LABA (EARNINGS)
A. Penilaian Saham Berdasarkan Laba
Jika seseorang
telah melakukan penilaian harga saham berdasarkan fundamentalnya, maka hal itu
berarti ia telah menentukan keputusan untuk membeli dan atau menjual sahamnya
dengan baik. Sebab tanpa melalui nilai-nilai fundamental perusahaan, seseorang
akan terjebak dalam kegiatan spekulasi perdagangan saham yang hanya
mengandalkan nyali semata.
Laba per Saham dan Rasio Harga
per Laba (Price-Earning-Ratio)
Cara yang
paling umum untuk menilai sebuah perusahaan adalah menggunakan labanya. Laba,
dalam hal ini laba bersih, adalah sejumlah dan yang tersisa setelah perusahaan
membayar semua pengeluarannya. Untuk melihat perbandingannya secara relevan,
ukuran yang biasa digunakan adalah laba per saham (earning per share atau
disingkat EPS). Laba per saham didapat dari pembagian laba bersih dengan jumlah
saham yang beredar. Contohnya jika laba bersih perusahaan B adalah Rp 100 juta,
sedangkan jumlah saham yang beredar saat itu adalah 1 juta lembar saham. Arti
dari Laba per saham ini sebenarnya tidak menjadi penting jika tidak
dibandingkan dengan harga saham perusahaan tersebut. Adalah perbandingan harga
saham dengan laba per saham yang kemudian menjadi ukuran penting yang menjadi
landasan pertimbangan seorang investor membeli saham sebuah perusahaan.
Perbandingan tersebut dikenal dengan price-earning-ratio.
Banyak sekali
investor hanya mengambil PE ratio sebagai pembanding dan beranggapan bahwa PE
rendah berarti perusahaan tersebut dijual dengan harga murah. Anggapan ini
tidak sepenuhnya benar. Sebab seringkali PE yang rendah dibandingkan industri,
mengindikasikan adanya masalah pada perusahaan tersebut. Selain PE menjadi
kurang relevan menilai kinerja operasional perusahaan karena distorsi angka
laba (rugi) bersih akibat penerapan akuntansi pada item laba (rugi) akibat
selisih kurs. Buat menghilangkan distorsi ini, sederhananya angka yang dipakai
bukan laba bersih per saham (EPS) melainkan laba usaha per saham (Operating
Profit per Share atau kita singkat saja OPS).
B. Penentuan Dividen
Faktor-faktor yang bisa memengaruhi kebijakan
dividen suatu perusahaan antara lain likuiditas, posisi kas, rencana ekspansi
perusahaan, prospek pertumbuhan perusahaan, dan sikap pemegang saham pengendalian. Hal yang termasuk dalam faktor likuiditas
adalah tingkat utang atau beban kewajiban yang harus dibayar perusahaan. Beban
utang perusahaan plus bunga akan menuntut perusahaan menyisihkan dana untuk
pembayaran. Semakin besar beban kewajiban, semakin besar pula dana yang harus
disediakan untuk membayar kewajiban itu. Dengan begitu, jelas bahwa besarnya
kewajiban ini juga memengaruhi likuiditas perusahaan yang pada gilirannya juga
memengaruhi kebijakan pembagian dividen bagi pemegang saham. Demikian juga
dengan posisi kas. Posisi kas yang benar-benar tersedia bagi para pemegang
saham akan tergambar pada free cash flow yang dimiliki perusahaan. Semakin
besar free cash flow perusahaan, berarti kondisi perusahaan semakin sehat. Perusahaan
yang memiliki free cash flow tinggi akan memiliki kinerja yang lebih baik
dibandingkan perusahaan lain yang free cash flow-nya rendah karena perusahaan
memiliki ruang gerak yang lebih leluasa. Perusahaan dengan aliran kas bebas
tinggi bisa lebih bertahan dalam kondisi darurat. Karena itu, bisa dimaklumi
jika keputusan membagikan dividen serta jumlah yang akan dibagikan ke pemegang
saham tergantungpadaposisikasperusahaan.
Walaupun perusahaan berhasil mencetak laba bersih berlimpah, jika posisi kas setengah kosong,bisa jadi perusahaan tidak membayar dividen. Ilustrasinya begini, perusahaan memang berhasil membukukan laba bersih yang cukup tinggi.Namun,pada saat bersamaan, perusahaan juga membutuhkan dana besar untuk membiayai ekspansinya belanja modal. Pasalnya,dengan ekspansiakansemakinmeningkatkankinerjaperusahaan.
C. Kandungan Informasi Dividen
Walaupun perusahaan berhasil mencetak laba bersih berlimpah, jika posisi kas setengah kosong,bisa jadi perusahaan tidak membayar dividen. Ilustrasinya begini, perusahaan memang berhasil membukukan laba bersih yang cukup tinggi.Namun,pada saat bersamaan, perusahaan juga membutuhkan dana besar untuk membiayai ekspansinya belanja modal. Pasalnya,dengan ekspansiakansemakinmeningkatkankinerjaperusahaan.
C. Kandungan Informasi Dividen
kandungan
informasi dividen menyatakan bahwa
perubahan dividen yang dibayarkan memberikan informasi atau isyarat kepada para
investor mengenai prakiraan manajemen atas laba perusahaan di masa yang akan
datang. Para investor tahu bahwa para manajer enggan untuk menurunkan dividen,
sehingga mereka tidak akan menaikkan dividen kecuali bila mereka yakin akan
memperoleh laba yang lebih tinggi di masa yang akan datang. Oleh karena itu perubahan
dividen yang dibayarkan dapat merubah ekspektasi para investor tentang prospek
perusahaan di masa yang akan datang sehingga akan menimbulkan reaksi, reaksi
tercermin pada harga saham. Kenaikan dividen yang dibayarkan lebih tinggi dari
yang diperkirakan merupakan isyarat bagi investor bahwa manajemen perusahaan
memperkirakan laba di masa datang meningkat, hal ini akan menimbulkan reaksi
positif sehingga harga saham naik. Sebaliknya, penurunan dividen atau kenaikan
dividen yang lebih kecil dari yang diperkirakan merupakan suatu isyarat bahwa
manajemen meramalkan laba di masa yang akan datang rendah, hal ini akan
menyebabkan reaksi negatif sehingga harga saham turun. Perubahan harga saham
setelah pembagian dividen menunjukkan bahwa dividen mengandung informasi atau
pengisyaratan yang penting dalam pengumuman dividen tersebut (Brigham dan
Houston, 1998). Pada umumnya penelitian terdahulu mengenai kandungan informasi atau
pengisyaratan dari dividen berkesimpulan bahwa perubahan dividen yang tidak
terduga ditafsirkan oleh pasar sebagai isyarat prospek masa depan perusahaan.
Gejala ini dijelaskan dengan menggunakan teori dividen
sebagai isyarat. Dividend signalling theory yang dikemukakan oleh Bhattacharya
(1979) merupakan salah satu model yang mendasari dugaa bahwa perubahan dividen
yang dibayarkan mempunyai kandungan informasi. Model ini menjelaskan bahwa informasi
dividen digunakan oleh investor sebagai isyarat tentang prospek perusahaan di
masa yang akan datang. Hal ini terjadi karena adanya informasi yang tidak
simetris antara manajer dengan investor. Manajer mempunyai informasi yang lebih
lengkap
tentang
kondisi perusahaan dibandingkan investor, sehingga investor menggunakan
kebijakan dividen yang dibayarkan oleh perusahaan sebagai indikator tentang
prospek perusahaan di masa yang akan datang. Kandungan informasi dari perubahan
dividen tunai yang dibayarkan
bisa
menjadi fungsi dari yield perusahaan yang dapat mempengaruhi reaksi
harga saham. Penggunaan yield sebagai variabel penjelas terhadap reaksi
harga saham menurut Fehr dan Peterson (1988) mempunyai alasan sebagai berikut: pertama,
yield sebagai proxy untuk persistence parameter dalam model Miller dan Rock
atau bagi investor, artinya yield merupakan
suatu
ukuran dari tingkat dimana unexpected earning pada periode saat ini diharapkan
untuk berlanjut ke periode berikutnya. dan menjadi variabel spesifik perusahaan
dalam model John dan William. Kedua, bukti menunjukkan bahwa respon
harga saham terhadap dividen dan event-event yang berkaitan merupakan
fungsi dari yield mereka. Ketiga, Litzenberger dan Ramaswamy
membuktikan suatu hubungan langsung antara return saham dan dividend
yield dalam konteks penilaian capital assets setelah pajak.
Berdasarkan pada
teori dan bukti-bukti empiris tentang kandungan informasi dividen, dirumuskanlah
hipotesis sebagai berikut:
1. Reaksi
harga saham positif (negatif) bila terjadi kenaikan (penurunan) dividen.
2. Reaksi
harga saham dipengaruhi oleh dividend yield.
D.
Pengumuman Laba dan Perubahan Harga
Informasi publik merupakan informasi yang dipublikasikan
oleh emiten kepada masyarakat luas, khususnya pihak-pihak yang berkepentingan.
Informasi ini umumnya dalam bentuk pengumuman dan berhubungan dengan peristiwa
yang terjadi di perusahaan emiten (corporate events). Informasi yang
dipublikasikan di pasar dapat berpengaruh terhadap return yang akan
diterima investor. Misalnya pengumuman pembagian dividen, pengumuman stock
split pengumuman merger dan akuisisi, pengumuman laba akuntansi dalam
laporan keuangan, dan sebagainya (Foster, 1986). Hal ini merupakan salah satu
informasi yang diperlukan investor sebagai dasar untuk membuat keputusan
investasi.
Sebelum seorang investor memutuskan akan
menginvestasikan dananya dipasar modal ada kegiatan terpenting yang perlu untuk
dilakukan, yaitu penilaian dengan cermat terhadap emiten. Seorang investor
harus percaya bahwa informasi yang diterimanya adalah informasi yang benar,
sistem perdagangan di bursa dapat dipercaya, serta tidak ada pihak lain yang
memanipulasi informasi dan perdagangan tersebut (Rosyadi, 2002). Syarat utama
yang diinginkan oleh para investor untuk bersedia menyalurkan dananya melalui
pasar modal adalah perasaan aman akan investasinya. Investor tertarik untuk
menanamkan modalnya di pasar modal karena berharap memperoleh keuntungan yang
berupa capital gaint dan deviden. Kenaikan dan penurunan harga saham di
pasar modal, karena ada tanggapan bahwa investor sering tidak rasional dalam
menginvestasikan kelebihan dananya di pasar modal dan cenderung berspekulasi
untuk memperoleh capital gaint yang lebih besar daripada deviden.
Investor yang melakukan transaksi di pasar modal
mendasarkan keputusannya pada berbagai informasi yang tersedia di publik maupun
informasi pribadi. Informasi itu bermakna atau bernilai bagi investor jika
informasi tersebut menyebabkannya melakukan transaksi di pasar modal, dimana
transaksi ini tercermin melalui perubahan harga saham dan volume perdagangan
saham. Seberapa jauh relevansi atau kegunaan suatu informasi dapat disimpulkan
dengan mempelajari kaitan antara pergerakan harga saham dengan keberadaan
informasi tersebut. Ada atau tidaknya pengaruh dalam perngambilan keputusan
oleh investor akan dilihat dari perubahan harga/return di seputar tanggal
pengumuman. Studi peristiwa (event study) merupakan studi yang
mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event) yang
informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Event study dapat
digunakan untuk menguji kandungan informasi dari suatu pengumuman laba dan
dapat juga digunakan untuk menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat
(Febrianto, Rahmat dan Erna Widyastuti. 2005). Jika pengumuman mengandung
infomasi, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut
diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga
saham. Reaksi ini biasanya diukur dengan menggunakan return sebagai nilai
perubahan harga saham. Suatu pengumuman yang tidak mengandung informasi tidak
akan memberikan abnormal return kepada pasar.
Penelitian ini bermaksud menguji kandungan informasi
dari peristiwa pengumuman laba terhadap perubahan harga saham. Beberapa
penelitian terdahulu yang relevan dengan kajian ini di antaranya dilakukan oleh
Beaver (1986) yang menguji reaksi investor terhadap laporan keuangan yang
dipublikasikan, dengan kata lain apakah laporan keuangan mempunyai kandungan
informasi yang dapat mengurangi ketidakpastian atau mengubah harapan para
investor. Dampak yang diteliti adalah pengaruh kandungan informasi terhadap
harga saham. Hasil peneliitan menunjukkan bahwa publikasi laporan keruangan memiliki
kaitan dengan perilaku investor dalam melakukan transaksi.
Parawiyati
dkk (2000) meneliti kandungan informasi publikasi laporan keuangan tahunan
terhadap perubahan harga saham. Penelitian ini menggunakan abnormal return.
Hasil penelitian penunjukkan bahwa publikasi laporan keuangan mempunyai
kandungan informasi sehingga harga saham mengalami perubahan.
Cahyaningrum
(2001) meneliti harga saham di seputar tanggal publikasi laporan keuangan,
variabilitas tingkat keuntungan lebih tinggi dibandingkan dengan periode di
luar tanggal publikasi.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laporan keuangan
memberikan sedikit dampak terhadap kegiatan perdagangan. Periode pengamatan
yang digunakan adalah sepuluh hari. Kegiatan perdagangan di Bursa Efek Jakarta
sebelum dan sesudah pengumuman laporan keuangan perusahaan menunjukkan
perbedaan yang signifikan. Sementara itu pengaruh pengumuman laporan keuangan
terhadap variabilitas tingkat return ternyata tidak signifikan.
Setyowati
(2002) menguji pengaruh kandungan informasi laporan rugi laba terhadap abnormal
return saham perusahaan di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa publikasi laba merupakan variabel berpengaruh terhadap abnormal
return yang ditunjukkan dengan beta standar yang terbesar.
Ratih
(2002) meneliti pengaruh publikasi laporan keuangan terhadap abnormal return
saham perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap abnormal
return.
Penelitian
Ajie (2003) mencoba menguji kandungan informasi pelaporan rugi-laba dan
hubungannya dengan return saham. Dan hasilnya menunjukkan bahwa opsi
likuidasi adalah merupakan sesuatu yang relevan bagi penaksiran (valuation)
saham dalam pengujian kandungan informasi dari earning.
BY Setiawan A.Zainidin, Kaukes
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking