Breaking News

Trending Template

Woensdag 27 November 2013

PENGAMALAN NORMA MORAL DAN ETIKA DALAM BISNIS

PENGAMALAN NORMA MORAL DAN ETIKA DALAM BISNIS Pembahasan tentang etika bisnis tidak akan lengkap apabila tidak mencakup pengamalannya dalam dunia bisnis yang dewasa ini sudah bersifat global. Suatu ciri yang diperkirakan akan merupakan fenomena yang sosoknya akan semakin jelas tampak di masa yang akan datang. Ciri bisnis yang semakin “mendunia” bukan hanya terlihat pada berbagai istilah yang semakin banyak digunakan sekarang ini – seperti globalisasi ekonomi, “desa dunia,” dan sejenisnya – yang menunjukkan dengan jelas timbulnya gejala tersebut, akan tetapi kenyataan konfigurasi bisnis dewasa in membuktikannya dengan kuat. Lahirnya berbagai pola kerja sama ekonomi, makin santernya gaung pandangan para negarawan, politisi, para tokoh industri, dan para pakar manajemen bisnis tentang mekanisme pasar di bidang ekonomi, keberadaan korporasi multinasional, kehadiran konglomerat dengan berbagai bentuk dan aneka ragam kegiatannya, bukan hanya di negara yang tergolong sebagai negara industri maju, tetapi juga di negara dunia ketiga, menunjukkan dengan sangat jelas bahwa kegiatan bisnis dewasa ini memang sudah “mendunia”. Tesis yang ingin diketengahkan dalam kaitan ini ialah bahwa dengan konfigurasi bisnis seperti itu, mutlak perlu untuk mengenali secara tepat berbagai implikasi dalam mengelola berbagai bentuk bisnis. Yang menjadi sorotan pembahasan tulisan ini ialah implikasinya terhadap penerapan norma-norma moral dan etika dalam menjalankan bisnis, terutama bagi perusahaan yang beroperasi secara internasional. Tiga topik yang dibahas dala bagian ini ialah: • Berbagai tantangan bagi dunia bisnis. • Konfigurasi dunia bisnis yang bersifat global. • Implikasi globalisasi bisnis terhadap penerapan norma-norma moral dan etika. Berbagai Tantangan Bagi Dunia Bisnis Jika diterima pendapat bahwa kalangan bisnis bergerak dalam “kampung dunia,” yang karena berbagai perkembangan tampak semakin kecil, harus diterima pula kenyataan bahwa apa yang terjadi di satu belahan bumi ini akan dirasakan resonansi dan dampaknya di belahan yang lain, tidak peduli apakah yang terjadi itu bersifat politik, ekonomi, sosial, budaya, keamanan, atau teknologi. Setiap perkembangan yang terjadi, baik yang mendatangkan berbagai peluang yang perlu dimanfaatkan maupun tantangan yang harus dihadapi, mempunyai dimensi global. Berarti kalangan bisnis tidak mungkin lagi mengelak dari keterlibatannya dalam menghadapi tantangan yang timbul. Dengan demikian peluang dapat dimanfaatkan demi keberhasilan bisnis yang ditekuni dan dikelola. Dari sekian banyak tantangan yang harus dihadapi dan permasalahan yang harus dipecahkan, yang sangat relevan dengan kepedulian kalangan bisnis, dan dibahas berikut ini, antara lain ialah:  Pengangguran  Tanggung jawab sosial perusahaan  Peningkatan mutu hidup  Peningkatan taraf hidup  Keanekaragaman tenaga kerja  Konfigurasi demografi  Pelestarian lingkungan, dan  Perkembangan teknologi yang mempunyai implikasi dalam mengamalkan atau menerapkan norma-norma moral dan etika. Dapatkan pengertian moral seperti tanggung jawab, perbuatan yang salah dan kewajiban diterapkan terhadap kelompok seperti perusahaan, ataukah pada orang (individu) sebagai perilaku moral yang nyata? Ada dua pandangan yang muncul atas masalah ini : 1. Ekstrem pertama, adalah pandangan yang berpendapat bahwa, karena aturan yang mengikat, organisasi memperbolehkan kita untuk mengatakan bahwa perusahaan bertindak seperti individu dan memiliki tujuan yang disengaja atas apa yang mereka lakukan, kita dapat mengatakan mereka bertanggung jawab secara moral untuk tindakan mereka dan bahwa tindakan mereka adalah bermoral atau tidak bermoral dalam pengertian yang sama yang dilakukan manusia. 2. Ekstrem kedua, adalah pandangan filsuf yang berpendirian bahwa tidak masuk akal berpikir bahwa organisasi bisnis secara moral bertanggung jawab karena ia gagal mengikuti standar moral atau mengatakan bahwa organisasi memiliki kewajiban moral. Organisasi bisnis sama seperti mesin yang anggotanya harus secara membabi buta mentaati peraturan formal yang tidak ada kaitannya dengan moralitas. Akibatnya, lebih tidak masuk akal untuk menganggap organisasi bertanggung jawab secara moral karena ia gagal mengikuti standar moral daripada mengkritik organisasi seperti mesin yang gagal bertindak secara moral. Karena itu, tindakan perusahaan berasal dari pilihan dan tindakan individu manusia, indivdu-individulah yang harus dipandang sebagai penjaga utama kewajiban moral dan tanggung jawab moral : individu manusia bertanggung jawab atas apa yang dilakukan perusahaan karena tindakan perusahaan secara keseluruhan mengalir dari pilihan dan perilaku mereka. Jika perusahaan bertindak keliru, kekeliruan itu disebabkan oleh pilihan tindakan yang dilakukan oleh individu dalam perusahaan itu, jika perusahaan bertindak secara moral, hal itu disebabkan oleh pilihan individu dalam perusahaan bertindak secara bermoral. Perkembangan Moral Dan Penalaran Moral A. Perkembangan Moral Riset psikologi menunjukkan bahwa, perkembangan moral seseorang dapat berubah ketika dewasa. Saat anak-anak, kita secara jujur mengatakan apa yang benar dan apa yang salah, dan patuh untuk menghindari hukuman. Ketika tumbuh menjadi remaja, standar moral konvensional secara bertahap diinternalisasikan. Standar moral pada tahap ini didasarkan pada pemenuhan harapan keluarga, teman dan masyarakat sekitar. Hanya sebagian manusia dewasa yang rasional dan berpengalaman memiliki kemampuan merefleksikan secara kritis standar moral konvensional yang diwariskan keluarga, teman, budaya atau agama kita. Yaitu standar moral yang tidak memihak dan yang lebih memperhatikan kepentingan orang lain, dan secara memadai menyeimbangkan perhatian terhadap orang lain dengan perhatian terhadap diri sendiri. Menurut ahli psikologi, Lawrence Kohlberg, dengan risetnya selama 20 tahun, menyimpulkan, bahwa ada 6 tingkatan (terdiri dari 3 level, masing-masing 2 tahap) yang teridentifikasi dalam perkembangan moral seseorang untuk berhadapan dengan isu-isu moral. Tahapannya adalah sebagai berikut : 1)Level satu : Tahap Prakonvensional Pada tahap pertama, seorang anak dapat merespon peraturan dan ekspektasi sosial dan dapat menerapkan label-label baik, buruk, benar dan salah. Tahap satu : Orientasi Hukuman dan Ketaatan Pada tahap ini, konsekuensi fisik sebuah tindakan sepenuhnya ditentukan oleh kebaikan atau keburukan tindakan itu. Alasan anak untuk melakukan yang baik adalah untuk menghindari hukuman atau menghormati kekuatan otoritas fisik yang lebih besar. Tahap dua : Orientasi Instrumen dan Relativitas Pada tahap ini, tindakan yang benar adalah yang dapat berfungsi sebagai instrument untuk memuaskan kebutuhan anak itu sendiri atau kebutuhan mereka yang dipedulikan anak itu. 2) Level dua :Tahap Konvensional Pada level ini, orang tidak hanya berdamai dengan harapan, tetapi menunjukkan loyalitas terhadap kelompok beserta norma-normanya. Remaja pada masa ini, dapat melihat situasi dari sudut pandang orang lain, dari perspektif kelompok sosialnya. Tahap Tiga : Orientasi pada Kesesuaian Interpersonal Pada tahap ini, melakukan apa yang baik dimotivasi oleh kebutuhan untuk dilihat sebagai pelaku yang baik dalam pandangannya sendiri dan pandangan orang lain. Tahap Empat : Orientasi pada Hukum dan Keteraturan Benar dan salah pada tahap konvensional yang lebih dewasa, kini ditentukan oleh loyalitas terhadap negara atau masyarakat sekitarnya yang lebih besar. Hukum dipatuhi kecuali tidak sesuai dengan kewajiban sosial lain yang sudah jelas. 3) Level tiga : Tahap Postkonvensional, Otonom, atau Berprinsip Pada tahap ini, seseorang tidak lagi secara sederhana menerima nilai dan norma kelompoknya. Dia justru berusaha melihat situasi dari sudut pandang yang secara adil mempertimbangkan kepentingan orang lain. Dia mempertanyakan hukum dan nilai yang diadopsi oleh masyarakat dan mendefinisikan kembali dalam pengertian prinsip moral yang dipilih sendiri yang dapat dijustifikasi secara rasional. Hukum dan nilai yang pantas adalah yang sesuai dengan prinsip-prinsip yang memotivasi orang yang rasional untuk menjalankannya. Tahap Lima : Orientasi pada Kontrak Sosial Tahap ini, seseorang menjadi sadar bahwa mempunyai beragam pandangan dan pendapat personal yang bertentangan dan menekankan cara yang adil untuk mencapai consensus dengan kesepahaman, kontrak, dan proses yang matang. Dia percaya bahwa nilai dan norma bersifat relative, dan terlepas dari consensus demokratis semuanya diberi toleransi. Tahap Enam : Orientasi pada Prinsip Etika yang Universal Tahap akhir ini, tindakan yang benar didefinisikan dalam pengertian prinsip moral yang dipilih karena komprehensivitas, universalitas, dan konsistensi. Alasan seseorang untuk melakukan apa yang benar berdasarkan pada komitmen terhadap prinsip-prinsip moral tersebut dan dia melihatnya sebagai criteria untuk mengevaluasi semua aturan dan tatanan moral yang lain. DAFTAR PUSTAKA http://ungguhprasetiadi.blogspot.com/2012/04/etika-dan-moral-dalam-bisnis.html http://matamatakuliah.blogspot.com/2012/03/norma-moral-dan-etika-dalam-bisnis.html http://huxleyi.wordpress.com/2011/11/21/pengamalan-norma-norma-moral-dan-etika-dalam-bisnis-global/.

Jangan Lupa Jempolnya/ Like

Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking

Designed By VungTauZ.Com