Breaking News

Trending Template

Saterdag 28 Maart 2015

AKUNTANSI UNTUK PERSEDIAAN

AKUNTANSI UNTUK PERSEDIAAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.   Latar Belakang
            Informasi keuangan disajikan dalam bentuk laporan keuangan. Laporan keuangan utama yang dihasilkan dari proses akuntansi adalah neraca dan laporan rugi laba. Salah satu pos dalam neraca adalah aktiva tetap. Aktiva tetap dalam neraca yang dibahas merupakan aktiva tetap berwujud yang digunakan oleh perusahaan untuk kegiatan usahanya, tidak dimaksudkan untuk diperjualbelikan dan mempunyai masa manfaat atau kegunaan lebih dari satu tahun serta mempunyai nilai material.
            perusahaan yang bergerak dalam bidang trading atau jual beli batu bara pada skala domestik. Fenomena yang terjadi pada  menyangkut aktiva tetap berwujudnya, yaitu dalam pencatatan aktiva tetap berwujud perusahaan tidak melakukan penyusutan, sehingga aktiva tetap yang dilaporkan oleh perusahaan sebesar harga perolehannya saja. Penilaian harga perolehan aktiva tetap tidak disertai dengan biaya-biaya lainnya sampai aktiva tetap tersebut siap dipergunakan dalam kegiatan operasional perusahaan.
            Aktiva tetap berwujud yang diperoleh perusahaan seharusnya dilakukan penyusutan secara periodik untuk mengetahui nilai bukunya pada akhir periode akuntansi dan dilaporkan dalam laporan keuangan di dalam neraca berupa akumulasi penyusutan serta dalam laporan rugi laba berupa beban penyusutan.
            Melihat dari jabaran di atas antara fenomena dan teori tentang definisi aktiva tetap berwujud, identifikasi permasalahan yang ada pada …………adalah menyangkut masalah dalam pencatatan aktiva tetap berwujudnya perusahaan tidak melakukan penyusutan sehingga aktiva tetap yang dilaporkan oleh perusahaan sebesar harga perolehannya saja. Penilaian harga perolehan aktiva tetap tidak disertai dengan biaya-biaya lainnya sampai aktiva tetap tersebut siap dipergunakan dalam kegiatan operasional perusahaan. Dalam pelaporannya rekening beban penyusutan tidak ada, yang menyebabkan biaya menjadi lebih kecil sehingga laba yang dihasilkan menjadi lebih besar dari yang sebenarnya.
            Akuntansi aktiva tetap sangat berarti terhadap kelayakan laporan keuangan, kesalahan dalam menilai aktiva tetap berwujud dapat mengakibatkan kesalahan yang cukup material karena nilai investasi yang ditanamkan pada aktiva tetap relatif besar. Mengingat pentingnya akuntansi aktiva tetap dalam laporan keuangan tersebut, maka perlakuannya harus berdasarkan pada Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No.16). Oleh karena itu …………perlu melakukan perbaikan pada akuntansi aktiva tetapnya. Aktiva tetap tersebut dalam penyajiannya pada laporan keuangan seharusnya membebankan biaya depresiasi yang dimiliki secara konsisten pada setiap periode dengan menggunakan metode yang dianggap sesuai untuk diterapkan, yaitu metode garis lurus untuk bangunan, peralatan dan inventaris, serta metode jumlah angka tahun untuk kendaraan dan sarana transportasi lainnya, agar diketahui nilai sisanya pada akhir periode.
            Penelitian ini penting dilakukan agar …………dapat membuat laporan keuangan dengan layak. Laporan keuangan yang layak diharapkan mampu memberikan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang membutuhkannya guna menilai kemampuan perusahaan.
2.   Batasan Masalah
Batasan  masalah  dalam  penelitian  ini  diidentifikasikan sebagai berikut :
1.   Dalam pencatatan aktiva tetap berwujudnya perusahaan tidak melakukan penyusutan sehingga aktiva tetap yang dilaporkan oleh perusahaan sebesar harga perolehannya saja.
2.   Penilaian harga perolehan aktiva tetap tidak disertai dengan biaya-biaya lainnya sampai aktiva tetap tersebut dalam kondisi siap dipergunakan dalam kegiatan operasional perusahaan.
3.   Dalam pelaporan rekening beban penyusutan tidak ada, sehingga menyebabkan biaya menjadi lebih kecil dan laba yang dihasilkan jadi lebih besar dari yang sebenarnya.
   
BAB II
PEMBAHASAN
1.   KLASIFIKASI
            Aktiva tetap merupakan aktiva tidak lancar yang diperoleh untuk digunakan dalam operasi perusahaan yang memiliki masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta tidak untuk diperjualbelikan dalam operasi normal perusahaan. Aktiva operasi tidak lancar dapat diklasifikasikan menjadi: (1) Aktiva Berwujud (tangible) dan (2) Aktiva Tak Berwujud (intangible).
2.   PENGELUARAN UNTUK AKTIVA TIDAK LANCAR
Pengeluaran untuk aktiva tidak lancar dapat dikelompokkan menjadi:
1.   Pengeluaran pada waktu perolehan;
2.   Pengeluaran seteleh aktiva tersebut diperoleh yang dapat dirinci menjadi:
1.   Pengeluaran pendapatan yang lazim disebut revenue expenditure;
2.   Pengeluaran modal yang lazim disebut capital expenditure.
1.   PENCATATAN PEROLEHAN AKTIVA TIDAK LANCAR
Harta non current dapat diperoleh dengan berbagai cara, antara lain:
1.   Diperoleh dengan harga lumpsump;
2.   Diperoleh dengan pembayaran berkala;
3.   Pembelian dengan cara leasing;
4.   Perolehan dengan trade-in
5.   Perolehan dengan menerbitkan surat berharga;
6.   Perolehan dari donasi; dan
7.   Dibangun sendiri.

D. PEROLEHAN SEKELOMPOK AKTIVA DENGAN HARGA LUMPSUM
Harga lumpsump adalah suatu harga untuk beberapa aktiva. Sebagai contoh PT A membeli tanah, bangunan dan peralatan dengan harga Rp $160,000. Harga ini harus dialokasikan kepada 3 jenis harta tersebut dengan menggunakan perbandingan harga taksiran dari tanah, bangunan, dan peralatan. Misalnya harta yang dibeli tersebut memiliki harga taksiran tanah $ 28,000, bangunan $60,000, equipment $12,000, alokasi harga $160,000 tersebut adalah sebagai berikut:
Jenis harta 
Nilai Taksiran ($) 
Perhitungan Alokasi 
Jumlah Alokasi ($)
Tanah 
28,000
28/100 x 160,000
44,800
Bangunan
60,000
60/100 x 160,000
96,000
Peralatan 
12,000
12/100 x 160,000
19,200
Jumlah 
100,000

160,000

 
    Jurnal yang dibuat untuk mencatat transaksi tersebut adalah:
Tgl. 
Akun
Debet 
Kredit 
2006
Jan 1

 
Tanah
Bangunan
Peralatan
Kas

 
44,800
96,000
19,200

 

 

 

 
160,000


1.   PEROLEHAN AKTIVA DENGAN PEMBAYARAN BERKALA
            Jika statu harta tetap diperoleh dengan pembayaran difunda atau secara angsuran, maka aktiva tersebut dicatat sebesar harga tunai aktiva tersebut bukan jumlah dari pembayaran angsuran dandownpayment-nya. Ada beberapa variasi yang mungkin timbul, seperti: 
1.   Harga tunai diketahui;
2.   Harga tunai tidak diketahui.
Contoh: perusahaan pada tanggal 2 Januari 2006 membeli sebuah aktiva yang harga tunainya adalah $100,000. Pada waktu itu dibayar uang muka $35,000. sisanya akan dibayar dengan angsuran tengah tahunan sebesar $5,000 ditambah bunga 10% dari hutang yang belum dibayar. Jurnal yang dibuat selama tahun 2006 adalah sebagai berikut:
Tgl. 
Akun
Debet 
Kredit 
2006
Jan 2

 
Tanah
Kas
Hutang

 
100,000

 

 
35,000
65,000

 
Tgl. 
Akun
Debet 
Kredit 
2006
Jun 30

 
Hutang
Biaya Bunga
Kas

 
5,000
3,250

 

 

 
8,250

 
1.   PENGGUNAAN AKTIVA TETAP
                  Jika suatu aktiva tetap dapat digunakan lebih dari satu tahun maka aktiva tersebut bermanfaat untuk memperolah pendapatan selama umurnya. Untuk menghubungkan costaktiva tetap dengan revenue yang diperoleh maka costtersebut dicatat dan dilaporkan sebagai beban pada tahun-tahun manfaatnya. Proses ini disebut depresiasi. Dengan demikian depresiasi adalah alokasi secara sistematis dan rasional atas cost dari aktiva tetap ke tahun-tahun manfaatnya.
                  Jurnal yang dibuat untuk melakukan depresiasi setiap tahunnya adalah mendebet akun Beban Depresiasi dan mengkredit akun Akumulasi Penyusutan. Misalkan untuk tahun 2005, perusahaan menyusutkan mesin sebesar $ 5,000, maka jurnal yang dibuat adalah:
Tgl. 
Akun
Debet 
Kredit 
2005
Des 31

 
Beban Penyusutan
Akumulasi Penyusutan

 
5,000

 

 
5,000
    
Karena setiap akhir tahun ada penyusutan, maka perkiraan Akumulasi Penyusutan akan selalu bertambah sepanjang masa manfaat aktiva.
    Depresiasi bukanlah teknik untuk menilai aktiva tetap dan dengan melakukan depresiasi tidaklah otomatis perusahaan menyisihkan uang untuk membeli aktiva tetap. 
    Faktor-faktor yang mempengaruhi depresiasi adalah:
1.   cost dari aktiva tetap,
2.   umur ekonomis aktiva tetap,
3.   nilai residu, dan
4.   pola penggunaan aktiva tetap.

 
1.   METODE DEPRESIASI
Terdapat beberapa metode depresiasi, yaitu:
·      Metode Garis Lurus
·      Metode Saldo Menurun
·      Metode Jumlah Angka Tahun
·      Metode Unit Input
·      Metode Unit Output
1.   Metode Garis Lurus
Dengan metode ini penyusutan tahunan dapat ditentukan dengan dua cara, yaitu:
1.   (cost-nilai residu) : umur
Misalkan nilai sebuah peralatan yang diperoleh tahun 2005 senilai Rp 16.000.000,00 dan masa manfaat ditentukan 5 tahun dengan nilai sisa Rp 1.000.000,00, besarnya penyusutan tahun 2006 dapat dihitung sebagai berikut: (16.000.000-1.000.000)/5 = Rp 3.000.000,00.
2.   Ditentukan % penyusutan, kemudian penyusutan tahunan diperoleh dengan cara mengalikan % tersebut dengan costyang disusutkan sebagai berikut:
1.   Prosentase penyusutan tahunan = 100% : umur, jadi = 100% : 5 = 20%.
2.   Dihitung penyusutan = 20% x (16.000.000 – 1.000.000) = Rp 3.000.000,00.
2. Metode Saldo Menurun
Pertama, tentukan prosentase penyusutan, biasanya dua kali prosentase penyusutan metode garis lurus. Dengan demikian jika ada mesin umurnya 5 tahun, maka tarif/prosentase penyusutan tahunannya adalah 2 x 100% : 5 = 40%.
Setelah itu ditentukan nilai buku pada awal tahun. Nilai buku adalah saldo rekening aktiva tetap dikurangi dengan saldo rekening akumulasi penyusutan. Untuk tahun pembelian, karena akumulasi penyusutannya belum ada, maka nilai bukunya adalah sebesar harga perolehannya.
Selanjutnya besarnya penyusutan satu tahun dihitung dengan cara mengalikan % penyusutan dengan nilai buku. Misalkan ada sebuah mesin dibeli tanggal 2 Januari 2001 dengan harga Rp 16.000.000 dan ditaksir dapat digunakan selama 5 tahun. Penyusutan tahun 2001, 2002, dan 2003 dapat dihitung sebagai berikut:
Tarif/prosentase penyusutan    = 2 x (100% : 5) = 40%
Penyusutan tahun 2001        = 40% x Nilai Buku
                = 40% x Rp 16.000.000
                = Rp 6.400.000
Penyusutan tahun 2002        = 40% x Nilai buku awal tahun 2002
                = 40% x (Rp 16.000.000 – Rp 6.400.000)
                = Rp 3.840.000
Penyusutan tahun 2003        = 40% x Nilai buku awal tahun 2003
                = 40% x (16.000.000 –6.400.000 – 3.840.000)
                = Rp 2.304.000
Penyusutan tahunan dapat dicari dengan rumus lain yaitu menentukan Nilai Buku pada akhir tahun ke-n = cost x (1 – tarif)n
                 = Rp 16.000.000 x (1 – 0,4) n
Nilai buku akhir tahun ke-3 = Rp 16.000.000 x     (1 – 0,4) 3
                 = Rp 16.000.000 x 0,216
                 = Rp 3.456.000,00.
Penyusutan tahun 2004 adalah 40% x Rp 3.456.000 = Rp 1.282.600,00.

 
2.   Metode Jumlah Angka-angka Tahun
Alokasi cost aktiva tetap dilakukan berdasarkan angka tahun penggunaan. Jika umur aktiva tetap adalah 5 tahun, maka tahun penggunaannya adalah tahun ke 1,2,3,4,5. Jumlah dari angka-angka tersebut akan dijadikan penyebut. Sementara itu pembilangnya adalah sisa umur dari masing awal tahun penggunaan. Pada awal penggunaan sisa umurnya masih lima tahun, oleh karenanya pembilangnya adalah 5. Setelah digunakan 1 tahun, maka pada awal tahun kedua sisa umurnya adalah empat tahun sehingga pembilangnya adalah 4. Demikian seterusnya untuk tahun ketiga, keempat, dan seterusnya.
Misalkan ada sebuah mesin dibeli tanggal 2 Januari 2001 dengan harga Rp 16.000.000 ditaksir masa manfaat 5 tahun dengan nilai residu Rp 1.000.000. Penyusutan tahun 2001, 2002, 2003, 2004, dan 2005 dapat dihitung sebagai berikut:
Tahun ke 
Perhitungan 
Jumlah
5/15 (16.000.000 – 1.000.000)
5.000.000
4/15 (16.000.000 – 1.000.000)
4.000.000
3/15 (16.000.000 – 1.000.000)
3.000.000
2/15 (16.000.000 – 1.000.000)
2.000.000
1/15 (16.000.000 – 1.000.000)
1.000.000

 
1.   Metode Unit Input
Alokasi cost aktiva tetap ke beban penyusutan tahunan digunakan jumlah input yang dikeluarkan (misalnya jam mesin) dalam suatu tahun dibandingkan dengan taksiran input (jam mesin) yang harus dikeluarkan sampai aktiva tetap tersebut diafkir. Misalkan sebuah mesin dibeli pada tanggal 2 Januari 2001 dengan harga Rp 16.000.000 dan ditaksir dapat digunakan selama 100.000 jam dengan nilai residu Rp 1.000.000. Selama tahun 2001 digunakan selama 5.000 jam, maka penyusutan tahun 2001 adalah:
(5.000/100.000) x (Rp 16.000.000 – Rp 1.000.000) = Rp 750.000

 
5. Metode Unit Output (Hasil)
Alokasi cost aktiva ke beban penyusutan tahunan menggunakan jumlah produk yang dihasilkan dalam suatu tahun dibandingkan dengan taksiran output (jumlah produk) yang akan dihasilkan sampai aktiva tetap tersebut diafkir. Misalkan sebuah mesin dibeli pada tanggal 2 Januari 2001 dengan harga Rp 16.000.000 dan ditaksir dapat digunakan untuk membuat produk sebanyak 200.000 unit dengan nilai residu Rp 1.000.000. Selama tahun 2001 digunakan selama 20.000 unit maka penyusutan tahun 2001 adalah:
        (20.000/200.000) x (Rp 16.000.000 – Rp 1.000.000) = Rp 1.500.000

 
1.   PENGAFKIRAN AKTIVA TETAP
Aktiva kadangkala dibuang karena sudah tidak digunakan lagi, misalkan sebuah mesin yang harga belinya Rp 6.000.000,00 sampai tanggal 1 Januari 2000 sudah disusutkan sebesar Rp 4.750.000,00. Penyusutan tahunannya Rp 600.000,00. Pada tanggal 24 Maret 2001 dibuang. Jurnal yang dibuat adalah:
1.   Menyusutkan untuk tahun 2001
Tgl. 
Akun
Debet 
Kredit 
2001
Mar 24

 
Beban Penyusutan Mesin
Akumulasi Penyusutan Mesin

 
150.000

 

 
150.000

 
1.   Membuang aktiva tetap
Tgl. 
Akun 
Debet
Kredit 
2001
Mar 24

 
Akumulasi Penyusutan Mesin
Kerugian Penghentian Mesin
Aktiva Tetap 

 
4.900.000
1.100.000

 

 

 
6.000.000

 

 
1.   PENJUALAN AKTIVA TETAP
Sebuah mesin yang costnya Rp 10.000.000 dan sampai dengan tanggal 31 Desember 2000 telah disusutkan sebesar Rp 7.750.000, pada tanggal 2 Januari 2001 dijual. Buat jurnal jika harga jualnya adalah: 
1.   Rp 2.250.000,00 
2.   Rp 1.000.000,00
3.   Rp 3.000.000,00

 
No.

 
Keterangan
Dijual dengan harga
2.250.000
1.000.000
3.000.000
1
Cost aktiva tetap
10.000.000
10.000.000
10.000.000
Akumulasi penyusutan s.d saat penjualan 
7.750.000
7.750.000
7.750.000
Nilai buku saat penjualan
2.250.000
2.250.000
2.250.000
Harga jual
2.250.000
1.000.000
3.000.000
Laba (rugi) (4 – 3)
0
(1.250.000)
750.000

 
    Jurnal:
1.   Dijual dengan harga Rp 2.250.000,00

 
Tgl. 
Akun 
Debet 
Kredit 
2000
Jan 2

 
Kas 
Akumulasi Penyusutan
Aktiva Tetap 

 
2.250.000
7.750.000

 

 

 
10.000.000

 
1.   Dijual dengan harga Rp 1.000.000
Tgl. 
Akun 
Debet 
Kredit 
2000
Jan 2

 
Kas 
Akumulasi Penyusutan
Kerugian Penjualan Aktiva Tetap
Aktiva Tetap 

 
1.000.000
7.750.000
1.250.000

 

 

 

 
10.000.000

 
1.   Dijual dengan harga Rp 3.000.000
Tgl. 
Akun 
Debet 
Kredit 
2000
Jan 2

 
Kas 
Akumulasi Penyusutan
Laba Penjualan Aktiva Tetap
Aktiva Tetap 

 
3.000.000
7.750.000

 

 

 
750.000
10.000.000

 
1.   PERTUKARAN AKTIVA TETAP
Menurut paragraf 20 PSAK No. 16 suatu aktiva tetap dapat diperoleh dalam pertukaran atau pertukaran sebagian untuk suatu aktiva tetap yang tidak serupa atau aktiva lain. Biaya dari pos semacam ini diukur pada nilai wajar aktiva yang dilepaskan atau yang diperoleh yang mana yang lebih andal, equivalent dengan nilai wajar aktiva yang dilepaskan setelah disesuaikan dengan jumlah setiap kas atau setara kas yang ditransfer. Dengan demikian pertukaran aktiva tidak sejenis dapat mengakibatkan adanya laba atau rugi.
Menurut paragraf 21 PSAK No. 16 suatu aktiva tetap dapat diperoleh dalam pertukaran atas suatu aktiva yang serupa yang memiliki manfaat yang serupa dalam bidang usaha yang sama dan memiliki nilai wajar yang serupa. Jika aktiva lain seperti kas sebagai bagian dari transaksi pertukaran, ini dapat mengindikasikan bahwa pos yang dipertukarkan tidak memiliki suatu nilai yang serupa. Berdasarkan paragraf 46 PSAK No. 16, pertukaran aktiva tetap seperti disebutkan pada paragraf 21, biaya aktiva yang diperoleh sama dengan jumlah tercatat aktiva yang dilepaskan dan tidak ada keuntungan atau kerugian yang dihasilkan.
1. Pertukaran Aktiva Tak Sejenis
Sebuah mesin dengan cost Rp 4.000.000,00 yang telah disusutkan Rp 3.200.000,00 ditukar dengan mesin baru tidak sejenis yang harga pasarnya adalah Rp 5.000.000,00. Perusahaan harus membayar uang Rp 3,900.000,00. Jurnalnya:
Tgl. 
Akun 
Debet 
Kredit 

Mesin (baru)
Akumulasi Penyusutan
Mesin (lama)
Kas
Laba Penukaran Aktiva Tetap
5.000.000
3.200.000

 

 
4.000.000
3.900.000
300.000

 
1.   Pertukaran Aktiva Sejenis
Sebuah mesin dengan cost Rp 7.000.000 yang telah disusutkan Rp 4.600.000 ditukar dengan mesin baru sejenis yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang bergerak pada usaha yang sama. Jurnalnya:
Tgl. 
Akun 
Debet 
Kredit 

Mesin (baru)
Akumulasi Penyusutan
Mesin (lama)
2.400.000
4.600.000

 

 
7.000.000

 
Jumlah sebesar Rp 2.400.000,00 yang dicatat sebagai harga mesin baru merupakan nilai buku mesin yang diserahkan yaitu harga beli Rp 7.000.000,00 dikurangi dengan akumulasi penyusutan Rp 4.600.000,00.





BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
1.   Aktiva tetap merupakan aktiva tidak lancar yang diperoleh untuk digunakan dalam operasi perusahaan yang memiliki masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta tidak untuk diperjualbelikan dalam operasi normal perusahaan. Aktiva operasi tidak lancar dapat diklasifikasikan menjadi: (1) Aktiva Berwujud (tangible) dan (2) Aktiva Tak Berwujud (intangible).
2.   Menurut paragraf 20 PSAK No. 16 suatu aktiva tetap dapat diperoleh dalam pertukaran atau pertukaran sebagian untuk suatu aktiva tetap yang tidak serupa atau aktiva lain.
Saran :
1.   Dalam pencatatan aktiva tetap berwujudnya perusahaan tidak melakukan penyusutan sehingga aktiva tetap yang dilaporkan oleh perusahaan sebesar harga perolehannya saja.
2.   Penilaian harga perolehan aktiva tetap tidak disertai dengan biaya-biaya lainnya sampai aktiva tetap tersebut dalam kondisi siap dipergunakan dalam kegiatan operasional perusahaan.
3.   Dalam pelaporan rekening beban penyusutan tidak ada, sehingga menyebabkan biaya menjadi lebih kecil dan laba yang dihasilkan jadi lebih besar dari yang sebenarnya
(SAZ KAUKES)


Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking

Designed By VungTauZ.Com