Breaking News

Trending Template

Woensdag 15 Mei 2013

LABA (EARNINGS)



LABA (EARNINGS)


A.    Penilaian Saham  Berdasarkan Laba
Jika seseorang telah melakukan penilaian harga saham berdasarkan fundamentalnya, maka hal itu berarti ia telah menentukan keputusan untuk membeli dan atau menjual sahamnya dengan baik. Sebab tanpa melalui nilai-nilai fundamental perusahaan, seseorang akan terjebak dalam kegiatan spekulasi perdagangan saham yang hanya mengandalkan nyali semata.
Laba per Saham dan Rasio Harga per Laba (Price-Earning-Ratio)
Cara yang paling umum untuk menilai sebuah perusahaan adalah menggunakan labanya. Laba, dalam hal ini laba bersih, adalah sejumlah dan yang tersisa setelah perusahaan membayar semua pengeluarannya. Untuk melihat perbandingannya secara relevan, ukuran yang biasa digunakan adalah laba per saham (earning per share atau disingkat EPS). Laba per saham didapat dari pembagian laba bersih dengan jumlah saham yang beredar. Contohnya jika laba bersih perusahaan B adalah Rp 100 juta, sedangkan jumlah saham yang beredar saat itu adalah 1 juta lembar saham. Arti dari Laba per saham ini sebenarnya tidak menjadi penting jika tidak dibandingkan dengan harga saham perusahaan tersebut. Adalah perbandingan harga saham dengan laba per saham yang kemudian menjadi ukuran penting yang menjadi landasan pertimbangan seorang investor membeli saham sebuah perusahaan. Perbandingan tersebut dikenal dengan price-earning-ratio.
Banyak sekali investor hanya mengambil PE ratio sebagai pembanding dan beranggapan bahwa PE rendah berarti perusahaan tersebut dijual dengan harga murah. Anggapan ini tidak sepenuhnya benar. Sebab seringkali PE yang rendah dibandingkan industri, mengindikasikan adanya masalah pada perusahaan tersebut. Selain PE menjadi kurang relevan menilai kinerja operasional perusahaan karena distorsi angka laba (rugi) bersih akibat penerapan akuntansi pada item laba (rugi) akibat selisih kurs. Buat menghilangkan distorsi ini, sederhananya angka yang dipakai bukan laba bersih per saham (EPS) melainkan laba usaha per saham (Operating Profit per Share atau kita singkat saja OPS).
B.     Penentuan Dividen

Faktor-faktor yang bisa memengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan antara lain likuiditas, posisi kas, rencana ekspansi perusahaan, prospek pertumbuhan perusahaan, dan sikap pemegang saham pengendalian. Hal yang termasuk dalam faktor likuiditas adalah tingkat utang atau beban kewajiban yang harus dibayar perusahaan. Beban utang perusahaan plus bunga akan menuntut perusahaan menyisihkan dana untuk pembayaran. Semakin besar beban kewajiban, semakin besar pula dana yang harus disediakan untuk membayar kewajiban itu. Dengan begitu, jelas bahwa besarnya kewajiban ini juga memengaruhi likuiditas perusahaan yang pada gilirannya juga memengaruhi kebijakan pembagian dividen bagi pemegang saham. Demikian juga dengan posisi kas. Posisi kas yang benar-benar tersedia bagi para pemegang saham akan tergambar pada free cash flow yang dimiliki perusahaan. Semakin besar free cash flow perusahaan, berarti kondisi perusahaan semakin sehat. Perusahaan yang memiliki free cash flow tinggi akan memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan perusahaan lain yang free cash flow-nya rendah karena perusahaan memiliki ruang gerak yang lebih leluasa. Perusahaan dengan aliran kas bebas tinggi bisa lebih bertahan dalam kondisi darurat. Karena itu, bisa dimaklumi jika keputusan membagikan dividen serta jumlah yang akan dibagikan ke pemegang saham tergantungpadaposisikasperusahaan.
Walaupun perusahaan berhasil mencetak laba bersih berlimpah, jika posisi kas setengah kosong,bisa jadi perusahaan tidak membayar dividen. Ilustrasinya begini, perusahaan memang berhasil membukukan laba bersih yang cukup tinggi.Namun,pada saat bersamaan, perusahaan juga membutuhkan dana besar untuk membiayai ekspansinya belanja modal. Pasalnya,dengan ekspansiakansemakinmeningkatkankinerjaperusahaan.

C.   Kandungan Informasi Dividen
 kandungan informasi dividen  menyatakan bahwa perubahan dividen yang dibayarkan memberikan informasi atau isyarat kepada para investor mengenai prakiraan manajemen atas laba perusahaan di masa yang akan datang. Para investor tahu bahwa para manajer enggan untuk menurunkan dividen, sehingga mereka tidak akan menaikkan dividen kecuali bila mereka yakin akan memperoleh laba yang lebih tinggi di masa yang akan datang. Oleh karena itu perubahan dividen yang dibayarkan dapat merubah ekspektasi para investor tentang prospek perusahaan di masa yang akan datang sehingga akan menimbulkan reaksi, reaksi tercermin pada harga saham. Kenaikan dividen yang dibayarkan lebih tinggi dari yang diperkirakan merupakan isyarat bagi investor bahwa manajemen perusahaan memperkirakan laba di masa datang meningkat, hal ini akan menimbulkan reaksi positif sehingga harga saham naik. Sebaliknya, penurunan dividen atau kenaikan dividen yang lebih kecil dari yang diperkirakan merupakan suatu isyarat bahwa manajemen meramalkan laba di masa yang akan datang rendah, hal ini akan menyebabkan reaksi negatif sehingga harga saham turun. Perubahan harga saham setelah pembagian dividen menunjukkan bahwa dividen mengandung informasi atau pengisyaratan yang penting dalam pengumuman dividen tersebut (Brigham dan Houston, 1998). Pada umumnya penelitian terdahulu mengenai kandungan informasi atau pengisyaratan dari dividen berkesimpulan bahwa perubahan dividen yang tidak terduga ditafsirkan oleh pasar sebagai isyarat prospek masa depan perusahaan.
Gejala ini dijelaskan dengan menggunakan teori dividen sebagai isyarat. Dividend signalling theory yang dikemukakan oleh Bhattacharya (1979) merupakan salah satu model yang mendasari dugaa bahwa perubahan dividen yang dibayarkan mempunyai kandungan informasi. Model ini menjelaskan bahwa informasi dividen digunakan oleh investor sebagai isyarat tentang prospek perusahaan di masa yang akan datang. Hal ini terjadi karena adanya informasi yang tidak simetris antara manajer dengan investor. Manajer mempunyai informasi yang lebih lengkap
tentang kondisi perusahaan dibandingkan investor, sehingga investor menggunakan kebijakan dividen yang dibayarkan oleh perusahaan sebagai indikator tentang prospek perusahaan di masa yang akan datang. Kandungan informasi dari perubahan dividen tunai yang dibayarkan
bisa menjadi fungsi dari yield perusahaan yang dapat mempengaruhi reaksi harga saham. Penggunaan yield sebagai variabel penjelas terhadap reaksi harga saham menurut Fehr dan Peterson (1988) mempunyai alasan sebagai berikut: pertama, yield sebagai proxy untuk persistence parameter dalam model Miller dan Rock atau bagi investor, artinya yield merupakan
suatu ukuran dari tingkat dimana unexpected earning pada periode saat ini diharapkan untuk berlanjut ke periode berikutnya. dan menjadi variabel spesifik perusahaan dalam model John dan William. Kedua, bukti menunjukkan bahwa respon harga saham terhadap dividen dan event-event yang berkaitan merupakan fungsi dari yield mereka. Ketiga, Litzenberger dan Ramaswamy membuktikan suatu hubungan langsung antara return saham dan dividend yield dalam konteks penilaian capital assets setelah pajak.
Berdasarkan pada teori dan bukti-bukti empiris tentang kandungan informasi dividen, dirumuskanlah hipotesis sebagai berikut:
1.      Reaksi harga saham positif (negatif) bila terjadi kenaikan (penurunan) dividen.
2.      Reaksi harga saham dipengaruhi oleh dividend yield.

D.   Pengumuman Laba dan Perubahan Harga
Informasi publik merupakan informasi yang dipublikasikan oleh emiten kepada masyarakat luas, khususnya pihak-pihak yang berkepentingan. Informasi ini umumnya dalam bentuk pengumuman dan berhubungan dengan peristiwa yang terjadi di perusahaan emiten (corporate events). Informasi yang dipublikasikan di pasar dapat berpengaruh terhadap return yang akan diterima investor. Misalnya pengumuman pembagian dividen, pengumuman stock split pengumuman merger dan akuisisi, pengumuman laba akuntansi dalam laporan keuangan, dan sebagainya (Foster, 1986). Hal ini merupakan salah satu informasi yang diperlukan investor sebagai dasar untuk membuat keputusan investasi.
Sebelum seorang investor memutuskan akan menginvestasikan dananya dipasar modal ada kegiatan terpenting yang perlu untuk dilakukan, yaitu penilaian dengan cermat terhadap emiten. Seorang investor harus percaya bahwa informasi yang diterimanya adalah informasi yang benar, sistem perdagangan di bursa dapat dipercaya, serta tidak ada pihak lain yang memanipulasi informasi dan perdagangan tersebut (Rosyadi, 2002). Syarat utama yang diinginkan oleh para investor untuk bersedia menyalurkan dananya melalui pasar modal adalah perasaan aman akan investasinya. Investor tertarik untuk menanamkan modalnya di pasar modal karena berharap memperoleh keuntungan yang berupa capital gaint dan deviden. Kenaikan dan penurunan harga saham di pasar modal, karena ada tanggapan bahwa investor sering tidak rasional dalam menginvestasikan kelebihan dananya di pasar modal dan cenderung berspekulasi untuk memperoleh capital gaint yang lebih besar daripada deviden.
Investor yang melakukan transaksi di pasar modal mendasarkan keputusannya pada berbagai informasi yang tersedia di publik maupun informasi pribadi. Informasi itu bermakna atau bernilai bagi investor jika informasi tersebut menyebabkannya melakukan transaksi di pasar modal, dimana transaksi ini tercermin melalui perubahan harga saham dan volume perdagangan saham. Seberapa jauh relevansi atau kegunaan suatu informasi dapat disimpulkan dengan mempelajari kaitan antara pergerakan harga saham dengan keberadaan informasi tersebut. Ada atau tidaknya pengaruh dalam perngambilan keputusan oleh investor akan dilihat dari perubahan harga/return di seputar tanggal pengumuman. Studi peristiwa (event study) merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Event study dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi dari suatu pengumuman laba dan dapat juga digunakan untuk menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat (Febrianto, Rahmat dan Erna Widyastuti. 2005). Jika pengumuman mengandung infomasi, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga saham. Reaksi ini biasanya diukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga saham. Suatu pengumuman yang tidak mengandung informasi tidak akan memberikan abnormal return kepada pasar.
Penelitian ini bermaksud menguji kandungan informasi dari peristiwa pengumuman laba terhadap perubahan harga saham. Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan kajian ini di antaranya dilakukan oleh Beaver (1986) yang menguji reaksi investor terhadap laporan keuangan yang dipublikasikan, dengan kata lain apakah laporan keuangan mempunyai kandungan informasi yang dapat mengurangi ketidakpastian atau mengubah harapan para investor. Dampak yang diteliti adalah pengaruh kandungan informasi terhadap harga saham. Hasil peneliitan menunjukkan bahwa publikasi laporan keruangan memiliki kaitan dengan perilaku investor dalam melakukan transaksi.
Parawiyati dkk (2000) meneliti kandungan informasi publikasi laporan keuangan tahunan terhadap perubahan harga saham. Penelitian ini menggunakan abnormal return. Hasil penelitian penunjukkan bahwa publikasi laporan keuangan mempunyai kandungan informasi sehingga harga saham mengalami perubahan.
Cahyaningrum (2001) meneliti harga saham di seputar tanggal publikasi laporan keuangan, variabilitas tingkat keuntungan lebih tinggi dibandingkan dengan periode di luar tanggal publikasi.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laporan keuangan memberikan sedikit dampak terhadap kegiatan perdagangan. Periode pengamatan yang digunakan adalah sepuluh hari. Kegiatan perdagangan di Bursa Efek Jakarta sebelum dan sesudah pengumuman laporan keuangan perusahaan menunjukkan perbedaan yang signifikan. Sementara itu pengaruh pengumuman laporan keuangan terhadap variabilitas tingkat return ternyata tidak signifikan.

Setyowati (2002) menguji pengaruh kandungan informasi laporan rugi laba terhadap abnormal return saham perusahaan di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa publikasi laba merupakan variabel berpengaruh terhadap abnormal return yang ditunjukkan dengan beta standar yang terbesar.
Ratih (2002) meneliti pengaruh publikasi laporan keuangan terhadap abnormal return saham perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap abnormal return.
Penelitian Ajie (2003) mencoba menguji kandungan informasi pelaporan rugi-laba dan hubungannya dengan return saham. Dan hasilnya menunjukkan bahwa opsi likuidasi adalah merupakan sesuatu yang relevan bagi penaksiran (valuation) saham dalam pengujian kandungan informasi dari earning. 
BY Setiawan A.Zainidin, Kaukes




























































Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking

Designed By VungTauZ.Com