Konsep Dasar Akuntansi
Going concern ( Kesinambungan)
merupakan salah satu konsep penting akuntansi
konvensional. Inti going concern terdapat pada Balance Sheet perusahaan yang
harus merefleksikan nilai perusahaan untuk menentukan eksistensi dan masa
depannya. Lebih detil lagi, going concern adalah suatu keadaan di mana
perusahaan dapat tetap beroperasi dalam jangka waktu ke depan, dimana hal ini
dipengaruhi oleh keadaan financial dan non financial. Kegagalan mempertahankan
going concern dapat mengancam setiap perusahaan, terutama diakibatkan oleh
manajemen yang buruk, kecurangan ekonomis dan perubahan kondisi ekonomi makro
seperti merosotnya nilai tukar mata uang dan meningkatnya inflasi secara tajam
akibat tingginya tingkat suku bunga.
Business Entity
Konsep ini menganggap bahwa Perusahaan dipandang
sebagai suatu unit usaha yang berdiri sendiri, terpisah dari pemiliknya atau
dengan kata lain dianggap sebagai “unit akuntansi” yang terpisah dari
pemiliknya atau dari kesatuan usaha yang lain. Untuk tujuan akuntansi,
perusahaan dipisahkan dari pemegang saham atau pemilik. Maka
transaksi-transaksi perusahaan dipisahkan dari transaksi-transaksi pemilik dan
oleh karenanya maka semua pencataan dan laporan dibuat untuk perusahaan tadi.
Periode Akuntansi
Kegiatan perusahaan berjalan terus dari periode
yang satu ke periode yang lain dengan volume dan laba yang berbeda. Masalah
yang timbul adalah pengakuan dan pengalokasian ke dalam periode-periode
tertentu di mana dibuat laporan-laporan keuangan. Laporan-laporan keuangan ini
harus dibuat tepat pada waktunya agar berguna bagi manajemen dan kreditur. Oleh
karena itu periode dilakukan alokasi periode-periode untuk transaksi-transaksi
yang memengaruhi beberapa periode. Pada umumnya suatu periode akuntansi terdiri
dari 12 bulan atau satu tahun.
Unit Moneter ( Pengukuran dalam Satuan Uang)
satuan hitung dalam suatu sistem moneter untuk
menyatakan nilai uang, seperti rupiah di Indonesia, dolar di Amerika Serikat,
dan yen di Jepang (unit of value; monetary unit)
Historical Cost (Histori Biaya)
Prinsip ini menghedaki digunakannya harga
perolehan dalka mencatat aktiva, utang, modal dan biaya. Yang dimaksud dengan
harga perolehan adalah harga pertukaran yang disetujui oleh kedua belah pihak
yang tersangkut dalam transaksi. Wlaupun tedapat kesulitan sampai saat ini
prinsip biaya historis masih tetap berlaku karena data biaya historis ini
dianggap paling objektif.
Matching (Prinsip Mempertemukan)
Yang dimaksud dengan prinip mempertemikan adalah
mempertemukan biaya dengan pendapatan yang timbul karena biaya tersebut. Ini berguan untuk menentukan
besar penghasilan bersih setia periode. Kesulitan prinsip ini, contoh : biaya
administrasi dan umum tidak dapat dihubungkan dengan pendapatan perusahaan.
Salah satu akibat dari prinsip ini adalah digunakannya dasar waktu dalam
pembebanan biaya
Konsistensi
Agar laporan keuangan dapat dibandingkan dengan
tahun-tahun sebelumnya, maka metode dan prosedur-prosedur yang digunakan dalam
proses akuntansi harus diterapkan secara konsisten dari tahun ke tahun,
sehingga bila terdapat peebedaan antara sutau pos dalam dua periode, dapat
segera diketahui bahwa perbedaan itu bukan selisih akibat penggunaan metode
yang berbeda.
Objektivitas
Bahwa pencatatan transaksi-transaksi harus
didasarkan pada dokumen asli.
Materialitas
Bahwa akuntansi hanya melaporkan atau berkepentingan
dengan informasi keuangan yang dianggap material (penting) dalam hubungannya
dengan pengambilan keputusan.
Konservatisme
Bahwa dalam keadaan ketidak pastian , akuntasi
akan menentukan pilihan perlakuan atau tindakan akuntasi yang didasarkan pada
keadaan, harapan kejadian, atau hasil yang dianggap kurang menguntungkan.
Transparansi
yaitu adanya kejelasan tugas dan kewenangan, dan
ketersediaan informasi dalam melaporkan suatu laporan keuangan
Realisasi
Laporan yang menyajikan Realisasi pendapatan, belanja,
transfer, surplus/defisit, pembiayaan, dan sisa lebih/kurang pembiayaan
anggaran, yang masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu
periode.
Kritik akuntansi konvesional
Dunia politik mengenal istilah social contact
sebagai sebuah perjanjian antara penguasa (pemerintah) dalam menjalankan
tugasnya dengan masyarakat. Hal ini sebenarnya dapat pula dilakukan oleh para
akuntan, mereka berjanji untuk melakukan tugasnya sesuai dengan landasan moral
dan bekerja sepenuh hati untuk menjaga martabat profesinya.
Para pemerhati akuntansi menginginkan adanya
revolusi masif terhadap akuntansi. Diantara tokoh tersebut adalah Bruce Lev,
perkembangan akuntansi menurutnya tidak sejalan dengan perkembangan industri
saat ini, dimana pencatatan hanya terbatas pada aktiva berwujud saja sedangkan
saat ini banyak aktiva tidak berwujud yang justru dimiliki industri-industri,
antara lain paten, goodwill, software dan website. Hal ini dianggap sebagai
kelemahan akuntansi konvensional, dimana pencatatan hanya terbatas pada penghitungan
material. Truebold Commitee dalam Harahap dalam Dahnil A Simanjutak menyatakan
kritik terhadap akuntansi konvensional diantaranya :
1. Akuntansi hanya menyangkut laporan historis
sehingga tidak dapat menggambarkan secara eksplisit prospek masa depan.
2. Angka-angka akuntansi umumnya didasarkan pada
hasil transaksi pertukaran sehingga hanya menggambarkan nilai pada saat itu.
3. Dalam akuntansi sering digunakan metode dari
beberapa metode yang sama-sama diterima yang menghasilkan laporan dan informasi
berbeda.
4. Akuntansi menekankan pada laporan keuangan
yang bersifat umum yang dapat digunakan semua pihak. Sehingga terpaksa selalu
memperhatikan semua pihak padahal pemakaiannya yang sebenarnya memiliki
perbedaan kepentingan.
5. Angka-angka disatu laporan berkaitan dengan
angka-angka dilaporan lainnya.
6. Diakui bahwa laporan keuangan yang sekarang
tidak menggambarkan likuiditas dan arus kas.
7. Perubahan dalam daya beli uang jelas ada,
namun hal ini tidak tergambarkan dalam laporan keuangan.
8. Konsep materiality merupakan konsep pelaporan.
Batasan Terhadap Istilah Ini Agak Abu-abu
Kritik pedas yang muncul menunjukan bahwa
akuntansi konvensional harus mengalami renovasi konstruktif, karena bila tidak
maka eksistensi akuntansi konvensional akan terancam dikarenakan tidak mampu
menjawab tantangan-tantangan yang muncul sebagai imbas perkembangan jaman.
Sejalan dengan ini Bruche Lev mengatakan bahwa akuntan bukan a good eyesight.
Menurut Lev para akuntan masih menggunakan kacamata lensa lama yang tidak dapat
melihat situasi ekonomi yang baru. Sejatinya perubahan adalah sesuatu yang
pasti akan terjadi oleh karena itu keterbatasan akuntansi konvensional
menunjukan bahwa akuntansi sebagai ilmu harus terus berkembang agar dapat
“melayani” kebutuhan perkembangan ekonomi yang terus berubah.
Over Value Akuntansi Islam
Akuntansi konvensional lahir dalam lingkup
kapitalis sehingga dasar yang digunakan adalah semata-mata rasio tanpa
mempertimbangkan sisi teologis. Sesuai dengan perkembangannya ternyata hal ini
tidak sejalan karena tidak mampu menjawab kebutuhan moral yang dewasa ini
sangat dibutuhkan. Penyajian laporan keuangan misalnya, dibuat sedemikian rupa
agar mencerminkan kebutuhan dan kepentingan stockholder. Hal ini sesuai dengan
apa yang dikatakan Karl Max bahwa akuntansi kapitalis hanya merupakan
legalisasi kaum kapitalis untuk tetap eksis.
Dalam perkembangannya akuntansi konvensional
mendapat tantangan serius dari akuntansi islam. Praktik akuntansi sudah sangat
lama ada di kalangan bangsa Arab kuno. Pada jaman Rasulullah saw berdasarkan
firman Alloh SWT, Rasulullah berusaha untuk membersihkan praktik keuangan yang
bebas dari unsur riba, monopoli, perjudian, pemerasan, dan segala praktik yang
hanya menguntungkan satu pihak.
Akuntansi merupakan bagian dari ajaran Islam,
penambahan kata islam dalam ilmu akuntansi bukan karena saat ini label islam
sedang laris manis “dijual”. Namun, kata islam menegaskan pada masyarakat
sekuler bahwa ilmu akuntansi islam dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip
ketauhidan. Eksistensi akuntansi islam menegaskan betapa kaya universalitas
islam. Islam tidak hanya agama yang mengatur hubungan individu dengan Alloh
SWT, akan tetapi menjelaskan dan memberi penerangan bagaimana seharusnya
manusia menjalani hidupnya di dunia.
Perspektif akuntansi islam tidak hanya
menempatkan akuntansi sebagai ilmu merekayasa angka, namun melihat akuntansi
dari sisi pemahaman teologis. Hendriksen (1992) menyatakan bahwa lingkungan
merupakan faktor paling penting dalam mempengaruhi perkembangan dan perumusan
teori. Lingkungan kapitalis akan melahirkan teori akuntansi kapitalis sekuler,
dan lingkungan islam seharusnya dapat melahirkan teori akuntansi islam.
Akuntansi tidak dapat dipisahkan dari akuntan, masyarakat, karena merupakan
hasil dari interaksi sosial. Politik, hukum, budaya merupakan realitas sosial
yang mempengaruhi teori akuntansi. Realitas lembaga keuangan islam menunjukan
bahwa islam tidak hanya mengatur masalah kepentingan bisnis namun ada unsur
tenggang rasa sosial (zakat).
Dekonstruksi teori akuntansi konvensional harus
memberikan semangat bagi pecinta akuntansi untuk merokunstruksinya menjadi
akuntansi islam yang positif dengan membuang praktik-praktik yang tidak sesuai
ajaran islam, mempertahankan nilai dan praktik yang sesuai ajaran islam serta
memperbaiki kekurangan yang ada. Hal ini akan membutuhkan waktu yang lama, akan
tetapi semangat perbaikan akan membawa hasil yang diharapkan.....!!!
SAK KAUKES
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking