Breaking News
Trending Template
Maandag 15 September 2014
KEGIATAN EKONOMI ANTARNEGARA SERTA KERJA SAMA EKONOMI ANTARNEGARA
KEGIATAN EKONOMI ANTARNEGARA SERTA KERJA
SAMA EKONOMI ANTARNEGARA
Suatu kegaitan perdagangan tidak hanya terjadi pada
lingkungan suatu kabupaten, provinsi bahkan Negara, tetapi terdapat juga pada
antar Negara tetangga atau biasa disebur dengan perdagangan antarnegara. Dan
disebabkan suatu Negara tidak dapat mengandalkan produksi dalam negeri saja.
Barang- barang hasil produksi luar Negara juga dibutuhkan oleh suatu Negara.
PENGERTIAN PERDAGANGAN
ANTARNEGARA
Tidak ada satu Negara pun yang dapat menghasilakn sendiri
semua kebutuhan penduduknya. Kekurangan suatu Negara dicukupi dengan
mendatangkan barang- barang dari Negara lain. Sebaliknya kelebihan hasil dari
suatu Negara dikirimkan ke Negara lain yang memerlukannya. Dengan demikian
terjadi tukar- menukar hasil produksi antarnegara atau dikatakan penyebabnya
terjadi perdagangan antarnegara.pada perdagangan antarnegara tedapat barang-
barang keluar dari suatu Negara atau terjadi arus barang keluar. Perbedaan
perdagan antarnegara dan perdagan dalam negri : Perdagangan antarnegara ialah
penjual dan pembeli bertempat tinggal dinegara yang berbeda. Penjual dan
pembeli mengakui valuta (mata uang) yang berbeda. Oleh karena itu, pembayaran
pada perdagangan antarnegara tidak dapt menggunakan uang dalm negri. Pembayaran
itu harus menggunakan devisa, antara lain dengan uang asing ( Valuta Asing/
Valas). Sedangkan perdagangan dalam negri ialah pihak penjual dan pembeli
bertempat tinggal dalam satu Negara (Negara yang sama). Dengan demikian,
penjual dan pembeli mengakui valuta (mata uang) yang sama. Oleh karena itu
tidak ada kesulitan mengenai alat pembayaran. Pembarayan dalam dilakukan secara
langsung.
MANFAAT
DAN HAMBATAN PERDAGANGAN ANTARNEGARA
Dalam
suatu perdagangan antarnegara terdapat manfaat serta hambatannya ialah :
Manfaat
perdaganagn antarnegara
- Kebutuhan setiap Negara tercukupi
- Negara pengespor memeperoleh keuntungan
- Setiap Negara mengadakan spesialisasi
produksi
- Perdagangan antarnegara mendorong
peningkatan kegiatan produksi barang
- Perdagangan antarnegara meningkatkan
hubungan persahabatan antarnegara
- Perdagangan antarnegara mendorong
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
- Memperluas jaringan konsumsi
HAMBATAN PERDAGANGAN ANTARNEGARA
a. Perbedaan mata uang antarnegara
b. Pembayaran antarnegara sulit serta resikonya besar
c. Kebijaksaan impor suatu Negara
d. Perang dan resesi
e. Persamaan barang ekspor
f. Organisasi ekonomi regional
g. Proses ekspor impor memerlukan waktu lama
h. Negara agraris sulit mengembangkan perdagangannya
i. Perekonomian Negara berkembang terdesak oleh Negara maju
j. Politik dumping dapat merugikan Negara ekspor
Perdagangan antarnegara merupakan salah satu bentuk kerja
sama ekonomi antarngera. Dalam perdagangan antarnegara terjadi tukar - menukar
barang antarnegara dengan perantara uang (devisa), barang yang ditukarkan
tersebut berwujud benda. Kebutuhan suatu Negara tidak cukup hanya dipenuhi
dengan barang yang berwujud benda. Kebutuhan- kebutuhan yang lainpun masih
banyak. Misalnya kebutuhan akan jasa dan modal. Oleh karena itu, jangkauan
kerja sama ekonomi antanegara lebih luas dari pada perdagangan antarnegara.
Berdasarkan jumlah Negara yang mnegadakan kerja sama ekonomi antarnegara,
bentuk kerja sama tersebut dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu kerja sama
bilateral dan kerja sama multilateral. Kerja sama bilateral ialah bentuk kerja
sama yang diikuti oleh dua Negara, sedangkan kerja sama multilateral ialah
kerja sama yang diikuti banyak Negara. Adapun tujuan kerja sama ekonomi
antarnegara ialah (a) saling mengisi kekurangan antarnegara dibidang ekonomi,
(b) meningkatkan perekonomian negara - negara dibidang keuangan atau moneter,
perdagangan, perindustrian pertambangan, perbankan, pertanian atau peningkatakn
bahan makanan, jasa, dan pembangunan pada umumnya, (c) meningkatkan taraf hidup
umat manusia sedunia, (d) mempererat persahabatan antarnegara.
Organisai badan kerja sama ekonomi internasional terdiri
dari (a) International Monetary Fund (IMF) badan kerja sama intensional ini
mulai bekerja pda tahun 1947 dan bekerja sebagai organisasi di bawah naungan
Dewan Ekonomi dan Sosial PBB, Indonesia menjadi anggotasejak tahun 1954. (b) International
Bank For Reconstruction and Development (IBRD) atau biasa di sebut dengan bank
dunia yang berdiri pada bulan juli 1944 di bentuk atas perjanjian Bretton Woods,
Indonesia menjadi anggota sejak tahun 1954. (c) Word Trade Organization (Wto)
yang berdiri secara resmi sejak tanggal 1 Januari 1993. (d) Food and Agricultural
Organization (FAO) yang berdiri pada tanggal 16 Oktober 1945. (e) International
finance corporate (IFC) berdir pada tanggal 24 juli 1956, Indonesia menjadi
anggota sejak tahun 1958. (f) Intenational Development Association (IDA)
berdiri pada tanggal 24 desember 1960, Indonesia menjadi anggota sejak tahun
1968. (g) Organization Petroleuan Exporting Countries (OPEC) berdiri pada
atnggal 14 september 1960, Indonesia resmi menjadi anggota pada tahun 1962. (h)
Consultative Group On Indonesia (CGI) berdiri sejak tahun 1992.
Badan kerja sama ekonomi regional, badan kerja sama
ekonomi regional antara lain : (a) ASEAN adalah organisasi kerja sama negara- negara
di Asia tenggara yang berdiri pada tanggal 8 agustus 1967 di Bangkok. Indonesia
dalah salah satu Negara pendiri asean. Untuk menjalankan organisasi ASEAN didirikan
sekretariat tetap yang berkedudukan di Jakarta. (b) Rencana Kolombo ( Colombo plan
) di dirikan pada tahun 1950. Indonesia banyak menerima bantuan dari Colombo
plan. Bantuan itu dimanfaatkan untuk pembangunan di berbagai bidang. (Setiawan
Asman Zainudin)
STRATEGI MENCETAK SUMBER DAYA MANUSIA UNGGUL
STRATEGI MENCETAK SUMBER DAYA MANUSIA UNGGUL
Gemuruhnya dan teriakan
semanggat sumpah pemuda serta jiwa kepahlawan yang ada para pemuda serta
penerus bangsa ini yang masih ada dan
sedang bergema disekitar kita, yang kini menjadi stimulator kita bersama untuk
saling berdiskusi dan saling tukar pendapat yang tidak hanya sekedar
mementingkan diri sendiri dan merugikan pihak yang lainnya dan mempersiapkan berbagai
strategi serta bukan sekedar program hanya hanya untuk sementara namun di
butuhkan gerakan yang akan mengerakkan yang lainnya untuk ikut serta dan merasa
terpanggil untuk menggisi cita- cita leluhur bangsa indonesia yang telah
memproklamirkan kemeerdekaan yang akan memepersiapkan generasi emas yang pada
ualnag tahunnya yang ke 100 atau 1 abad. Dalam mengisi cita- cita kemerdekaan
yang selama ini, secara garis besar bangsa Indonesia telah berjalan telah
melalui beberapa periode yang berbeda. Periode pertama, dikenal dengan istilah
orde lama, perjalannya diwarnai dengan berbagai pergolakan politik yang
berakhir dengan pecahnya gerakan 30 september partai komunis Indonesia (G30S
PKI). Periode kedua, dikenal dengan istilah orde baru, perjalanan di warnai
dengan berbagai keberhasilan program pembangunan yang diimplementasikan berupa
rencana pembangunan lima tahu (REPELITA) dengan program pembangunan jangka panjang
tahap I dan Tahap II (PJPT I dan PJPT II). Dalam mempersiapkan dan mencetak SDM
yang unggul dibutuhkan :
PENDIDIKAN
Pendiikan adalah salah satu wahana dan tempat yang paling
tepat untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi berbagai bidang, serta
pendidikan juga dapat digunakan untuk menyetarakan kemampuan bangsa terhadap
kemajuan iptek yang telah dicapai Negara maju. Dengan penerapan kurikulum
secara terpadu, pendidikan juga dapat diguanakan membentuk watak, kepribadian
dan semangat patriotme generasi muda. Oleh karena itu, dalam rangka
memberdayakan umat, sector pendidikan telah memeberikan prioritas pemerataan
kesempatan kepada seluruh rakyat Indonesia untuk mengelam pendidikan. Pendikan
tidak hanya masuk dala kelas dan menerima berbagai pelajaran, namun harus aktiv
dalam kelas antara siswa / mahasiswa dan Guru / dosen, dan perlunya kesadaran
dalam meningkatkan minat baca dalam kehidupan pendidikan serta masyarakat. .
Proses pendidikan dikatakan bermutu jika memilikisumber
daya manusia, dana, sarana, dan prasarana yang memadai, proses belajar mengajar
yang berlangsung secara efektif dan peserta didik mengalami proses pembelajaran
yang bermakna. Sedangkan produk pendidikan dikatakan baik jika :
- Peserta didik menunjukkan tingkat
penguasaan yang tinggi terhadap tugas- tugas belajar yang ditunjukkan
dengan prestasi akademik
- Peserta didik dapat melakukan sesuatu
yang fungsional untuk kehdidupannya
- Hasil pendiidkan relevan dengan tntutan
lingkungan
.
PENELITIAN,
PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN IPTEK DALAM PEMBANGUNAN
Mengahadapi era globalisasi, peranan IPTEK
semakin menduduki tempat yang strategis dalam menentukan keberhasilan
pembagunan. Besarnya peranan teknologi yang dibuktikan oleh beberapa Negara
maju dalam melakukan kebijakan pembangunannya. Arah kebijaksanaan dalam
pengembangan iptek yang tercantum dalam GBHN 1993 meliputi arahan dalam hal
teknik produksi, teknologi, ilmu pengetahuan terapan, ilmu pengetahuan dasar,
dan kelembangaan iptek. Adapun sasarannya dalam pembangunan bidang iptek selama
PJPT II adalah tercapainya kemampuan nasional dalam pemamfaatan, pengembangan,
dan penguasaan iptek yang dibutuhkan bagi peningkatan kesejateraan masyarakat
yang berkualitas, maju, mandiri serta sejahtera.
Untuk mewujudkan pembangunan
iptek kini telah dibangun system iptek nasional bahwa koordinasi menteri Negara
riset dan teknologi (MNRT). Menurut sudarwo (1994) tujuan dari pembentukan
system iptek nasional tersebut adalah untuk menggalang hubungan kerjasama
antara pemerintah, dunia usaha, dunia pendidikan, masyarakat ilmiah dan
masyarakat lain agar nilai ada pada kegiatan usaha , litbang dan pendidikan.
Program Pemerintah
Melalui program pemerintah
strategi pemberdaya umat juga dilakukan dalam bentuk berbagai program diseluruh
departemen cabinet pembangunan. Untuk merealisasikan program tersebut,
dilakukan secara bertahap, yaitu dengan melibatkan dan menetapkan PEMDA untuk
setiap provinsi. Disamping itu, saat ini sedang dipelajari sektor apa saja yang
memungkingkan untuk diberikan otonomi pada PEMDA dan sektor apa yang perlu
dipusatkan. Swastanisasi berbagai badan usaha milik Negara (BUMN) merupakan
contoh lain dari strategi pemberdayaan umat menuju percetakan SDM unggul.
Dengan dibentuknya BUMN Persero, birokrasi dan arus manajemen indutri menjadi
lebih efektif dan efisien tanpa meninggalkan kebijakan pemerintah yang
menyangkut kepentingan umum.
Pembentukan Dewan
Pengembangan Kawasan Timur Indonesia (DP-KTI) merupakan salah satu respon
positif pemerintah terhadap amanah rakyat yang telah dituangkan dalam GBHN
tahun 1993 sebagai upaya pemerataan areal pembangunan ekonomi Indonesia. Inpres
Desa Tertinggal (IDT) yang dituangkan dalam Intruksi Presiden Republik
Indonesia Nomor 5 tahun 1993 merupakan sisi lain dari strategi pemerintah untuk
memberdayakan masyrakat terbelakang yang tersebar di berbagai daerah, khususnya
golongan ekonomi lemah. Proses pemberdayaan ini dilakukan dengan cara
mengembangkan orang miskin untuk pembelian sarana dan prasaran produksi.
Organisasi Non Pemerintah
Peran serta organisasi non
pemerintah dalam memberdayakan umat di Indonesia telah berlangsung cukup
lama.baik pada masa sebelum kemerdekaan maupun setelah masa kemerdekaan,
berbgai organisasi non pemerintah telah menujukkan peran serta dalam
mencerdaskan bangsa dan kemampuan masyarakat dalam proses pembangunan. Menrurut
prijono (1996) organisasi non- pemerintah dalam arti sempit meliputi Organisasi
Nirlaba (ONL). Lembaga Pengembangan Sawdaya Masyarakat (LPSM), dan Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) yang kegiatannya berkaitan dengan proses dan dampak
pembangunan, pengembangan dan perubahan sosial, serta pemberdayaan umap dapat
dilakukan melalui 3 pendekatan, yaitu strategi pendekatan kemanusian, strategi
pengembangan masyarakat, dan strategi pemberdayaan rakyat.
Organisasi non- pemerintah
juga banyak yang berjasa menyelenggarakan bebagai aktivitas pendidikan untuk
meningkatkan kemampuan generasi muda diberbagai disiplin ilmu. Besarnya peran
swasta dalam pendidikan ditunjukkan bahwa seluruh lembaga pendidikan yang
dimiliki oganisasi non- pemerintah jauh lebih besar dibandingkan pemerintah.
HAK ASASI MANUSIA INTERNASIONAL
HAK ASASI MANUSIA INTERNASIONAL
Hormat
terhadap hidup dan setia kepada relasi personal, sebagai yang berbagi
kehidupan, membawa orang untuk menentukan sikap selanjutunya, yaitu hormay
kepada pribadi yang pada kini dirumuskan sebagai hak asasi manusia. Hak asasi
itu berkaitan erat dengan cirri manusia sebagai pribadi, yaitu sebagai pribadi
yang memiliki kemerdekaan. Hak – hak asasi manusia semakin disadari maka juga
semakin dipergulatkan dalam berbagai aspek kehidupan manusia dimana manusia
berhak memutuskan sendiri, seperti :
- Hak untuk hidup
- Hak untuk diperlakukan sebagai pribadi
- Hak untuk memperoleh dan memilih
pekerjaan yang layak
- Hak untuk memilih agama yang di anut
- Hak untuk memperoleh sarana- sarana
kehidupan
- Hal yang sama didepan hukum, dan lain sebagainya.
Pada dasaranya dari semua perkembangan aspek hak asasi
manusia seperti diatas, ada satu hal yang paling asasi, yaitu nilai manusia
sebagai manusia atau pribadi memiliki kemerdekaan. Melindungi hidup pribadi
manusia dan tidak membiarkan orang lain menjadi budak apapun merupakan
perjuangan nilai yang paling besar zaman sekarang ini, meskipun sudah ada
kesepakatan membuat undang- undang anti perbudakan .
Hak asasi manusia dan demokratisasi merupakan 2 isu yang
melanda hampir seluruh belahan dunia saat ini. Harus kita akui, dalam
percaturan dunia, masalah hak asasi manusia masih harus perlu diperjuangkan
agar perlindungan hak asasi manusia benar- benar menjadi kenyataan dan yang
lainnya tidak merasa dirugikan.
Sekarang ini tidak bisa dipungkiri bahwa konsepsi
kedaulatan Negara masih sering dianggap sebagai penghambatan aplikasi instrumen
hak asasi manusia internasional. Hal ini terjadi karena masih ada pihak- pihak
yang memandang kedaulatan Negara sebagai kekuasaan yang paling tinggi dan tidak
bias diintervensi oleh pengaruh apapun. Keadaaan ini diperparah pula oleh
kenyataan bahwa belum semua Negara sanggup melaksanakan perlindungan hak asasi
manusia dalam yuridiksinya.
Peningkatan intensitas pergaulan antarbangsa memasuki
abad ke 21, menuntut peningkatan kesadaran dan kesepakatan bersama tentang
pentingnya perlindungan hak asasi manusia. Hal ini menjadi kewajiban moral dan
hukum bagi siapa saja yang mengidam- idamkan kehidupan di dunia secara baik.
Demikian pula adanya upaya mengkaitkan perlindungan hak asasi manusia dengan
bantuan ekonomi perlu diantisipasi secara proposional.
Kaitan hak asasi manusia dengan hukum secara erat, karena
sekalipun hak asasi manusia merupakan kordati dan universal, namun dalam
kehidupan bermasyrakat, berbangsa dan bernegara, jaminan hukum terhadap
perlingdungan hak asasi manusia dinilai akan memperkuat kedudukan dan upaya-
upaya perlindungan hak asasi manusia.
Keterkaitan antara hak asasi manusia dan hukum, baik
nasional maupun internasional, dapat di telusuri dalm berbagai piagam
perjanjian internasional. Untuk mengkaji persoalan hak asasi manusia dalm
piagam perjanjian internasional, pada bagia berikut berturut- turut akan
disajikan :
- Hakikat kedaulatan dalam masyarakat
internasional
- Individu sebagai subjek hukum internasional
- Perjanjian internasional dan proses
perbuatannya
- Hubungan antara Negara hukum
internasional dengan hukum nasional beberapa Negara. (Setiawan Asman
Zainudin)
Daftar Pustaka
DR.
Idrus Affandi, SH, Hak Asasi Manusia (HAM),
Universitas Terbuka, Jakarta 2006
J.
Darminta, SJ, Praksis pendidikan nilai, kanisius, Yogyakarta 2006
Woensdag 03 September 2014
Membangun Nalar yang Tak Retak Oleh : Adi Armin
Membangun Nalar
yang Tak Retak
Oleh : Adi Armin
Di manakah kenistaan peruntungan/ Jiwa
yang damba jadi pemenang/ Ketulusan hati adalah keabadian/ Kejujuran insan yang
tidak lazim/ Awalnya adalah keyakinan/ Inspirasi gairah/ Dewi jualah yang
menjulurkan lambaian.
KUTIPAN puisi du Bellay ini sarat
dengan renungan kuat pemikiran platonisme. Muatan itu bukan saja karena du
Bellay mengusung panji-panji kaum neoplatonian dalam kelompok tujuh bintang (La
Pleiade), kelompok yang merangkum tujuh sastrawan besar di zaman Raja Henri II
(1519-1559), dan yang lainnya adalah Ronsard, Remy Belleau, Jodelle, Baif,
Pontus, Peletier du Mans, namun lebih-lebih sedimen poetik du Bellay sendiri
bersumber dari pengalaman batin dan nalar asli yang berorientasi sublim dan
suci. Proses kreatifnya bersentuhan dengan metafisika yang justru disangsikan
sebagai sumber pengetahuan dan kebenaran, khususnya pada zaman surplusisme
dewasa ini. La Pleiade, pengujung Abad Pertengahan, sengaja mengaktualkan
kembali konstelasi sastra Yunani klasik yang berfokus pada tujuh sastrawan
terkemuka masa Ptoleme Philadelphe, di antaranya Lycophrone, Homere dan
Dionysiades sebagai bukti penegasan semangat renaissance yang mereka miliki,
yaitu kembalinya kejayaan pemikiran Yunani dan keunggulan teknik konstruksi
bangsa Romawi.
SEBAGAIMANA diketahui, Plato telah
mengembangkan pemikiran umum yang membedakan pengetahuan opini yang
mengandalkan penampilan realitas (doxa) dengan pengetahuan yang mengandalkan
kebajikan moral, kedalaman dan keabadian (epistème). Pada perkembangannya,
pemisahan kedua pengetahuan tersebut memberikan indikasi kuat bahwa penelitian
rasional yang merupakan kelanjutan penelitian penampilan realitas (doxa) telah
memihak pada "perangkat keras" atau kekakuan obyek formal pengetahuan
yang kemudian memiliki akses bergelombang pada politik dan kekuasaan, sementara
pengetahuan yang mengandalkan kebajikan moral, kedalaman dan keabadian tidak
demikian.
Syair bening Las! Ou est maintenant
yang mengabadikan ruang-ruang kedalaman dan keabadian sejajar dengan tawaran
mistisisme puisi Corespondeences dari Charles Baudelaire, yang walaupun berada
jauh di luar pengaruh Yunani klasik, berhasil mengoleksi metafora dan
simbol-simbol memukau lewat kesatupaduan indera sebagai modalitas penalaran.
Kita simak: Alam laksana kuil dengan tiang-tiang hidup/ Melepaskan suara galau/
Manusia lewat di sana melalui hutan simbol/ Menyapa dengan pandangan hangat/
Laksana gema di kejauhan yang bersahutan/ Luas bagai kelam dan cahaya/
Wewangian laksana harum bayi/
Pengaktifan total modalitas pengamatan
secara simultan yang disajikan Baudelaire dapat dimaknai suatu kemungkinan
pengaktifan seluruh fakultas penalaran manusia dalam menyapa realitas fenomenal
yang memiliki harmoni satu sama lain. Manusia sebagai makhluk hidup yang secara
"tragis" terlempar ke bumi dibekali perangkat sidik untuk memudahkan
dirinya beradaptasi dengan beragam rupa tantangan natural. Bahkan, bukan hanya
mampu beradaptasi, dengan kemampuan indera rohani dan jasmani, manusia sering
kali memenangkan pertarungan itu berkat sukses kultural yang semakin
sophisticated, yang dimilikinya, jauh melibas hadangan alam. Mercusuar pencakar
langit tahan gempa didirikan, samudera ditembus, angkasa luar diacak, jarak
dibonsai, waktu dikonstruksi.
Namun, penalaran jasmani tidak selalu
menang dalam observasi realitas. Semakin maksimal penalaran jasmani bekerja,
disadari semakin ada bagian realitas yang mengelak, dan menyingkir dari
observasi. Selalu ada bagian realitas yang tidak habis diverifikasi. Semakin
horizon didekati, semakin mundur menyingkir horizon tersebut. Alih-alih
realitas, bahkan Aku-nya manusia yang menalar pun ikut-ikutan mengelak dan
tergelincir keluar dari penalaran, seru JWM Verhaar. Lihat bagaimana sibuknya
fenomenologi Husserl mencari syarat-syarat transendental bagi ego dalam
kerangka transendental intersubyektif. Atau, usaha Merleau-Ponty untuk
menyenangkan dirinya sendiri bahwa tubuh cukup utuh pada dirinya untuk mengarah
pada Dunia Hidup (lebenswelt), sehingga transendensi tidak perlu dilakukan,
padahal saat mendefinisikan manusia, Ponty terjebak dalam istilahnya sendiri,
yaitu manusia adalah le corps dan le sujet di mana salah satunya pasti
mengelak. Bahkan, Aku-nya Wittgenstein, satu-satunya struktur yang tidak masuk
dalam struktur logis. Aku-nya manusia menjadi batas dunia, suatu tindakan
mengelak yang gamblang. Puncak pernyataan penalaran yang mengelak dapat
ditemukan dalam rumusan pertanyaan gaya Ryle, yang bertanya: bagaimana aku
mengetahui bahwa aku mengetahui sesuatu, bagaimana aku menyadari bahwa aku
menyadari sesuatu. Sebuah tindakan penalaran yang mengelak yang tidak
habis-habisnya.
Dari dadaran realitas dan penalaran
yang memiliki kelaziman mengelak ini, masih sanggupkah dinyatakan bahwa
realitas dan penalaran sepenuhnya hak manusia dan tidak ada pihak lain lebih
berhak. Tidakkah ingin dikatakan bahwa realitas dan Aku menalar yang selalu
mengelak tersebut terjadi karena keduanya semu belaka, sehingga harus
terus-menerus dipelajari dan dikupas kemasan yang melingkupinya, sementara yang
sungguh-sungguh nyata dan tidak akan pernah mengelak ada di alam nomena yang
gaib. Penalaran ruang luar berwujud dalam pikiran yang beroperasi secara lahir,
sedangkan penalaran ruang dalam berwujud akal budi yang bersifat batin.
Keduanya sebagai "sarana" hidup manusia mustahil bertentangan,
apalagi saling menegasi. Ini sesuai dengan pengertian nalar, yaitu berupa
pertimbangan baik-buruk secara akal budi atau aktivitas yang memungkinkan
seseorang berpikir, suatu jangkauan pikir atau kekuatan pikir.
Dari pengertian tersebut, kita tentu
menyangkal pernyataan bahwa makna nalar atau penalaran hanya terbatas pada
proses berpikir yang bertitik tolak dari pengamatan indera yang mengandalkan
observasi pengalaman. Tentu akan dibantah pihak-pihak yang mempropagandakan hasil
penalaran hanya berkisar proses penyimpulan yang dibangun dari proposisi
anteseden dan premis sesuai teks-teks logika. Sama halnya keberatan akan
diajukan pada anggapan penalaran hanya terdiri dari induksi, deduksi, abduksi,
sebagai hal niscaya secara kategoris.
Nalar lincah dan supel dalam Menolak
Nalar Murni, Mencegah Hidup Tanpa Nalar oleh Bagus Takwin ("Bentara",
Kompas, 4/7/2003) ataupun nalar yang memuisi dalam Tanah Tak Berjejak Para
Penyair, Donny Gahral Adian ("Bentara", Kompas, 2/5/2003), saya kira
hanya persoalan operasional teknis penalaran dan bukan hakikat penalaran, sama
halnya penekanan dan pertentangan yang timbul dalam berbagai isme. Penalaran
yang memuisi adalah manifestasi penyiasatan terhadap realitas yang mengelak
tadi. Tidakkah Nietzsche menyatakan bahwa realitas yang tersisa pastilah
"puisi".
Penalaran utuh tidak menghasilkan
benturan, sebab proses penalaran adalah proses menyeluruh kesadaran manusia
yang melibatkan pikir dan akal budi. Polarisasi pemikiran dalam tataran praksis
terjadi karena realitas dilihat secara fragmentatif, dari sisi subyek, obyek
atau dari sisi keduanya secara berbalasan. Kekhawatiran Bagus Takwin bahwa
nalar asli tidak sanggup mengatasi pluralisme dan heterogenitas persoalan
adalah kekhawatiran berlebihan. Dalam operasionalisi, nalar asli dapat saja
menumpang pada berbagai isme yang ada, tetapi tidak menumpang untuk selamanya,
dalam arti, sadar diri dan kritis pada dasar mana ia berpijak, dan saat mana ia
harus berpindah demi keselarasan dan keseimbangan. Nalar lincah dan supel yang
dibarengi ketundukan dan kepatuhan. Ungkapan penolakan terhadap nalar asli
justru mengingkari sifat-sifat lincah, supel, patuh dan tunduk dari nalar
sendiri, sebab ia terjerumus dalam lubang yang digalinya sendiri, tidak toleran,
sok kuasa yang justru dibenci mazhab-mazhab pemikiran operasional sekarang,
semacam neopragmatisme hermeunetik, dan dekonstruksi.
Pemujaan Husain terhadap nalar asli
seperti Parmenides, Zeno, Pythagoras, Plato seperti dituduhkan bukan hal yang
disesalkan, sebab Husain tentu saja memiliki pengalaman tersendiri sebelum
menjatuhkan pilihan. Sesuatu yang dialami (kata dialami, harus digarisbawahi)
akan memberikan kesadaran sekaligus pengetahuan untuk kemudian memilih mana
yang sesuai. Toh, pemikiran-pemikiran itu sebetulnya terletak di masa depan.
Secara ontologis masa depan adalah masa-masa yang telah manusia lalui, yaitu
saat usia alam semesta baru terbentuk, sehingga manusia yang hidup sezaman
dengan kebaruan alam semesta itulah yang baru. Manusia yang hidup di milenium
ketiga berada pada alam semesta yang sudah uzur dan habis tereksploitasi,
karenanya tidak dapat disebutkan dunia masa depan. Masa depan telah direngkuh
habis kaum yang hidup sebelum kita, sedangkan masa belakang adalah masa anak
cucu kita hidup kelak. Dalam penjelasan inilah, konsepsi ikut, pengikut dan
penerus terhadap orang-orang suci, misalnya kepada Sidharta Gautama, Gandi,
Confusius dapat diterima. Kebaruan yang ditemukan dan akan ditemukan tidak lain
adalah kebaruan semu semata yang akan dikalahkan oleh penemuan setelahnya.
Pandangan dimensi waktu demikian dianut ilmuwan dan filsuf besar, semacam JJ
Roussseau.
Kita tidak perlu kecil hati dengan cap
mitis yang dikenakan Bagus Takwin pada pemikiran demikian, karena pemikiran
mitis di mana manusia dalam keadaan terlingkup dan tidak sanggup keluar
mengambil jarak pengamatan berlangsung sepanjang masa. Bayangkan seberapa kuat
manusia sanggup mengambil jarak terhadap informasi di era mediamorfosis
(Kompas, 28/5/2003) Di tengah banjir deras informasi, kita kelabakan menyeleksi
yang baik dan yang tidak baik, sebab keterbatasan waktu dan ketidaksabaran
melolahnya, sehingga, situasi mitis secara sadar atau tidak ternyata bagian
dari kita.
Keutuhan nalar, mungkinkah?
Operasi nalar yang tidak terpecah, di
samping pemikiran para "Nabi" di atas, sebetulnya dapat ditemukan
dalam alur pemikiran Descartes, bapak Rasionalisme, khususnya yang termuat
dalam karya berjudul Meditations. Karya ini dapat disebut masterpiece dan
menduduki tempat terhormat dibanding karya-karyanya yang lain.
Meditations pertama kali ditulis dalam
bahasa Latin, tahun 1641, dan diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis oleh Le duc
de Luynes beberapa waktu kemudian. Menurut Descartes, tujuan pembuatan karya
ini adalah ikhtiar pencarian kebenaran abadi sama seperti pustaka-pustaka lain
dari Descartes, semisal Les Principes. Namun, pengembaraan penelusuran misteri
kebenaran dalam Meditations diteruskan pada level lebih tinggi, yaitu tataran
metafisika yang menyuguhkan kedalaman. Dalam upaya penyusunan kerangka dan isi
Meditations, Descartes bertutur: "Dalam filsafat, seseorang tidak akan
melakukan sesuatu yang lebih berguna lagi, kecuali mencari satu kali, dengan
tekun, terus-menerus, hal yang terbaik, tersolid, yang akan mengantarnya pada
Aturan Jelas dan Tepat, yang akan melingkupi segenap manusia dalam hubungannnya
dengan alam semesta."
Semangat Descartes terbukti dalam
kaitan dengan proses kreatif Meditations. Pada sebuah diskusi seru, tepatnya
November 1627, Descartes pernah berjanji kepada Cardinal Berulle, yang
menantangnya melakukan reformasi filsafat. Baru empat belas tahun kemudian
tantangan itu terjawab dengan munculnya Meditations. Kita telusuri sejenak
sketsa penalaran Descartes dalam Meditations untuk sampai pada skema fisik dan
metafisik penalaran Cartesien yang seutuhnya.
Dari ragu menuju keraguan. Seharusnya
ditegaskan bahwa keraguan Descartes bukan keraguan yang dapat diasimilasi
dengan keraguan skeptis dan pesimis, melainkan usaha metodis pencarian
kepastian, termasuk hal tetap dan ajeg dalam ilmu pengetahuan. Jenis ragu
pertama adalah keraguan terhadap gagasan-gagasan, keyakinan yang diterima
dogmatis, serta prasangka-prasangka penuh kontradiksi dan paradoks. Terhadap
ini, Descartes memperlawankannya dengan keraguan metodis. Oposisi yang sama
berlaku juga terhadap pernyataan yang didukung argumen kabur, ilusif dan penuh
khayalan yang dikhawatirkan dapat menimbulkan keragu-raguan. Lebih dari itu,
setumpuk argumen yang bersumber dari bakat genetik dan inteligensia cerdas yang
dapat menyungkup kebenaran-kebenaran matematik dianggap dapat memancing
keraguan, yang di dalam Meditation diistilahkan sebagai keraguan hiperbolik.
Keraguan adalah tindakan penalaran
(cogito). Descartes berkeyakinan bahwa pikiran lebih mudah diketahui ketimbang
kompleksitas kerja aspek fisiologis tubuh manusia. Pikiran lebih mudah dikenal
ketimbang benda material serta jiwa psikis. Sementara pikiran dan penalaran
hanya dapat berfungsi secara maksimal dengan hadirnya keraguan. Keraguan adalah
suatu kepastian penalaran. Tindakan menalar secara utuh adalah keadaan yang
menunjukkan kehadiran pikiran dan nonpikiran, seperti halnya tindakan yang
memakai sarana-sarana fisik. Menalar adalah situasi yang berkaitan dengan momen
waktu.
Keberadaan Tuhan merupakan bukti
ontologis format Cartesian. Bagian ini sangat menarik dan mengandung perdebatan
karena menyangkut studi logis yang dapat diterima rasio soal pandangan yang
dapat dipercaya untuk menjawab pertanyaan: dalam hal dan sumber apa ide
berhubungan dengan realitas? Sejak Abad Pertengahan sampai sekarang persoalan
ini merupakan lahan sangat subur yang menuai kritik dalam perjalanan sejarah
filsafat, karena setelahnya menandakan patahan lebar terhadap periodisasi
pemikiran, misalnya Kant dengan model empat kategori imperatifnya memaklumatkan
metafisika tidak secuil pun memberi ide dalam pengetahuan realitas. Untuk
menyiasati masalah, Descartes menukar substansi realitas material dengan
keberadaan "suatu keluasan" yang bertumpu pada sumbu gerak kesempurnaan
yang bertingkat secara hierarkis. Maka, saat pertimbangan mengenai realitas
dilakukan harus diartikan sebagai pertimbangan langsung terhadap nilai yang
bersifat mobil secara gradual. Pernyataan "saya berpikir" tidak dapat
diartikan sebagai berpikir obyek lazim, tetapi pertama-tama harus ditujukan
untuk memastikan isi (content). Isi yang tidak terperangkap pada keraguan dan
hanya berhubungan dengan dirinya sendiri yang berakhir pada puncak yang disebut
"idée innée", (ide bawaan yang tidak didahului pengalaman), yaitu,
kecuali berupa ide sempurna yang dapat ada. Dari sini Descartes memastikan
kehadiran kesempurnaan yang lain, yaitu bukti ontologis kehadiran Tuhan sebagai
esensi dalam eksistensinya, di mana dengan hasil perenungan, nalar asli atau
ide bawaan seirama dengan denyut alam semesta.
Cogito, Ergo Sum adalah proses
penalaran tanpa obyek normal (intransitif). Pola berpikir demikian berbeda
dengan pola berpikir sementara kalangan dalam model-model ilmu pengetahuan.
Model berpikir ilmu pengetahuan selalu memiliki obyek, bersifat transitif, dan
tidak mencakup realitas yang mengelak. Nalar Descartes adalah nalar di mana
subyek sekaligus menjadi obyek. Prinsip-prinsip induksi dan deduksi bekerja
secara simultan, emanasi dan remanasi yang berbalasan. Para pengkritik
Descartes telah menuduhnya melakukan pemisahan yang tidak dapat diatasi atas
dua substansi, yaitu: jiwa dan materi yang kemudian dijembatani oleh
fenomenologi Husserl, namun hakikatnya tuduhan tersebut tidak seluruhnya benar.
Pada tatanan metafisik, Descartes
mengakhiri usahanya di ujung idealisme yang sangat jelas. Definisi
"Cogito, ergo sum" bukan hanya berkenaan dengan dunia luar, melainkan
juga berkaitan dengan kehadiran Tuhan yang menyatakan sebab pertama dari dua
substansi, yaitu: benda dan jiwa, nalar. Ia setuju dengan tradisi mistik Plato
dan mentransformasi kenangannya pada teori ide asal. Pernyataannya tentang
kehadiran Tuhan didirikan di atas argumen ontologis yang menggunakan kategori
Abad Pertengahan mengenai konsep kesempurnaan dan keutamaan yang belakangan
diungkap oleh Kant. Namun, jika Kant antimetafisika, sebaliknya bagi Descartes.
Metafisika baginya adalah tempat di mana ilmu pengetahuan bersandar. Secara
bersamaan, ia memberikan tempat bagi akar ke-Ilahian dan pengetahuan, yang pada
gilirannya, menjadikan unsur fisik sebagai perluasannya. Dengan demikian, tidak
ada pelompatan nalar dalam pemikiran Descartes, sebab pemisahan substansial
antara jiwa dan tubuh justru menghasilkan tiga macam pengetahuan, yaitu
pengetahuan pikiran, pengetahuan benda, dan pengetahuan tentang penyatuan
keduanya. Akhirnya, pada tataran metafisika, jejaknya berhenti pada tiga
postulat dasar, yaitu prioritas jiwa di atas materi. ketiadaan dunia luar yang
tidak dapat dipersepsi, agnostisisme dan relativisme, yaitu keserbamungkinan
teori dan metode dalam pendekatan terhadap realitas yang merupakan bukti
eksistensi sesuatu yang diragukan.
Bukti lain ontologi Tuhan melalui
kehadiran waktu. Cogito hanya berlangsung sesaat dalam dimensi waktu, berapa
detik, menit, semestinya ada penyebab yang bukan hanya mencipta, tetapi juga
menjaga ciptaannya di luar tebasan waktu. Descartes menunjuk harmoni
hukum-hukum universal alam semesta sebagai bukti. Berkat bukti-bukti kosmologis
itu, keteraturan alam mengantar penalaran pikiran pada Pencipta keteraturan itu
sendiri.
Pengetahuan keberadaan Tuhan
memungkinkan pengetahuan tentang jiwa. Teori benda telah cukup memadai,
sementara penghayatan dan keinginan untuk bebas menyadarkan kita tentang
tingkat pengetahuan. Kebebasan yang benar yang lepas dari sewenang-wenang akan
mendukung kejelasan yang sempurna dalam benda, sebagai manifestasi determinasi
sempurna keinginan. Penjelasan mengenai ide sesuatu dan bukan sesuatu an sich
mulai dari prinsip-prinsip sederhana dari mana ilmu pengetahuan tercipta.
Sementara itu, ide sesuatu tidak dinilai berada dalam sesuatu itu, tidak
ditunjukkan dalam eksistensinya, melainkan dalam jiwa yang terdiri dari ide-ide
yang jelas dan sederhana, misalnya, gerakan, figura, dan prinsip-prinsip
geometri.
Nalar manusia yang menyejarah
Corak pemikiran di belahan dunia
berkembang disebut secara sinis sebagai "katak di bawah tempurung",
(François Dortier, 2000), sebab pemikirannya tidak mandiri, malu-malu, kerdil,
tidak percaya diri, condong mengadopsi pemikiran luar tanpa kritik. Pemikiran
ahistoris yang lepas dari warna dan corak kehidupan sosial masyarakat,
sementara pemikiran yang diadopsi meloncat loncat tergantung ketersediaan
informasi.
Dalam kepustakaan epistemologi
dicitrakan betapa besar peran pengalaman, memori, kesaksian, curiosity dalam
menyumbang penalaran untuk pembentukan pengetahuan. Pada setiap pertemuan,
Donny dan Bagus Takwin, mungkin mengisyaratkan mewakili sayap kaum Nietzschien
yang menebar pesimisme terhadap keyakinan tradisional dan gelisah laksana
filsuf sinis Yunani, Diogène, yang membawa obor menyala di bawah terik matahari
kota, di tengah kerumunan orang, sambil menyeru: "Saya mencari
Manusia", padahal, kenyataannya di sekitar kita tidak sedramatis itu.
Nihilisme Nietzschien, misalnya, tanpa jauh-jauh dapat ditemukan tingkat
personifikasinya pada medan laga Kurusetra dalam kisah Mahabaratha. Kisah yang
melumpuhkan segala jenis nilai normatif yang diakui dan disanjung tata
kehidupan manusia sehari-hari.
Dalam kisah agung tersebut dimuat paradoksi,
ironi yang diramu secara destruksi masif, sehingga dibutuhkan pembangunan bumi
baru, tatanan dan keteraturan baru ala Nietzsche. Tubuh Bhisma terbaring di
atas kasur panah murid kesayangannya, Arjuna, demi membela Hastinapura yang
justru diperintah keluarganya yang despotik dan nepotis. Sang cendekia sejati
Yama Widura mengingkari sumpah sejatinya atas nama pengabdian kepada
Destarasta.
Panglima Karna protes pada penetapan
Dewa, menyangkal keimanannya pada Langit, karena nasibnya, terlahir akibat keisengan
Dewa Surya, dihanyutkan demi kehormatan ibundanya yang dikenalinya justru saat
pagelaran perang dahsyat mulai. Ia harus memerangi adik-adiknya, Pandawa, demi
kesetiakawanan kepada tokoh jahat Duryudana. Karna membangkang pada Langit yang
dianggapnya tidak adil. Bukankah itu pemutarbalikan norma yang dirontokkan
Nietzsche, menantang Hari Pembalasan, dosa dan kiamat, sehingga ia berujar
urgensi pencarian iman dan keyakinan baru. Siapa Kresna yang memanjangkan tak
henti-henti selendang Drupadi agar tidak terbuka auratnya? Yang menjadi duta
perdamaian ke Hastinapura? Yang menjadi kusir kereta perang Arjuna, sehingga ia
menang terhadap Karna? Yang merancang pembunuhan Bhisma? Yang membantu Bima
mematahkan paha Duryudana dalam duel maut? Bukankah ia tokoh "Manusia
Super" dalam filsafat Nietzsche.
Saat kita tidak mampu mengambil jarak
dari kungkungan arus pemikiran luar, sekali lagi saat itu mistisisme kembali
mengungkung kita. Model penalaran (paradigma, metodologi) negeri kita akan
semakin layu, jika tidak berpijak pada realitasnya, yaitu bangsa plural yang
berkeyakinan sejak masa nenek moyangnya. Kematian pemikiran akan terjadi jika
ahli pikirnya lupa memijak tanahnya, alpa menjunjung langitnya demi menuju misi
universalnya, dan ilmuwan sosial tidak sanggup melahirkan kontekstualisasi
gagasannya serta ulama tidak sanggup bertanggung jawab atas agamanya.
Konsepsi pembangunan Manusia Indonesia
Seutuhnya yang pernah menjadi jargon pembangunan di masa Orba urgen dikaji
lagi, diperdalam dan diperluas, sebab motif kemanusiaan universal dapat menjadi
modal utama untuk mengatasi pluralisme di antara kita. Kita adalah saudara,
manusia sama yang terlempar tanpa diberi hak memilih ke muka bumi, terlepas
dari berbagai keberagaman kita. Jika sumber-sumber kebaikan dan kebijaksanaan
formal, seperti agama dan kepercayaan, termasuk ideologi belum lagi ampuh
melaksanakan terapi bagi multi krisis umat manusia, maka yang harus didiagnosa
menurut hemat saya adalah mengoreksi kembali asumsi-asumsi dasar dalam beragama
dan berkeyakinan serta berideologi.
Di luar itu, untuk menjadikan esok
yang penuh semangat, hasrat dalam kedamaian, mari menalar hal-hal yang
"enteng-enteng" saja dan merefleksi syair-syair cinta, kasih sayang,
niscaya kebahagiaan yang didasari keutuhan manusia akan membangkitkan gairah
hidup yang kuat seribu tahun lagi.
Kita simak sepenggal puisi cinta dari
Donny: Ada bulan yang ramah/ Dan bintang yang manis/ Saat cinta melintas diri/
Semua begitu Indah/ Pintu-pintu hati menjadi terbuka/ Seperti hendak membuka tabir
kasih/ Menuju kebahagiaan yang abadi/ Yang sebelumnya tak pernah terungkap.
Juga puisi jernih dan syahdu dari
Bagus Takwin: Sempat kuintip maghrib/ lewat jendela yang belum sempat/ kututup/
Pepohonan diam/ dan sepi bertebaran di selanya/ Hujan lamat-lamat turun/
mengusap bumi yang sudah/ pulang…/ …Ya, aku lihat bumi sebagai anak/ alam yang
patuh/ Gelap lembut menyelimutinya/ Alam bernyanyi dalam koor/ ribuan
serangga…/ …Perlahan bumi memejam mata/ dingin merambat, merata/ semua gemuruh
lenyap/ semua getar senyap/ Lalu yang tinggal hanya kelam dan aku/ dalam takjub
kami termangu.
Adi Armin Magister Filsafat, Dosen
Filsafat pada Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin, Makassar
Jumat, 05 September 2003
Teken in op:
Plasings (Atom)