Fitnah Wanita
Buletin
Al Wala’ Wal Bara’ Edisi 4 Tahun I/22 Syawwal 1423 H/27 Desember 2002 M
Semua perasaan
condong kepadanya, perbuatan haram pun terjadi karenanya. Mengundang terjadinya
pembunuhan permusuhan disebabkan karenanya. Sekurang-kurangnya ia sebagai insan
yang disukai di dunia. Kerusakan mana yang lebih besar daripada ini?
Begitulah Al Imam Al Mubarakfuri rahimahullah
menjelaskan tentang bahaya fitnah (godaan/cobaan) wanita dalam At Tuhfah Al Ahwadzi 8/53.
Kaum Muslimin rahimakumullah,
jauh sebelumnya Allah Subhanahu wa Ta'ala menyatakan bahwa fitnah yang
paling besar adalah wanita, bahkan ia sebagai sumber syahwat. Allah Subhanahu
wa Ta'ala berfirman : “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia
kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita … .” (QS. Ali Imran : 14)
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa
Sallam memberikan peringatan dari fitnahnya sebagaimana yang diriwayatkan
dalam Shahih Muslim dari
shahabat Abu Said Al Khudri radliyallahu 'anhu, beliau bersabda : “Hati-hatilah
terhadap dunia dan hati-hatilah terhadap wanita karena sesungguhnya fitnah yang
pertama kali menimpa Bani Israil adalah wanita.”
Pada riwayat lain dalam Shahih Muslim dari shahabat Jabir,
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
Wa Sallam mengisyaratkan
dengan sabdanya : “Sesungguhnya wanita menghadap dalam bentuk syaithan dan
membelakang dalam bentuk syaithan.”
Kaum Muslimin rahimakumullah,
demikianlah memang agama Allah datang untuk mengatur semua urusan manusia,
membimbing para pemeluknya kepada yang membuat maslahat, dan menjaga kepada apa
yang akan menjerumuskannya kepada kemudlaratan sehingga kita mendapatkan Allah
memperingatkan dari ajakan-ajakan syaithan. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman
: “Wahai Bani Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaithan sebagaimana
ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari Surga, ia menanggalkan dari
keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya. Sesungguhnya
ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa
melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaithan-syaithan itu
pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.” (QS. Al A’raf : 27)
Para wanita menyerupai syaithan karena
ia sebagai penyebab timbulnya fitnah bagi laki-laki seperti pernyataan
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
Wa Sallam di atas. Oleh
karena itu hendaklah para wanita bertakwa kepada Allah dengan menjaga dirinya
dan menjaga kaum lelaki dari fitnah yang ditimbulkan karenanya. Ketahuilah
bahwa Islam telah datang dengan menjelaskan kedudukan para wanita. Di antara
yang menunjukkan hal itu adalah :
1.
Persamaan dalam hal penciptaan dengan laki-laki. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman
: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untukmu
istri-istri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya dan dijadikan-Nya di antara kamu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada
yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar Rum : 21)
2.
Persamaan dalam mendapatkan pahala atas amal shalih. Allah berfirman : “Maka Rabb
mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman) : “Sesungguhnya Aku
tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu baik
laki-laki maupun perempuan (karena) sebagian kamu adalah turunan sebagian yang
lain … .” (QS. Ali Imran : 195).
Allah juga berfirman : “Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih baik
laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik … .” (QS. An Nahl : 97)
3.
Persamaan dalam hal hak mendapatkan warisan. Sekalipun hak warisan laki-laki
lebih darinya ini hanyalah hikmah yang terkandung di dalamnya. Berkata Al Imam
As Syinkithi dalam Adlwa’ul Bayan
1/308 pada firman Allah : “Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian
pusaka untuk) anak-anakmu, yaitu bagian seorang anak lelaki sama dengan bagian
dua anak perempuan … .” (QS. An
Nisa : 11). Allah tidak menjelaskan dalam ayat ini hikmah dilebihkannya
laki-laki atas perempuan dalam hal warisan padahal keduanya sama dalam hal
kekerabatan. Akan tetapi Allah mengisyaratkan yang demikian itu di tempat lain,
yaitu firman-Nya : “Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita oleh
karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain
(wanita) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari
harta-harta mereka … .” (QS. An
Nisa’ : 34)
4.
Hak untuk mendapatkan perlakuan dan pergaulan yang baik. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman
: “Apabila kamu mentalak istri-istrimu lalu mereka mendekati akhir iddahnya
maka rujukilah mereka dengan cara yang ma’ruf atau ceraikanlah mereka dengan
cara yang ma’ruf pula. Janganlah kamu merujuki mereka untuk memberi
kemudlaratan karena dengan demikian kamu menganiaya mereka … .” (QS. Al Baqarah : 231). Allah Subhanahu
wa Ta'ala juga berfirman : “ … dan bergaullah dengan mereka secara patut
… .” (QS. An Nisa’ : 19).
Masih banyak keterangan-keterangan tentang kedudukan wanita yang bersangkutan
dengan hak-haknya dan kewajibannya. Yang ini semua menunjukkan betapa besar
perhatian Islam terhadap kaum wanita, bahkan Allah mengkhususkan khithab
untuknya dalam beberapa ayat dalam Al Qur’an. Sesungguhnya ini adalah rahmat
Allah untuk mereka, Allah menjaga mereka dengan syariat-Nya, dan mensucikan
mereka dari kotoran-kotoran jahiliyah.
Pertama
: Syariat memerintahkan
wanita untuk tinggal di rumahnya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman : “Dan
hendaklah kalian tetap di rumah kalian … .” (QS. Al Ahzab : 33).
Sama sekali ini tidak berarti dhalim
terhadap wanita, atau penjara, ataupun mengurangi kebebasannya. Allah lebih
mengetahui kemaslahatan hamba-Nya. Sesungguhnya dengan tinggalnya para wanita
di rumah-rumahnya maka ia dapat mengurusi urusan rumahnya, menunaikan hak-hak
suaminya, mendidik anaknya, dan memperbanyak melakukan hal-hal baik lainnya.
Adapun keluar rumah maka hukum
asalnya adalah mubah kecuali jika dalam bermaksiat kepada Allah maka hukumnya
haram.
Kedua
: Syariat melarang
mereka bertabaruj, yaitu berhias di hadapan selain mahramnya. Allah Subhanahu
wa Ta'ala berfirman : “ … dan janganlah kalian berhias dan bertingkah
laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu … .” (QS. Al Ahzab : 33)
Ketiga
: Mereka dilarang
berbicara dengan suara yang mendayu-dayu yang dapat mengundang fitnah. Allah Subhanahu
wa Ta'ala berfirman : “ … maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara
sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit di hatinya dan ucapkanlah
perkataan yang baik.” (QS. Al Ahzab
: 32)
Keempat
: Mereka dilarang
keluar rumah dengan memakai wangi-wangian. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa
Sallam bersabda : “Wanita mana saja yang memakai wangi-wangian kemudian
lewat di suatu kaum supaya mereka mendapatkan bau harumnya maka ia telah
berzina.” (HR. Ahmad dari shahabat
Abu Musa Al Asy’ari radliyallahu 'anhu). Bahkan dalam riwayat
Muslim dari shahabat Abu Hurairah radliyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wa
Sallam bersabda : “Wanita mana saja yang memakai bukhur (sejenis
wangi-wangian) tidak diperkenankan untuk shalat Isya’ di malam hari bersama
kami.” Tidak diragukan lagi bahwa shalat berjamaah memiliki keutamaan 27
derajat atas shalat sendirian. Walau demikian Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa
Sallam melarang para wanita untuk shalat Isya’ jika mereka memakai
wangi-wangian, hal ini menjaga supaya tidak terjadi fitnah.
Kelima
: Mereka dilarang untuk
berdua-duaan dengan lelaki yang bukan mahramnya, demikian pula sebaliknya
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
Wa Sallam bersabda : “Tidak
boleh seorang laki-laki berkhalwat (menyendiri/berduaan) dengan seorang wanita
kecuali dengan mahramnya.” (HR. Muttafaq
‘alaihi dari shahabat Ibnu Abbas radliyallahu 'anhuma)
Maka wajib atas kaum wanita menjaga
kehormatannya dan janganlah membalas nikmat Allah dengan kekufuran, wal
iyyadzubillah. Seyogyanya bagi seorang Muslim atau Muslimah untuk tidak
memiliki pendapat atau kebebasan setelah tetap hukum Allah dan Rasul-Nya.
Karena sesungguhnya Islam tidak akan tegak pada diri seseorang kecuali dengan
tunduk dan patuh. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman : “Dan tidak patut
bagi laki-laki Mukmin dan tidak pula bagi wanita Mukminah apabila Allah dan
Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan akan ada bagi mereka pilihan yang
lain tentang urusan mereka. Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan
Rasul-Nya maka sungguh dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS. Al Ahzab : 36)
(Jangan Lupa Jempolnya/Like)
(Jangan Lupa Jempolnya/Like)
Wal Ilmu Indallah.
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking