TRANSLASI MATA UANG ASING
1.1 Latar belakang dan terminologi
Translasi
tidak sama dengan konversi, yang adalah pertukaran dari satu mata uang ke mata
uang lain secara fisik. translasi hanya perubahan satuan unit moneter, seperti
halnya sebuah neraca yang dinyatatakan dalam pound inggris disajikan ulang ke
dalam nilai ekuivalen dolar AS. Tidak ada pertukaran fisik yang terjadi, dan
tidak ada transaksi terkait yang terjadi seperti bila dilakukan konversi
trasnsaksi
mata uang asing terjadi pada pasar spot, forward atau swap. Mata uang yang
dibeli atau dijual pada umumnya harus dikirimkan secepatnya, yaitu dalam waktu
2 hari kerja kusr nilai tukar pasar
dipengaruhi oleh banyak faktor,termasuk perbedaan tingkat infalsi antar negara,
perbedaan suku bunga nasional dan ekspetasi terhadap arah nilai tukar dimasa
mendatang.
tranlasi
saldo- salso dalam mata uang asing dilakukan sederhan saja, baik secara
langsung maupun tidak lanngsung. Nilai ekuivalen mata uang domestik diperoleh
dengan mengalihkan saldo dalam mata uang asing
dengan
kuoltasi kurs langsung atau dengan membagi salso mata uang asing dengan kuatasi
tidak langsung.
2.1 PENGARUH ALTERNATIF KURS
TRANSLASI TERHADAP LAPORAN KEUANGAN
ketiga
nilai kurs berikut ini digunakan ketika melakukan tranlasi saldo dalam mata uang
asing menjadi mata uang
domestik.
1.
Kurs kini (current) adalah kurs nilai
tukar pada saat tanggal laporan keuangan
2.
kurs historis (historical) adalah
nilai tukar pada saat suatu aktiva dalam mata unag asing pertama kali diperoleh
atau ketika suatu kewajiban dalam dalam mata uang asing pertama kali terjadi.
3.
kurs rata-rata (average) adalah
rata-rata sederhana atau tertimbang dari kurs nilai tukar kini.
Pada
saat mempertimbangkan keuntungan dan kerugian nilai tukar penting untuk
membedakan antara keuntungan atau kerugian dari transaksi dan tranlasi. suatu
transaksi yang
direalisasi menimbulkan keuntungan dan kerugian yang nyata. seacara umum para
akuntan menyutujui bahwa keuntungan dan kerigian seperti itu harus tercermin
secepatnya dalam laba.
sebaliknya,
penyusuain translsasi bersifat belim direalisasi atau masi diatas kertas.
Ø Keuntungan
dan Kerugian Translasi
Perlakuan-perlakuan
akuntansi menyebabkan penyesuaian-penyesuaian intemasional ini sama beragamnya
dengan prosedur-prosedur translasi yang melatarbelakanginya. Karenanya,
solusi-solusi yang masuk akal atas masalah bagaimana memperlakukan “keuntungan
atau kerugian” translasi ini sangat dibutuhkan.
Pendekatan-pendekatan
atas akuntansi bagi penyesuaian translasi dimulai dari pendekatan deferral
(penundaan) hingga pendekatan yang tidak mengharuskan penundaan sama sekali,
dengan perlakuan-perlakuan hibrida diantara keduanya.
Mayor
deferal.Memasukkan penyesuaian-penyesuaian translasi dalam laba berjalan secara
umum umum ditentang dengan alasan bahwa penyesuaian-penyesuaian tersebut
hanyalah produk dari proses penyajian ulang. Yaitu, perubahan-perubahan dalam
valuta domestik ekivalen dari aktiva bersih perusahaan anak di luar negeri
“belum terealisasi”, tidak memiliki efek atas arus kas valuta lokal yang ditimbulkan
oleh entitas di luar negeri yang mungkin sedang melakukan investasi ulang atau
membayar kembali kepada perusahaan induk. Memasukkan penyesuaian-penyesuaian
semacam itu dalam laba berjalan, dengan demikian, akan menyesatkan. Dalam
situasi-situasi ini, penyesuaian translasi harus diakumulasikan secara terpisah
sebagai bagian dari ekuitas konsolidasi.
Meskipun
begitu, pendekatan deferral, mungkin ditentang dengan alasan bahwa nilai tukar
tidak kembali ke keadaan semula dengan sendirinya. Bahkan jika hal itu terjadi,
penyesuaian-penyesuaiati deferral atau transaksi akan didasari pada prediksi
nilai tukar, upaya yang paling susah dalam praktik. Situasi-situasi bisa timbul
dimana hasil-hasil operasi mengalami salah saji hanya karena kesalahan
peramalan. Bagi beberapa pihak, penundaan kerugian atau keuntungan translasi
menutupi perilaku perubahan nilai tukar; yaitu, perubahan-perubahan kurs
merupakan fakta historis dan pemakai-pemalcai laporan keuanganakan terlayani
dengan baik jika dampak-dampak fluktuasi nilai tukar dicatat ketika
dampak-dampak ini muncul. Menurut FAS No. 8(paragraf 199), “Kurs selalu
berfluktuasi; akuntansi seharusnya tidak memberi kesan bahwa kurs tersebut
stabil”.
Deferral
dan Amortisasi. Beberapa pengamat menyukai penundaan keuntungan dan kerugian
translasi dan mengamortisasikan penyesuaian-penyesuaian ini selama usia
item-item neraca yang bersangkutan. Apresiasi marka terhadap dolar antar
tanggal konsolidasi menghasilkan kerugian translasi. Berdasarkan asumsi bahwa
biaya dari aset termasuk pengorbanan yang diperlukan untuk mengurangi dan
menghapus kewajiban yang terkait, kerugian translasi akan diperlakukan sebagai
bagian dari biaya aset yang bersangkutan dan diamortisasikan menjadi beban
selama usia produktif aset Tersebut.
No
deferral. Pilihan ketiga dalam akuntansi bagi keuntungan dan kerugian translasi
adalah dengan mengakui kerugian atau keuntungan tersebut dalam laporan
laba-rugi secepatnya. Penundaaan macam apapun dianggap semu dan menyesatkan.
Selain itu, kriteria-kriteria penundaan dianggap tidak mungkin
diimplementasikan dan secara internal tidak konsisten. Jadi, pendekatan
tradisionalnya adalah mengakui kerugian dengan segera tetapi hanya mengakui
keuntungan sejauh keuntungan tersebut telah terealisasi. Walaupun bersifat
konservatif, penundaan keuntungan translasi semata-mata dilakukan karena
keuntungan “menolak” bahwa perubahan kurs telah terjadi.
Memasukkan
keuntungan dan kerugian translasi dalam laba berjalan, sayangnya, berarti
melibatkan elemen random dalam laba yang bisa mengakibatkan gejolak laba yang
signifikan setiap kali nilai tukar berubah. Selain itu, memasukkan keuntungan
dan kerugian “di atas kertas” semacam itu ke dalam laba yang dilaporkan bisa
menyesatkan pembaca laporan keuangan, karena penyesuian-penyesuaian ini tidak
selalu menyediakan informasi yang cocok dengan dampak ekonomi yang diharapkan
dari perubahan kurs atas arus kas perusahaan.
3.1 TRANSAKSI MATA UANG ASING
Ciri
utama yang istimewa dari suatu transasi mata uang asing adalah penyelesaiannya
dipengaruhi dalam suatu mata uang asing.Jadi trsaksi dalam mata unag terjadi
pada saat
suatu perusahaan membeli atau menjual barang dengan pembayaran yang dilakukan
dalam suatu mata uang asing atau ketika perusahaan meminjam dalam mata uamg
asing. Suatu transaksi mata uang asing dapat berdenominasi dalam satu mata uang, tetapi diukur atau dicatat dala mata
uang yang lain.
4.1
TRANSLASI
MATA UANG ASING DAN INFLASI
suatu
hubungan terbalik antara tingkat inflasi suatu negara dan nilai eksternal mata
uangnya telah ditunjukkna secara empiris. Alhasil pengunan kurs kini untuk mentranslasi
kan biaya perolehan aktiva nonmeneter yang beralokasi lingkungan berinflasi
pada akhirnya akan menimbulkan nilai ekuivalen dalam mata uang domestik yang
jauh lebih rendah dari pada dasar pengukuran
awalnya. Pada saat yang bersamaan, laba
yang ditranlasikan akan jauh lebih besar sehubung dengan beban depresiasi yang
juga lenih rendah .
Penilain
dolar lebih rendah biasanya merendahkan kekuatan laba aktual dari aktiva luar
negri yang didukung oleh inflasi lokal dan rasio pengembalian atas investasi yang
terpengaruh inflasi disuatu operasi luar negri dapat menciptakan harapan yang
palsu atas keuntungan masa depan.
5.1 TRANSLASI MATA UANG ASING DAN
NEGARA LAIN
Ciri
utama yang istimewa dari sebuah transaksi mata uang asing adalah penyelesainnya
dipengaruhi dalam suatu mata uang asing. Jadi, transaksi dalam mata uang asing
terjadi pada saat suatu perusahaan membeli atau menjual barang dengan
pembayaran yang dilakukan dalam suatu mata uang asing atau ketika perusahaan
meminjam atau meminjamkan dalam mata uang asing.
Suatu transaksi mata uang asing dapat berdenominasi dalam satu mata uang,
tetapi diukur atau dicatat dalam mata uang yang lain. Untuk memahami mengapa
hal ini terjadi, petimbangkanlah pertama-tama istilah mata uang fungsional.
Mata uang fungsional sebuah perusahaan diartikan sebagai mata uang lingkungan
ekonomi yang utama dimana perusahaan beroperasi dan menghasilkan arus kas. Jika
suatu operasi anak perusahaan luar negeri relative berdiri sendiri dan
terintegrasi dalam Negara asing (yaitu sutau anak perusahaan yang menghasilkan
produk untuk distribusi setempat), umumnya akan menghasilkan dan mengeluarkan
uang dalam mata uang local (Negara-negara domisili). Dengan demikian mata uang
local (contoh euro untuk anak perusahaandari suatu perusahaan AS yang berada di
Belgia) adalah mata uang fungsionalnya.
Untuk
menggambarkan perbedaan antara suatu transaksi yang berdenominasi dalam suatu
mata uang tetapi diukur dalam mata uang lainnya, misalkan sebuah anak
perusahaan AS di Hong Kong membeli persediaan barang dagangan dari Republik
Rakyat Cina yang dibayarkan dalam renmimbi. Mata uang fungsional anak
perusahaan adalah dollar AS. Dalam kasus ini, anak perusahaan akan mengukur
transaksi mata uang asing yang berdenominasi dalam renmimbi ke dalam dollar AS,
mata uang yang digunakan dalam catatan bukunya. Dari sudut pandang induk
perusahaan, kewajiban anak perusahaan berdenominasi dalam renmimbi, tetapi
diukur dalam dollar AS, mata uang fungsionalnya, untuk keperluan konsolidasi
FAS
N0 25 menjadi dasar standar yang sama ditempat lain. institut akuntan
bersitifikat di kanada, badan standar akuntansi inggris dan badan akuntansi
internasional seleruhnya
berpartisipasi dalam penyusunan FAS No 25 tersebut. Perbedaan uatama antara standar di inggris dan
Asberkaitan dengan anak perusahanan yagn bediri
sendiri di negara- negara yang mengalami hiperinflas. Di inggirs
dilaporkan keuangan petama- tama harus disesuaikan terhadap tingkat harga kini
dan kemudian ditranlasikan dengan menggunkan kurs kini, di amerika serikat,
metode temporal ang digunakan.
Ø Alasan-Alasan Untuk Melakukan Translasi
Perusahaan dengan operasi luar negeri yang signifikan menyusun laporan keuangan konsolidasi yang memungkinkan para pembaca laporan untuk mendapatkan pemahaman yang holistic atas operasi perusahaan, baik domestic dan luar negeri. Untuk mencapai hal ini, laporan keuangan anak perusahaan luar negeri yang berdenominasi dalam mata uang asing disajikan ulang dengan mata uang pelaporan induk perusahaan. Proses penyajian ulang informasi keuangan dari satu mata uang ke mata uang lainnya disebut sebagai translasi. Kebanyakan masalah yang berkaitan dengan translasi mata uang berasal dari fakta bahwa nilai relative mata uang asing jarang sekali ditetapkan. Kurs nilai tukar variable, yang digabungkan dengan berbagai macam metode translasi yang dapat digunakan dan perbedaan perlakuan atas keuntungan dan kerugian translasi, membuat perbandingan hasil keuangan satu perusahaan dengan perusahaan lain, atau perbandingan hasil suatu perusahaan yang sama dari satu periode ke periode lain sulit dilakukan. Keadaan ini merupakan tantangan tersendiri bagi perusahaan multinasional untuk menyediakan pengungkapan informasi hasil operasi dan posisi keuangan. Alasan tambahan untuk translasi mata uang asing adalah untuk mencatat transaksi mata uang asing, mengukur risiko suatu perusahaan terhadap pengaruh perubahan mata uang dan berkomunikasi dengan para pihak berkepentingan dari luar negeri. Untuk keperluan akuntansi, suatu aktiva dan kewajiban mata uang asing dikatakan menghadapi resiko mata uang jika suatu perubahan kurs nilai tukar mata uang menyebabkan mata uang induk perusahaan (pelaporan) juga berubah. Pengukuran resiko ini akan berbeda-beda tergantung dari metode translasi yang dipilih untuk digunakan oleh perusahaan.
Ø Metode konversi mata uang
Diseluruh dunia setidaknya dikenal 4 jenis metode
konversi mata uang, yaitu :
1.
MetodeCurrent/Noncurrent
Metode ini merupakan metode yang paling tua di antara metode konversi mata uang. Dengan metode ini, semua asset dan kewajiban lancer dari cabang-cabang perusahaan dikonversikan dalam mata uang Negara asal dengan kurs saat ini, yaitu kurs pada saat neraca disusun. Sedang asset dan kewajiban yang tidak lancar (noncurrent),seperti biaya depresiasi, dikonversikan pada kurs histories, yaitu kurs pada saat asset diperoleh ataupun pada saat kewajiban terjadi. Oleh karena itu, cabang perusahaan di luar negeri yang memiliki modal kerja yang dinilai positif dalam mata uang local akan meningkatkan resiko rugi (translation loss) akibat devaluasi dengan metode current/non current. Sebaliknya bila modal kerja ternyata negative dinilai dalam mata uang local berarti terdapat keuntungan (translation gain) akibat revaluasi dengan metode tersebut.
Metode ini merupakan metode yang paling tua di antara metode konversi mata uang. Dengan metode ini, semua asset dan kewajiban lancer dari cabang-cabang perusahaan dikonversikan dalam mata uang Negara asal dengan kurs saat ini, yaitu kurs pada saat neraca disusun. Sedang asset dan kewajiban yang tidak lancar (noncurrent),seperti biaya depresiasi, dikonversikan pada kurs histories, yaitu kurs pada saat asset diperoleh ataupun pada saat kewajiban terjadi. Oleh karena itu, cabang perusahaan di luar negeri yang memiliki modal kerja yang dinilai positif dalam mata uang local akan meningkatkan resiko rugi (translation loss) akibat devaluasi dengan metode current/non current. Sebaliknya bila modal kerja ternyata negative dinilai dalam mata uang local berarti terdapat keuntungan (translation gain) akibat revaluasi dengan metode tersebut.
2.
Metode Monetary/non monetary
Asset moneter (terutama kas, surat-surat berharga,
piutang, dan piutang jangka panjang) dan kewajiban moneter (terutama utang
lancar dan utang jangka panjang) dikonversi pada kurs saat ini. Sedang pos-pos
nonmoneter, seperti stock barang, asset tetap, dan investasi jangka panjang,
dikonversi pada kurs histories.
3.
Metode temporal
Dengan menggunakan metode temporal, translasi mata uang
merupakan proses konversi pengukuran atau penyajian ulang nilai tertentu.
Metode tidak mengubah atribut suatu pos yang diukur, malainkan hanya mengubah
unit pengukuran. Translasi saldo-saldo dalam mata uang asing menyebabkan
pengukuran ulang denominasi pos-pos tersebut, tetapi bukan penilaian
sesungguhnya.
4.
Metode Current rate
Metode ini merupakan metode yang paling mudah karena
semua pos neraca dan laba/rugi dikonversi dengan kurs saat ini. Metode ini
direkomendasi oleh Ikatan Akuntan Inggris, Skotlandia, dan Wales, serta secara
luas digunakan oleh perusahaan-perusahaan Inggris. Dengan metode ini, bila
asset yang didenominasi dalam valas melebihi kewajiban dalam valas, suatu
devalusai akan menghasilkan kerugian. Variasi dari metode ini adalah
mengkonversi semua asset dan kewajiban, kecuali asset tetap bersih yang
dinyatakan dengan kurs saat ini.
Daftar Pustaka
Frederick D.S.Choi , international
acounting/Akuntnasi internasional. Salemba Empat, Jakarta 2005
WWW Geogle COM
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking