Dalam Masalah Usul Qur’an & Hadits
Tidak Dapat (Cukup) Dijadikan Sandaran
Sebelum
Menggunakan Dalil Akal
1)
Mengimani Ada dan Esa tuhan dan Al-Quran menyalahi
tertib wujud Tuhan & Esa → Al-Quran (Fiman Al-Quran). Bukan Sebab Al-Quran
→ Tuhan, sebab tidak mungkin mengimani
kata-kata seseorang sebelum mengimani keberadaan sang berkata?
2)
Pembuktian Ada & Esa Tuhan dengan Al-Quran sama
dengan tidak membuktikan apa-apa. Sebab
disini anda berarti beragama dengan sesuatu yang masih perlu argumen, yaitu
bahwa Al-Quran itu dari Tuhan yang Esa – Bagaimana mungkin Dia (Tuhan) saja
masih belum terbukti apalagi firman-Nya ?
3)
Melazimkan seseorang mencari yang sudah ada (
) sebab mengimani Al-Quran berarti anda
harus mengimani Kebenaran Al-Quran terlebih dahulu. Nah kalau anda mengimani
Al-Quran, maka anda harus mengimaninya sebagai kitab yang datang dari-Nya sebab
Al-Quran sendiri yang mengatakan. Kalau demikian halnya berarti anda telah
mengimani Tuhan sebelum anda mengimani-Nya.
4)
Mencari ada Tuhan dengan Al-Quran berarti melazimkan
seseorang menolak keimanannya sendiri. Sebab ketika anda berargumen dengan
Al-Quran berarti anda harus yakin terhadap kebenarannya termasuk dari siapa
datangnya, dengan ini berarti anda telah beriman kepada-Nya, sementara ketika anda
mau berargumen berarti anda belum mengimani-Nya, sebab anda belum mengenal-Nya.
Dan justru milik itu anda berargumen,
ini berarti anda belum beriman setelah anda beriman,= anda menolak
sendiri keimanan anda terhadap-Nya.
5)
Katakanlah akal itu terbatas,dan karena keterbatasannya
ia tidak dapat mengenal Allah. Soal : tapi bukankah Al-Quran juga terbatas ? sebab satu-satunya
wujud yang tidak terbatas hanyalah Allah, dan selain-Nya itu masuk Al-Quran
adalah terbatas sebab selain-Nya adalah mahkluk-Nya.
6)
Kalau hanya dengan keterbatasan sesuatu dapat
meyebabkan sesuatu tersebut tidak dapat mengenal Allah, maka Al-Quran pun tidak
akan dapat mengenali-Nya.
Mungkin anda
akan bertanya, bukankah Al-Quran firman-Nya?
Jawab
: Benar, akan tetapi apakah firman-Nya adalah Dia (Allah) ?
Bila anda jawab Ia berarti anda telah
menyekutukan-Nya dan bila anda jawab. Bukan maka apa selain-Nya dapat
menjangkau-Nya? Kalau anda jawab ia, berarti anda telah membatasi-Nya (Tuhan),
sebab yang dijangkau yang terbatas adalah terbatas pula.
Akan tetapi
kalau jawaban anda tidak bisa, maka Al-Quran pun tidak akan dapat
menjangkau-Nya.
7)
Lagi pula Al-Quran yang kita pahami tidak akan lepas
dari pengaruh akal kita, sebab ketika anda menggunakan Al-Quran sebagai dalih
berarti anda harus memahaminya terlebih dahulu. Dan dalam memahami tentu saja
anda menggunakan akal.
Dengan
demikian: arti Al-Quran yang anda jadikan dalil adalah Al-Quran
yang mengikuti
keterbatasan akal anda jadi : kalau akal tidak dapat mengenal Allah karena
keterbatasannya , maka Al-Quran yang anda pakai pun tidak akan dapat
mengenal-Nya.
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking