MENEJEMEN
KEPEMIMPINAN
DALAM KEPERAWATAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen
didefinisikan sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain untuk
mencapai tujuan organisasi dalam suatu lingkungan yang berubah. Manajemen juga
merupakan proses pengumpulan dan mengorganisasi sumber-sumber dalam mencapai
tujuan (melalui kerja orang lain) yang mencerminkan dinamika suatu
organisasi.tujuan ditetapkan berdasarkan misi,filosofi dan tujuan
organisasi.proses manajemen meliputi kegiatan mencapai tujuan organisasi
melalui perencanaan organisasi,pengarahan dan pengendalian sumber daya
manusia,fisik,dan teknologi.semua perawat yang terlibat dalam manajemen
keperawatan dianggap perlu memahami misi,Filosofi dan tujuan pelayanan
keperawatan serta kerangka konsep kerjanya.
Manajemen
keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional untuk merencanakan,
mengatur dan menggerakkan karyawan dalam memberikan pelayanan keperawatan
sebaik-baiknya pada pasien melalui manajemen asuhan keperawatan. Agar dapat
memberikan pelayanan keperwatan sebaik-baiknya kepada pasien, diperluikan suatu
standar yang akan digunakan baik sebagai target maupun alat pengontrol
pelayanan tersebut.
B. Tujuan
1) Untuk
menamabah wawasan Mahasiswa tentang bagaimana cara mengelolah tenaga
keperwatan.
2) Untuk meningkatkan
keterampilan Mahasiswa tentang bagaimana cara memberikan pelayanan keperawatan
kepada klien.
3) Untuk
memudahkan Mahasiswa dalam proses belajar mengajar pada mata kuliah Manajemen
dan Kepemimpinan dalam Keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
- PENGERTIAN
Beberapa ahli mengungkapkan
pengertian kepemimpinan sebagai berikut:
Kepemimpinan adalah kemampuan
membuat seseorang mengerjakan apa yang tidak ingin mereka lakukan dan
menyukainya (Truman, dikutip dari Gillies, 1996).
Kepemimpinan merupakan penggunaan
keterampilan mempengaruhi orang lain untuk melaksanakan sesuatu dengan
sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya (Sullivan dan Decleur, 1989).
Kepemimpinan adalah serangkaian
kegiatan untuk mempengaruhi anggota kelompok bergerak menuju pencapaian tujuan
yang ditentukan (Baily, Lancoster dan Lancoster, 1989)
Kepemimpinan adalah sebuah hubungan
dimana satu pihak memiliki kemampuan yang lebih besar untuk mempengaruhi
perilaku pihak lain yang didasarkan pada perbedaan kekuasaan antara pihak-pihak
tersebut (Gillies, 1996).
Berdasarkan
berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa:
Kepemimpinan
merupakan kemampuan mengarahkan, membimbing dan mempengaruhi perilaku orang
lain.
Kepemimpinan
diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi.
Kepemimpinan
dapat berjalan bila ada perbedaan kekuasaan atau wewenang antara pemimpin dan
anggota organisasi yang dipimpinnya.
- TEORI KEPEMIMPINAN
Teori kepemimpinan terbagi atas dua yaitu : teori bakat
dan teori perilaku
1.
Teori bakat
Teori ini menyatakan bahwa seseorang
dilahirkan dengan bakat pimpinan yang tidak dapat dipelajari.
Kemampuan seorang pemimpin ditentukan oleh bakat, intelegensi, stabilitas emosi
dan kebugaran fisik.
2.
Teori perilaku
Douglas Mc
Gregor mengemukakan bahwa para pimpinan organisasi birokratis menganut asumsi
tentang sifat alami manusia yang oleh Mc Gregor disebut Teori X. Asumsi
tersebut adalah:
Rata-rata
individu memiliki ketidaksukaan pada pekerjaan dan akan menghindarinya sewaktu
ada kesempatan.
Rata-rata
individu memilih diarahkan dengan harapan menghidari tanggung jawab dan lebih
tertarik kepada insentif materi daripada prestasi diri.
Karena
manusia tidak menyukai pekerjaan, mereka harus dikendalikan, diancam dan
dipaksa untuk mengerahkan usaha yang cukup untuk mencapai tujuan organisai.
Mc Gregor
mempertanyakan asumsi tersebut dengan mengajukan asumsi yang berbeda (Teori Y)
agar dapat mendorong pekerja untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya
secara utuh. Asumsi teori Y adalah:
Pengeluaran
usaha fisik dan mental dalam bekerja harus seimbang dengan istirahat atau
hiburan.
Manusia akan
membiasakan kontrol diri dan mengarahkan diri untuk mencapai tujuan-tujuan yang
dipatuhinya secara pribadi.
Rata-rata
individu belajar di bawah kondisi yang sesuai untuk mencari dan menerima tanggung
jawab.
Kapasitas
untuk menerapkan imajinasi dan kreatifitas terhadap pemecahan masalah-masalah
organisasi secara lebih luas terbagi di antara para pekerja.
- GAYA KEPEMIMPINAN
Gaya kepemimpinan dapat diartikan
sebagai penampilan atau karakteristik khusus dari suatu bentuk kepemimpinan
(Follet, 1940; dikutip dari Gillies, 1996). Ada 4 (empat) gaya kepemimpinan
yang telah dikenal yaitu: otokratis, demokratis, partisipatif dan laissez faire
(Gillies, 1996).
v Gaya
Kepemimpinan Otokratis:
Gaya kepemimpinan otokratis adalah
gaya kepemimpinan yang menggunakan kekuatan jabatan dan kekuatan pribadi secara
otoriter, melakukan sendiri semua perencanaan tujuan dan pembuatan keputusan
dan memotivasi bawahan dengan cara paksaan, sanjungan, kesalahan dan penghargaan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
v Gaya
Kepemimpinan Demokratis:
Gaya kepemimpinan demokratis adalah
gaya seorang pemimpin yang menghargai karakteristik dan kemampuan yang dimiliki
oleh setiap anggota organisasi. Pemimpin yang demokratis menggunakan kekuatan
jabatan dan kekuatan pribadi untuk menggali dan mengolah gagasan bawahan dan
memotivasi mereka untuk mencapai tujuan bersama.
v Gaya
Kepemimpinan Partisipatif:
Gaya kepemimpinan partisipatif
adalah gabungan bersama antara gaya kepemimpinan otoriter dan demokratis dengan
cara mengajukan masalah dan mengusulkan tindakan pemecahannya kemudian
mengundang kritikan, usul dan saran bawahan. Dengan mempertimbangkan masukan
tersebut, pimpinan selanjutnya menetapkan keputusan final tentang apa yang harus
dilakukan bawahannya untuk memecahkan masalah yang ada.
v Gaya
Kepemimpinan Laisses Faire:
Gaya kepemimpinan laisses faire
dapat diartikan sebagai gaya “membiarkan” bawahan melakukan sendiri apa yang
ingin dilakukannya. Dalam hal ini, pemimpin melepaskan tanggung jawabnya,
meninggalkan bawahan tanpa arah, supervisi atau koordinasi sehingga terpaksa
mereka merencanakan, melakukan dan menilai pekerjaan yang menurut mereka tepat.
Selanjutnya dapat dikemukan bahwa
keempat gaya kepemimpinan di atas memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri.
Setiap gaya kepemimpinan bisa efektif dalam situasi tertentu tetapi tidak
efektif dalam situasi lainya (Tannenbaum dan Schmit, 1973; dikutif dari
Gillies, 1996). Faktor yang menetukan efektifitas gaya kepemimpinan secara situasional
meliputi: kesulitan atau kompleksitas tugas yang diberikan, waktu yang tersedia
untuk menyelesaikan tugas, ukuran unit organisasi, pola komunikasi dalam
organisasi, latar belakang pendidikan dan pengalaman pegawai, kebutuhan pegawai
dan kepribadian pemimpin (Gillies, 1996).
- PEMIMPIN YANG EFEKTIF
Tidak ada gaya atau karakteristik
kepemimpinan yang dpat dikatakan efektif tanpa mempetimbangkan situasi
kultural, situasi kerja dan kebutuhan pekerja yang terus-menerus berubah dari
waktu ke waktu. Karakteristik kepemimpinan yang efektif dikemukan oleh beberapa
ahli sebagai berikut:
1. Fiedler (1977), dikutif dari Gillies (1996)
menyatakan bahwa kepemimpinan dapat berjalan efektif bila:
Kepemimpinan berganti dari satu orang ke orang lain dan berganti dari satu
gaya ke gaya lainnya seiring dengan terjadinya perubahan situasi kerja.
Pemimpin sebaiknya berasal dari anggota kelompok kerja, mengenal situasi
kerja dan memiliki kemampuan yang lebih tinggi dibanding anggota kelompok kerja
lainnya.
Bennis menyatakan bahwa pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang memenuhi
karakteristik sebagai berikut:
Mempunyai pengetahuan yang luas dan kompleks tentang sistem manusia.
Menerapkan pengetahuan tentang pengembangan dan pembinaan bawahan.
Mempunyai kempuan menjalin hubungan antar manusia.
Mempunyai sekelompok nilai dan kemampuan yang memungkinkan untuk mengenal
orang lain dengan baik.
Swanburg (1990) menyatakan bahwa karakteristik pemimpin yang efektif adalah
sebagai berikut:
Intelegensi (pengetahuan, pendapat, keputusan, berbicara)
Kepribadian (mudah adaptasi, waspada, kreatif, kerjasama, integritas
pribadi yang baik, keseimbangan emosi dan tidak ketergantungan kepada orang
lain)
Kemapuan (bekerjasama, hubungan antar manusia dan partisipasi sosial).
E.
HUBUNGAN KEPEMIMPINAN DAN KEKUASAAN
Kepemimpinan dan kekuasaan adalah
dua hal yang berbeda tetapi tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya.
Kepemimpinan dapat dijalankan hanya bila pada diri pemimpin terdapat kekuasaan
karena jabatan yang diembannya dan penerimaan atau pengakuan bawahan atas
perannya sebagai pemimpin (Gillies, 1996). Kekuasaan seorang pemimpin dapat
diuraikan sebagai berikut:
Reward power atau kekuasaan memberikan penghargaan terhadap
bawahan baik berupa insentif material, memenuhi permintaan rotasi tugas atau
kesempatan untuk mengikuti program pengembangan staf.
Coecieve power atau kekuasaan untuk menerapkan perintah atau hukuman
secara paksa kepada bawahan berupa penurunan atau penundaan kenaikan pangkat,
skorsing maupun pemecatan.
Referent power merupakan kemampuanan untuk menjadi panutan bawahan
sehingga dapat menimbulkan kebanggaan dan upaya bawahan untuk
mengidentifikasikan diri sesuai dengan pemimpinnya.
Expert power merupakan kemampuan untuk meyakinkan, membimbing dan
mengarahkan bawahan berdasarkan keahlian yang dimiliki seorang pemimpin.
Ruang lingkup atau batasan kekuasaan yang secara tegas
ditentukan dalam jabatan tertentu dapat disebut wewenang.
F.
PENERAPAN
KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN
Menurut Kron (1981), ruang lingkup kegiatan kepemimpinan
dalam keperawatan meliputi:
Perencanaan
dan pengorganisasian
Membuat
penugasan dan memberi pengarahan
Pemberian
bimbingan
Mendorong
kerjasama dan partisipatif
Kegiatan
koordinasi
Evaluasi
hasil kerja.
- Pengelolaan Tenaga Keperawatan
- Pengelolaan Ketenagaan
Pengelolaan
merupakan fungsi organic manajemen yang merupakan dasar dan titik tolak dari
kegiatan pelakasanaan tertentu dalam usaha mencapai tujuan organisasi apabila
proses pengelolaan dilakukan dengan baik akan memberikan jaminan pelaksaaan
kegiatan menjadi baik sehingga mencapai tujuan organisasi yang berdaya guna dan
berhasil guna.
Pengelolaan
tenaga keperawatan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan pelayanan
Keperawatan yang optimal dan bermutu tinggi. Pengelolaan ketenagaan, menjadi
permasalahan besar diberbagai organisasi keperawatan, seperti ditatanan Rumah
Sakit, perawatan dirumah, dan tempat-tempat pelayanan keperawatan lain. Oleh
karena itu, pengelolaan ketenagaan harus sesuai dengan ketentuan atau pedoman yang
berlaku, tenaga yang dibutuhkan dalam memberikan pelayanan keperawatan harus
sesuai dengan standar keperawatan yang ada.
Pengelolaan
ketenagaan merupakan sesuatu proses yang kompleks, yang memerlukan ketelitian
dalam menerapkan jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan
dalam mencapai tujuan organisasi. Jumlah tenaga yang ada perlu ditata atau
dikelolah dalam melaksanakan kegiatan melalui penjadwalan sistematis dalam
terencana secara matang sehingga kegiatan dapat dilakukan secara optimal.
- Pengelolaan Tenaga Keperawatan
Pengelolaan
tenaga keperawatan merupakan salah satu fungsi utama seorang pemimpin
organisasi termasuk organisasi keperawatan. Keberhasilan suatu organisasi salah
satunya ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Hal ini berhubungan
erat dengan bagaimana seorang pimpinan mengelola ketenagaan di Unit kerjanya.
Langkah pengelolaan tenaga keperawatan yaitu :
1. Mengidentifikasi
bentuk dan beban pelayanan keperawatan yang akan diberikan.
2. Menentukan
kategori perawat yang akan ditugaskan untuk melaksanakan pelayanan keperawatan.
3. Menentukan
jumlah masing-masing kategori perawat yang dibutuhkan.
4. Menerima dan
menyaring untuk mengisi posisi yang ada.
5. Melakuka
seleksi calon-calon yang ada.
6. Menentukan
tenaga perawat sesuai dengan unit atau shift.
7. Memberikan
tanggung jawab untuk melaksanakan tugas pelayanan keperawatan.
Penentuan
tenaga keperawatan dipengaruhi oleh keinginan untuk menggunakan tenga
keperawatan yang sesuai. Untuk lebih akuratnya dalam perencanaan tenaga
keperawatan, maka pimpinan keperawatan harus mempunyai keyakinan tertentu dalam
organisasinya seperti:
1. Rasio antara
perawat dan klien didalam ruangan perawatan intensif adalah 1:1 atau 1:2.
2. Perbandingan
perawat ahli dan terampil diruang medical bedah,kebidanan,anak dan psikiatri
adalah 2:1 atau 3:1.
- Perkiraan Kebutuhan Tenaga
Penetapan
jumlah tenaga keperawatan harus disesuaikan dengan kategori yang akan
dibutuhkan untuk asuhan keperawatan klien disetiap unit.beberapa pendekatan
dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah staf yang dibutuhkan berdasarkan
kategori klien yang dirawat,rasio perwat dan klien untuk memenuhi standar
praktek keperawatan.
Cara
menentukan jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk setiap unit sebagai berikut:
1. Rasio
perawat – klien disesuaikan dengan standar perkiraan jumlah klien sesuai data.
2. Pendekatan
system ketenagaan dapat menentukan jumlah optimal yang sesuai dengan kategori
perawat untuk setaiap unit serta mempertimbangkan komponen
input-proses-output-umpan balik.
Kebutuhan
tenaga dapat ditinjau berdasarkan waktu perawatan langsung, waktu perawatan
tidak langsung, dan waktu pendidikan kesehatan.
Hal-hal
yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan beban kerja perawat,yaitu:
1. Jumlah klien
yang dirawat setiap hari/bulan/tahun di unit tersebut.
2. Kondisi atau
tingkat ketergantungan.
3. Rata-rata
hari perawatan.
4. Pengukuran
keperawatan langsung, perawatan tidak langsung, dan pendidikan kesehatan.
5. Frekuensi
tindakan perawatan yang dibutuhksn klien.
6. Rata-rata
waktu perawatan langsung,tidak lansung, dan pendidikan kesehatan.
Dengan
mengelompokkan klien menurut jumlah dan kompleksitas pelayanan keperawatan yang
dibutuhkan klien,pimpinan keperawatan dapat memperhitungkan jumlah tenaga
keperawatn yang dibutuhkan untuk masing-masing unit.
- Pembagian Tenaga Keperawatan dan Penyusunan Jadwal
Penyusunan
jadwal dinas merupakan tanggung jawab kepala ruangan atau pengawas, teatapi
lebih diutamakan kepala ruangan karena lebih mengetahui tingkat kesibukan
ruangan dan karakteristik sifatnya. hal ini akan memudahkan dalam menerapkan
orang yang tepat untuk setiap periode jaga atau shift.
Prinsip
penyusunan jadwal hendaknya memenuhi beberapa prinsip,diantaranya harus ada
kesinambungan antara kebutuhan unit kerja dan kebutuhan staf.prinsip
berikutnya,setaiap staf harus terlibat dalam siklus atau rotasi
pagi-sore-malam:metode yang dipakai harus sesuai dengan kuantitas staf dalam
suatu unit kerja.siklus yang digunakan mengikuti metode penugasan yang dipakai.
Dan setiap staf harus dapat mencatat hasil dinas,libur dan shift.
- Modifikasi Kerja Mingguan
Pendekatan
tersebut dilihat dari karakteristik tugas dan karakteristik staf yang ada dalam
tim. Modifikasi tugas mingguan meliputi;
1. Total jam
kerja per minggu adalah 40 jam dengan 10 jam per hari dan 4 hari kerja per 24
jam, dimana jam-jam dapat dipergunakan untuk ronde keperawatan, penyelesaian
rencana keperawatan atau kegiatan lainnya. Kelemahan cara ini adalah memerlukan
staf yang banyak.
2. Perincian 12
jam dalam satu shift, yaitu 3 hari kerja, 4 hari libur, dan 4 hari kerja.
System ini sama dengan sistem pertama yang membutuhkan tenaga yang banyak.
3. Perician 70
jam dalam 2 minggu, adalah 10 jam per hari (7 hari kerja dan 7 hari libur).
4. Sistem 8 jam
per hari dengan 5 hari kerja per minggu. Sistem ini lebih banyak disukai karena
mengurangi kelelahan staf dan produktivitas staf tetap dapat dipertahankan.
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking