Handoko Joko Widodo, Gubernur DKI
Jakarta tidak pernah lepas dari pemberitaan di media massa. Sebagian besar
media mainstream cenderung memberitakan Jokowi secara positif tanpa
menggali lebih dalam fakta terkait sosok yang digadang – gadang sebagai calon
terkuat Presiden 2014 menurut sejumlah lembaga survei.
Namun jika kita cermat, ternyata
popularitas Jokowi tidak sejalan dengan hasil kerjanya, baik semasa menjabat
sebagai Wali Kota Solo maupun sebagai Gubernur DKI Jakarta. Semasa kampanye
Pilkada DKI 2012 lalu, Jokowi kerap mengumbar janji manis, bahkan dirinya secara
tegas mengaku bahwa tidak akan menjadikan Jakarta sebagai batu loncotan untuk
maju Capres 2014.
Agar tidak salah menilai sosok
Jokowi, ada baiknya kita memeriksa rekam jejak Jokowi semasa menjabat sebagai
Wali Kota Solo dan Gubernur DKI Jakarta. Hal ini penting supaya kita tidak
terjebak pada kebiasaan Jokowi mengumbar janji manis lalu diingkarinya seperti
di Solo dan DKI Jakarta. Jangan sampai kelak terulang dan Indonesia akan
menjadi negara gagal di tangannya.
Kegagalan Jokowi di Solo:
1. Gagal mengurai kemacetan. Solo
hanya memiliki penduduk sekitar 559.318 ribu jiwa, namun sejumlah ruas jalan
justru berada dalam level macet.
2. Program relokasi PKL Jokowi
berbanding terbalik dengan program revitalisasi pasar trasional. Beberapa
pedagang bernasib kian terpuruk akibat omset yang terus merosot. Sebelum
relokasi rata – rata pendapatan pedagang sekitar Rp 400 ribu per hari, namun
setelah relokasi merosot dan hanya mendapat Rp 50 ribu – Rp 100 ribu per hari.
3. Kemiskinan di Solo meningkat.
Berdasarkan data Tim Koordinasi Penanggulan Kemiskinan Daerah Solo, kemiskinan
tahun 2009 tercatat sebesar 107 ribu jiwa, tahun 2011 meningkat menjadi 130
ribu jiwa.
4. Jokowi gagal menanggulangi
banjir. Awal 2012, banjir meluas dan merendam 1.470 keluarga dengan ketinggian
air 1 – 1,5 meter.
5. Jokowi gagal menata pemerintahan
kota Solo yang bersih. Data KP2KKN Privinsi Janteng 2010, menempatkan
Solo di urutan ke – empat di Jawa Tengah. Pemadaman listrik kerap terjadi
karena Jokowi menunggak pembayaran pajak penerangan jalan umum sebesar Rp 9
miliar, hal ini menunjukkan ketidakberesan Jokowi memanajemen Pemkot Solo
6. Gagal menjalankan proyek mobil
ESEMKA sebagai industri otomotif lokal. Proyek ini nyatanya tidak pernah
beroperasi seperti yang diumbar – umbar Jokowi selama ini
7. dll. Informasi selengkapnya dapat
dibaca
http://pilkadaleaks.blogspot.com/2012/07/siapa-sesungguhnya-joko-widodo.html?spref=tw
Kemampuan Jokowi memainkan isu
melalui media massa, mampu menutupi kekurangan dan kegagalannya selama menjabat
Wali Kota Solo. Kelihaian Jokowi memainkan sosial media juga mengangkat namanya
dan terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta.
Apa yang sudah dilakukan Jokowi pada
Jakarta?
1. Jokowi gagal mengatasi macet
2. Jokowi gagal mengatasi banjir dan
menghabiskan anggaran puluhan ratusan miliar
3. Jokowi gagal menata pasar
tradisional di Jakarta. Sama seperti di Solo, para pedagang mengaku semakin
menderita karena omset mereka terus menurus sejak Jokowi menata sejumlah pasar
seperti Tanah Abang.
4. Kemiskinan di Jakarta sejak Jokowi
menjabat kian parah. Meskipun data BPS menunjukkan ada penurunan sekitar 0,15
persen, nyatanya penduduk DKI menghadapi tekanan biaya hidup yang terus
meningkat akibat naiknya harga – harga kebutuhan pokok, sementara pada saat
yang bersamaan pendapat mereka begitu – begitu saja.
5. Jokowi belum berhasil
melaksanakan program Jakarta Pintar dan Jakarta Sehat. Menyelesaikan hal ini,
menurut Jokowi, butuh waktu yang tidak sebentar.
6. Gagal membenahi 100 kampung kumuh
dan merenovasi 15 terminal di Jakarta hingga setara hotel bintang seperti
janjinya semasa kampanye.
7. Dll, selengkapnya dapat dibaca
http://radennuh.org/2014/01/03/inilah-daftar-janji-jokowi-ahok-yang-mereka-ingkari/
Dan dari semua janji manisnya yang
gagal ia penuhi, satu janji yang sangat melekat diingatan warga DKI yaitu
janjinya untuk tidak menjadikan Jakarta sebagai batu loncatan menuju RI1.
Jokowi, seperti katanya dahulu, akan fokus membenahi Jakarta hingga 5 tahun
mendatang.
Namun kini, jokowi mengingkari semua
perkataanya. Dengan dana ratusan miliar, Jokowi mengerahkan media massa dan
sosial media serta gerakan komunitas yang mendukung pencapresannya seolah –
olah datang dari masyarakat, sehingga dengan demikian mampu menekan Megawati
menetapkannya sebagai Capres dari partai Banteng.
Upaya keras Jokowi untuk mewujudkan
ambisinya akan segera terwujud, karena kabar yang beredar bahwa Megawati telah
menyerah terhadap tekanan untuk memajukan Jokowi dalam Pilpres tahun ini. Hanya
menunggu waktu tepat untuk mendeklarasikannya.
Terlepas dari keberhasilan Jokowi
menekan Megawati sehingga memicu perpecahan di internal PDIP dan dirinya
menjadi salah satu Capres, kitalah yang seharusnya bijak menentukan pilihan
agar tidak jatuh pada orang yang salah. Jokowi terbukti gagal memimpin Solo dan
DKI Jakarta, lalu bagaimana mungkin kita bisa mempercayakan Indonesia di
tangannya?
Bijak menilai, bijak memilih. Nasib
bangsa dan negara ini ada di tangan kita. Salah memilih pemimpin, maka
Indonesia hanya akan berakhir sia – sia dalam 5 tahun mendatang.
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking