sekarang) di Belanda
Di Belanda, orang-orang telah
menyadari adanya akuntansi nilai sekarang (current value accounting) sejak
lama. Pendidikan yang ekstensif bagi para akuntan dalam ekonomi bisnis
menghasilkan filosofi akuntansi yang difokuskan dengan nilai dan biaya sekarang
dan dengan prinsip dan praktek ekonomi bisnis. Walaupun disana tidak diperlukan
persyaratan untuk menggunakan akuntansi nilai sekarang (current value
accounting), sebagai informasi utama atau tambahan, namum terdapat beberapa
faktor pendukung untuk menggunakannya.
Ada
dua alasan mengapa fokus pada Belanda walaupun tidak ada persyaratan untuk
biaya sekarang atau akuntansi GPP yaitu :
1. Melibatkan teori Professor Theodore Limperg,
yang sering disebut sebagai Bapak teori nilai ganti karena dari hasil kerja
rintisannya di Belanda tahun 1920 dan 1930. Beliau memfokuskan diri pada
hubungan yang kuat antara ekonomi dan akuntansi dan percaya bahwa pendapatan
tidak bisa dicari tanpa memelihara sumber pendapatan bisnis dari kelangsungan
bisnis atau sudut berkelanjutan.Oleh karenanya, pendapatan merupakan fungsi
penghasilan dan nilai penggantian daripada biaya historis. Dengan tambahan,
Limperg mempertahankan bahwa informasi nilai sekarang akan digunakan oleh semua
manajemen pembuat keputusan sebagai pemegang saham.
2. Belanda belajar dari pengalaman pada
perusahaan multinasional besar yaitu Philips, yang merupakan pelopor laporan
keuangan nilai sekarang. Faktanya, Philips pertama kali menggunakan pendekatan
ini tahun 1936 untuk tujuan akuntansi biaya internal dan memperkenalkannya
tahun 1952 ke dalam laporan utama untuk tujuan pelaporan keuangan. Namun pada
tahun 1992, perusahaan memutuskan untuk kembali pada akuntansi biaya historis
dan akan memperbaiki komunikasi para pemegang saham, dengan sederhana sistem
akuntansi dan prosedur-prosedurnya dipergunakan, dan lebih dekat dengan praktek
akuntansi internasional.
Meskipun begitu, Philips adalah
contoh yang menarik dan berharga dari aplikasi praktek dalam nilai akuntansi
sekarang. Dalam laporan keuangan nilai sekarang, Philips menggunakan nilai
penggantian sekarang bersama dengan proses penyesuian untuk merefleksikan
tingkat dimana ada penambahan keuntungan dari aset finansial dari pinjaman
daripada modal ekuitas. Di bawah sistem akuntansi nilai sekarangnya, baik itu
neraca saldo dan laporan laba rugi disesuaikan dalam kondisi tertentu nilai
bisnis yang lebih rendah (atau nilai yang dapat dicapai) diambil sebagai nilai
sekarang. Untuk persediaannya, nilai standar ditentukan pada awal tahun. Untuk
perubahan harga, indeksnya dikembangkan oleh bagian pembelian untuk grup aktiva
yang homogen dan diterapkan pada biaya standar untuk menghasilkan nilai
sekarang. Indeks-indeksnya disiapkan per tiga bulan atau dua bulan dalam
situasi dimana inflasinya lebih ekstrim.
Nilai-nilai sekarang ditentukan oleh
departemen pembelian untuk aktiva tetap oleh departemen permesinan untuk
spesifikasi desain bagian peralatan khusus, dan oleh desain bangunan dan gedung
departemen permesinan untuk bangunan.Pada kasus persediaan, indeks biasanya
digunakan untuk memperbaharui nilai sekarang dari kelompok aktiva sejenis.
Penambahan (atau pengurangan) dalam nilai persediaan dan aktiva tetap untuk
perubahan harga tertentu dikredit (didebit) ke akun surplus revaluasi pada neraca
dibandingkan ke laporan laba rugi. Akibat perubahan nilai sekarang ini
ditunjukkan dalam laporan laba rugi sebagai harga pokok penjualan yang lebih
tinggi atau lebih rendah (sebagai hasil penambahan atau pengurangan dalam harga
persediaan) dan biaya depresiasi yang lebih tinggi atau lebih rendah.
Seperti yang ditunjukan Brink
(1992), Philips cenderung untuk beberapa tahun menerapkan nilai penggantian
akuntansi dalam sebuah cara yang jauh dari konservatif dan desain untuk
mempertinggi keuntungan. Perlakuan pada pengurangan nilai persediaan dan proses
penyesuian dalam negara yang mengalami hiperinflasi, sebagai contoh secara
khusus kontroversial cukup terpisah dari kebijakan akuntansi yang berhubungan
pada mata uang asing, goodwill, dan aktiva tidak berwujud dalam hal yang umum.
MASALAH
DAN PROSPEK CURRENT VALUE ACCOUNTING
Eksistensi level yang signifikan
dari inflasi dan perubahan harga di banyak negara mempengaruhi kebutuhan dan
kegunaan sistem akuntansi inflasi yang mungkin tetap akan menjadi subjek dari
banyak kontroversi di dalam meramalkan masa depan.
Walaupun akuntansi General
Purchasing Power(daya beli umum) telah digunakan di beberapa negara Amerika
Latin yang berinflasi tinggi, tidak ada contoh standar akuntansi biaya sekarang
atau regulasi di Inggris dan Amerika Serikat di tingkat nasional yang selamat
dari akuntansi inflasi pada pertengahan 1989. Meskipun begitu, beberapa
perusahaan Eropa membuat pengungkapan nilai sekarang secara sukarela.
Kontroversi, hal ini masih
mengelilingi banyak aspek akuntansi biaya sekarang, khususnya dengan perubahan
perlengkapan dan pemeliharaan pemerolehan dan kerugian pos-pos moneter. Masalah
lainnya termasuk penggunaan indeks, khususnya tambahan luar negeri, dan
verifikasi biaya sekarang perusahaan industri yang mengalami perubahan
teknologi dengan cepat.
Memberikan kepentingan baru dalam
Current Value Accounting atau wajar, diharapkan akan ada beberapa percobaan
lebih lanjut pada variasi jenis sistem akuntansi perubahan harga. Dan juga ada
penilaian pertumbuhan dari lingkungan dimana pendekatan alternatif mungkin atau
tidak mungkin dapat dilakukan dalam pengukuran laba dan aktiva. Kegunaan output
atau harga yang menjual dalam konteks perubahan harga, khususnya dengan nilai
atau properti dan investasi, juga bisa dinilai dengan lebih baik. Dan ada juga
kesempatan-kesempatan menggunakan sumber informasi yang relevan seperti pada
arus kas.
Ada
dua pendekatan utama dalam akuntansi nilai sekarang, yaitu :
1. Biaya Pengganti (Current Cost / Replacement
Cost) yang banyak digunakan dalam aktiva non moneter yaitu aktiva dinilai pada
apa yang telah dikorbankan dengan apa yang akan menggantikannya.
2. Biaya Penjualan (Current Exit Price/ Selling
Price/Net Realizable Value) yaitu menilai aktiva pada tingkat harga penjualan
dikurangi biaya pelengkap penjualan Akuntansi arus nilai sekarang berakibat
pada keuntungan atas kepemilikan dan kerugian saat aktiva non moneter dinilai
kembali.
Akuntansi arus nilai sekarang jelas
lebih kompleks karena akuntansi ini membutuhkan gabungan antara harga
sebenarnya, perkiraan, penaksiran nilai dan kelompok aktiva yang homogen.
Statement
of Financial Accounting Concepts No.7:
“Menggunakan
Informasi Arus Kas dan Pengukuran Akuntansi dengan Nilai Saat Ini.”
SFAC
No.7 menyediakan kerangka untuk menggunakan arus kas di masayang akan datang
sebagai dasar untuk pengukuran akuntansi pada saatpengakuan awal aset atau
fresh-start measurement dan metode bunga untukamortisasi. Sebagai tambahan,
SFAC No.7 memberikan prinsip-prinsip umumyang mengatur penggunaan present
value, khususnya ketika jumlah arus kas dimasa mendatang, waktu, atau keduanya
tidak pasti dan adanya pemahamanumum dari tujuan present value dalam pengukuran
akuntansi. SFAC No.7 tidak mengatur permasalahan mengenai pengakuan atau
menentukan kapan pengukuran fresh-start dapat dilakukan. Kejadian dan keadaan
yang menyebabkan fresh-start measurement dipandang sebagai sesuatu yangberbeda
antara satu situasi dengan situasi yang lain. FASB berharap untukmemutuskan
apakah situasi tertentu memerlukan fresh-start measurement dengan menggunakan
dasar dari proyek ke proyek.Pengukuran akuntansi merupakan topik yang sangat
luas. Akibatnya,FASB memfokuskan pada rangkaian pertanyaan yang relevan
denganpengukuran dan konvensi amortisasi yang menggunakan teknik present value.
Pertanyaan diantaranya adalah:
1. Apakah tujuan dari penggunaan present value
dalam pengakuan awal atasaset dan kewajiban? Dan, apakah tujuan ini berbeda
dengan pengukuranfresh-start berikutnya atas aset dan kewajiban?
2. Apakah pengukuran kewajiban dengan present
value berbeda dari pengukuran atas aset?
3. Bagaimana seharusnya perkiraan arus kas dan
tingkat bunga dikembangkan?
4. Apakah tujuan dari present value ketika
digunakan bersamaan denganamortisasi atas aset dan kewajiban?
5. Bagaimana seharusnya amortisasi present value
digunakan ketikaperkiraan arus kas berubah?
FASB mengindikasikan bahwa tujuan
dari pengukuran present value adalah untuk menangkap perbedaan ekonomis
diantara berbagai kemungkinan arus kas di masa yang akan datang. Sebagai
contoh, masing-masing aset berikut dengan arus kas mendatang sebesar $25.000
memiliki sebuah perbedaanekonomis:
A. Sebuah aset dengan arus kas kontrak tetap dan
tertentu jatuh tempodalam satu hari sebesar $25.000.
B. Sebuah aset dengan arus kas kontrak dan
tertentu jatuh tempo dalamsepuluh tahun sebesar $25.000.
C. Sebuah aset dengan arus kas kontrak tetap dan
tertentu jatuh tempodalam satu hari sebesar $25.000. Jumlah aktual yang
diterima mungkinlebih kecil tetapi tidak lebih dari $25.000.
D. Sebuah aset dengan arus kas kontrak tetap dan
tertentu jatuh tempodalam sepuluh tahun sebesar $25.000. Jumlah aktual yang
diterimamungkin lebih kecil tetapi tidak lebih dari $25.000.
E. Sebuah aset dengan arus kas yang diharapkan
sebesar $25.000 dalamsepuluh tahun dengan jangkauan antara $20.000 sampai
$30.000.
Aset-aset ini dibedakan satu sama
lain oleh waktu dan ketidakpastian atasarus kas di masa yang akan datang.
Pengukuran berdasarkan arus kas yangtidak didiskonto akan menghasilkan pencatatan
atas masing-masing asetdengan jumlah yang sama. Karena secara ekonomis mereka
berbeda, presentvalue yang diharapkan akan berbeda. Pengukuran present value
yang secaramenyeluruh menangkap perbedaan ekonomis diantara kelima aset harus
mengandung elemen-elemen berikut:
a. Perkiraan atas arus kas di masa mendatang.
b. Harapan atas variasi waktu untuk arus
kas-arus kas tersebut.
c. Nilai waktu uang yang diwakili oleh tingkat
bunga bebas risiko.
d. Harga untuk menanggung ketidakpastian.
e. Lainnya, terkadang faktor-faktor termasuk
likuiditas danketidaksempurnaan pasar yang tidak dapat diidentifikasi.
Dua
pendekatan atas present value dibahas dalam SFAC No.7
1. Tradisional.
Arus kas single dan tingkat bunga single
seperti pada obligasi 12% yang jatuh tempo dalam sepuluh tahun. Kasus a dan b
diatas adalah contoh penggunaan pendekatan tradisional.
2. Arus kas yang diharapkan.
Jangkauan arus kas yang mungkin dengan
jangkauan kemungkinan. Kasus c,d, dan e di atas adalah contoh dari pendekatan arus
kas yang diharapkan.
FINANCIAL
CAPITAL DAN PHISICAL CAPITAL
Konsep capital maintenance yang
selama ini banyak diperdebatkan memiliki hubungan erat dengan laba. Pengertian
laba menurut Suwardjono (2006) adalah tambahan kemampuan ekonomik yang ditandai
dengan kenaikan kapital dalam suatu perioda yang berasal dari kegiatan
produktif dalam arti luas yang dapat dikonsumsi atau ditarik oleh entitas
pengusaha/pemilik kapital tanpa mengurangi kemampuan ekonomik kapital mula-mula
(awal perioda). Disini timbul suatu permasalahan karena definisi tersebut
menuntut pengukuran atau penilaian kapital pada awal perioda dan akhir perioda
akan tetapi tidak ada pembatasan bagaimana cara menilai kapital tersebut. Ada
dua jenis pengukuran atau penilaian kapital yang selama ini diperdebatkan,
yaitu financial capital maintenance (pemertahanan kapital finansial) dan
physical capital maintenance (pemertahanan kapital fisis).
Financial
capital maintenance
Kapital finansial adalah klaim
dipandang dari jumlah atau nilai yang melekat padanya tanpa memperhatikan wujud
fisis klaim tersebut. Kalau pun berwujud fisis, wujud kapital tersebut adalah
instrumen atau aset finansial.
Pada umumnya kapital finansial
adalah kapital yang dikuasai pemegang saham atau pemegang obligasi. Dengan konsep
ini, laba atau kembalian atas kapital finansial akan timbul bila jumlah klaim
finansial pada akhir periode melebihi melebihi jumlah rupiah klaim finansial
pada awal periode (setelah pengaruh transaksi pemilik/penguasa klaim selama
perioda dikeluarkan). Ini tidak terlalu kontroversi karena pengukurannya dalam
bentuk satuan mata uang, satuan mata uang tersebut secara umum dijadikan tolak
ukur daya beli.
Physical
capital maintenance
Kapital fisis lebih kontroversi
dibanding dengan kapital finansial. Kapital fisis merupakan sumber ekonomik
yang dikuasai oleh entitas yang dipandang atau dimaknai sebagai kapasitas
produksi fisis (physical productive capacity) yaitu kemampuan menghasilkan
barang dan jasa. Dengan konsep ini, kapital dapat dipertahankan kalau aset
nonmoneter diukur atas dasar kos sekarang (current cost) atau kos pengganti
(replacement cost) pada saat pengukuran. Selisih antara kos sekarang akhir
dengan kos sekarang awal (atau kos historis) merupakan jumlah penyesuaian untuk
mempertahankan kapital sehingga bagian tersebut tidak termasuk bagian dari
laba. Disinilah muncul perdebatan karena kapital fisis bertujuan untuk
mempertahankan produktifitas kapital dalam perusahaan, ini adalah sesuatu hal
yang tidak mudah untuk di terjemahkan kedalam satuan mata uang.
Untuk mempermudah pemahaman kita
mengenai perbedaan dari financial capital maintenance dengan physical capital
maintenance, berikut contoh perbedaan tersebut dalam bentuk angka:
Financial
capital maintenance (Konsep pemeliharaan modal keuangan)
Dalam penentuan laba berasumsi bahwa
perusahaan memiliki laba hanya jika aktiva bersih perusahaan yang diukur dalam
satuan uang (misalnya $, Rp) pada akhir periode melebihi nilai aktiva bersih
awal periode setelah dikurangi transaksi dengan pemilik.
Awal Periode Akhir Periode
Total aktiva $
510,000 $ 560,000
Total kewajiban $ 430,000
$ 390,000
Aktiva bersih (ekuitas pemilik) $
80,000 $ 170,000
Apabila tidak ada investasi baru
dari pemilik atau pembagian laba kepada pemilik selama satu periode, maka laba
yang terjadi $90,000. Angka ini merupakan peningkatan aktiva bersih. Namun jika
dalam periode tersebut ada investasi baru dari pemilik $40,000 dan deviden
$15,000 maka laba yang terjadi dihitung sebagai berikut:
Aktiva bersih, akhir periode $ 170,000
Perubahan (kenaikan) aktiva bersih $
90,000
Dikurangi investasi oleh pemilik
(40,000)
Ditambah dividend kepada pemilik (15,000)
Laba yang terjadi $
65,000
Physical
capital maintenance (Konsep pemeliharaan modal fisik)
Konsep ini menganggap bahwa laba
terjadi “hanya jika kapasitas produktif fisik perusahaan pada akhir periode
melebihi awal periode setelah dikurangi transaksi dengan pemilik”. Dalam contoh
diatas, jika nilai aktiva awal $80,000 meningkat di akhir $100,000 karena
peningkatan harga maka laba yang tejadi tahun tersebut $45,000bukan $65,000.
Dari contoh tersebut tampak bahwa
terjadi perbedaan laba. Pada financial capital maintenance, laba yang terjadi
menjadi lebih besar yaitu 65,000 sedangkan pada physical capital maintenance
hanya sebesar 45,000. Perbedaan sebesar 20,000 terjadi karena pada physical
capital maintenance perusahaan mempertahankan kapasitas produksi fisis mereka
agar tidak turun karena adanya perubahan harga pada nilai aktiva awal mereka
yang berdampak pada turunnya laba perusahaan.
Untuk kapital finansial, untung atau
rugi dari capital maintenance akan diperhitungkan dalam penentuan laba peruode
sebagai untung terealisasi. Bila kapital fisis dianut, untung atau rugi
penahanan tidak dimasukan sebagai komponen laba periode tetapi diberlakukan
sebagai penyesuai ekuitas pemegang saham (capital adjustment). Dalam physical
capital maintenance, kapital dapat dikatakan tetap atau dipertahankan jika
perusahaan mampu mengganti seluruh asetnya dengan aset sejenis atau kalau
perusahaan mampu mempertahankan kapasitasnya untu memproduksi barang dan jasa
secara tetap atau sama dengan periode sebelumnya. Dari paparan yang telah
disajikan diatas, telah nampak perbedaan dari financial capital maintenance dan
physical capital maintenance. Financial capital maintenance lebih berusaha
untuk mempertahankan nilai ekonomik dalam arti nilai tukar kapital. Di sisi
lain, physical capital maintenance lebih berusaha untuk mempertahankan
kapasitas produksi fisis.
Perbedaan utama dari kedua konsep
tersebut adalah pada physical capital maintenance, untung atau rugi penahanan
tidak dimasukan sebagai komponen laba periode tetapi diberlakukan sebagai
penyesuai ekuitas pemegang saham (capital adjustment). Ini berarti bahwa
sebagian dari laba dikapitalisasi dan tidak dapat didistribusikan sebagai
dividen karena perusahaan harus melakukan reinventasi untuk mempertahankan
kapasitas produksi seperti sedia kala.
Physical capital maintenance
sebenarnya adalah sebuah konsep yang sangat bagus karena, dengan konsep ini
perusahaan dapat terus mempertahankan kapasitas produksi seperti sedia kala
walaupun terjadi inflasi maupun perubahan harga. Hal ini dapat menjamin
kelangsungan hidup perusahaan. Akan tetapi masalah yang dihadapi oleh konsep ini
hingga saat ini adalah belum adanya cara yang pas, metode yang tepat, maupun
standarisasi dalam hal pengukuran atau penilaian kapital pada awal perioda dan
akhir perioda. Jika dimasa yang akan datang hal ini dapat dipecahkan maka
konsep ini akan sangat baik jika diterapkan.
Jadi, selama belum ditemukan metode
yang pas untuk mengukur atau menilai kapital pada awal perioda dan akhir
perioda, maka konsep financial capital maintenance adalah konsep terbaik saat
ini. FASB sendiri lebih mempertimbangkan konsep pemeliharaan modal dalam
menilai laba, sebab konsep ini membebaskan akuntan dari tugas sulit dalam usaha
mengukur kapasitas produktif.
EXIT
PRICE
Exit price kini merepresentasikan
jumlah kas bagi asset yang dapat dijual atau kewwajiban yang dapat dibiayai
kembali (refinance). Hal ini merupakan harga bisnis yang akan direalisasikan
jika asset dijual dalam kondisi dipesan daripada paksaan liquiditas dan harga
jual pada waktu pengukuran daripada harga jual masa mendatang yang disesuaikan
(Belkaoi 1992, p286).
Bersamaan dengan valuasi biaya
penggantian, valuasi exit price berdasar income realisasi juga melengkapi
prinsip realisasi pengakuan revenue. Keuntungan operasi diakui pada saat
produksi dimana menahan keuntungan diakui pada waktu pembelian dan sesudahnya,
ketika harga berubah daripada pada saat penjualan.
Argumen exit price adalah konsep ini
mengukur konsep ekonomi biaya opportunity i.e niai kas muncul dari penjualan
asset sebagai kebalikan penggunaan asset sekarang. Hal ini adalah ekspresi
pengorbanan ekonomi dari sebuah entitas yang diekspresikan dengan kemampuan
entitas tersebut untuk menjalankan alternative barang dan jasa. Nilai-nilai ini
bisa dikatakan relevan bagi pembuatan keputusan menyangkut apakah
perusahaan-perusahaan harus melanjutkan untuk menggunakan atau menjual asset
dan menginvestasikannya pada hal lain i.e. baik perusaan terus berjalan atau
tidak.
Exit price kini dikatakan juga
menyediakan informasi yang relevan dan berguna bagi evaluasi adaptasi keuangan
dan liquidditas perusahan. Semakin liquid perusahaan semakin bisa beradaptasi
pula perusahaan terhadap perubahan kondisi ekonomi. Chambars (1966) mengkritik
biaya historis sebagai “ Hanya sebuah masalah sederhana sejarah” dan hanya
harga sekarang mempunyai hubungan dengan pilhan suatu tindakan. Ia berpendapat
bahwa “tidak ada kesimpulan yang berguna yang dapat ditarik dari praktek
masalalu yang mempunyai hubungan terhadap kapasitas sekarang untuk
diperasionalkan dalam pasar” dan meniadakan biaya penggantian karena hal
tersebut tidak merepresentasikan kapasitas untuk bekerja dipasar dengan kas
untuk tujuan adaptasi dengan kondisi yang sekarang terjadi. Ia oleh karena itu
mengajukan harga realisasi atau harga pasar sebagai “salah satu property
financial yang secara seragam relevan dengan aksi pasar dimasa mendatang” (ibid
p 91-2). Lebih jauh Stirlling (1968) mengemukakan exit value mengabaikan
entitas yang invalid dan tidak penting sebagai going concern dengan kehidupan
tanpa batas yang merupakan dasar model biaya pengganti. Faktanya model income
realisasi mengasumsikan bahwa sebuah entitas akan mempunyai kehidupan tanpa
batas dalam bentuk keberadaannya.
Chamber (1962) juga berpendapat
bahwa exit price kini menyediakan panduan yang lebih baik untuk evaluasi
manajer dalam menjalankan fungsinya karena ia membentuk dasar kepuasan untuk
menentukan penggunaan dan disposisi asset, yang dianggap sebagai dasar, dimana
performance perusahaan dinilai.
Cahmbers (1971) juga mengetengahkan
bukti bahwa meskipun dalam praktek akuntansi, penggunaan nilai realisasi itu di
praktekkan e.g dalam penilaian persediaan, prasyaratan pengungkapan hukum UK
bagi revaluasi tanah dan harga pasar investasi. Demikianlah ia berpendapat
bahwa model income realisasi adalah ekstensi logis dari praktek ini.
Terakhir McKeown (1971) telah
menunjukkan dalam studi kasusunya ‘perusahaan elektronik’ bahwa exit price
dapat dijalankan untuk implementasi biaya dan tujuan (manipulasi risiko) serta
estimasi akurat exit value. Exit price bisa lebih dimengerti dibanding dengan
biaya penggantian sebagai nilai realisasi yang mudah untuk diinterpertasikan
sebagai nilai pasar.
Dilain pihak, Ijiri (1971)
mengkritik biaya kini karena non-bahan tambahannya. Harga bisnis sebagai
keseluruhan bukanlah penjumlahan contituen asset. Jika realisasi diprhitungkan
maka nilai realisasi entitas seluruhnya (bersama dengan goodwill dan asset
intangible lain yang tidak memilki nilai pemisah) lebih penting untuk
diperhitungkan dibanding dengan komponen assetnya.
Bell (1971) berpendapat bahwa exit
value tidak usah diperhitungkan karena tidak memberikan informasi relevan untuk
mengevaluasi performance melawan ekspektasi i.e melawan rencana operasional dan
keputusan yang dibuat oleh manajemen. Rencana dan orang yang mengembangkan
perencanaan harus di evaluasi pertama sebelum alternative masa mendatang (i.e
opportunity cost) diperhitungkan. Semenjak biaya persediaan penjualan secara
terus menerus disesuaikan dengan nilai realisasi, model gross profit-nya
Profesor Chamber akan menjadi nol, dengan demikian hal tersebut tidak
menunjukkan pekerjaan yang bagus dalam menenjukkan bagaimana perusahan bergerak
dari status ekonominya dari awal sampai akhir tahun.
Profesor Chamber “Current cash
equivalent mengasumsikan bahwa sebuah perancanaan bisnis akan selalu menjadi
satu memaksimalkan kas asset yang didapat dalam periode jangka pendek, seperti
kedaaan perusahaan, tujuan dan cara pembelajarannya nampak tidak dapat
dipraktekkan” menurut Bell (1971) bisnis yang sehat bisanya going concern dan
tetap pada bisnis untuk waktu tertentu dan tidak secara terus menerus menaksir
kembali pilihannya untuk keluar dari bisnsis, kita dapat sebut asumsi professor
Chambe sebagai “the fallacy of timeless business exits” ketika bisnis
berkomitmen pada usaha tertentu, ia akan memakan waktu sebelum rencana dan
operasi tersebut membuahkan hasil. Tidak dapat berfikir terus-menerus untuk
keluar padahal baru saja masuk.
SAZ KAUKES
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking