Bunga Rampai Nasihat
K.H. Abdullah Gymnastiar (Aa.Gym)
K.H. Abdullah Gymnastiar (Aa.Gym)
Mudah-mudahan Allah
SWT yang Maha Menguasai segala-galanya selalu membukakan hati kita agar bisa
melihat hikmah dibalik setiap kejadian apapun yang terjadi. Yakinlah tidak ada
satu kejadian pun yang sia-sia, tidak ada suatu kejadian pun yang tanpa makna,
sangat rugi kalau kita menghadapi hidup ini sampai tidak mendapat pelajaran
dari apa yang sedang kita jalani. Hidup ini adalah samudera hikmah tiada
terputus. Seharusnya apapun yang kita hadapi, efektif bisa menambah ilmu,
wawasan, khususnya lagi bisa menambah kematangan, kedewasaan, kearifan diri
kita sehingga kalau kita mati besok lusa atau kapan saja, maka warisan terbesar
kita adalah kehormatan pribadi kita, bukan hanya harta semata. Rindukanlah dan
selalu berharap agar saat kepulangan kita nanti, saat kematian kita adalah saat
yang paling indah.
Harusnya saat
malaikat maut menjemput, kita benar-benar dalam keadaan siap, benar-benar dalam
keadaan khusnul khatimah. Harus sering dibayangkan kalau saat meninggal nanti
kita sedang bagus niat, sedang bersih hati, keringat sedang bercucuran di jalan
Allah SWT. Syukur-syukur kalau nanti kita meninggal, kita sedang bersujud atau
sedang berjuang di jalan Allah. Jangan sampai kita mati sia-sia, seperti yang
diberitakan koran-koran tentang seorang yang meninggal sedang nonton di
bioskop. Terang saja buruk sekali orang yang meninggal di bioskop, apalagi
misalnya film yang ditontonnya film (maaf) “Gairah Membara”, film maksiat,
na’udzubillah. Dia akan “membara” betulan di neraka nanti. Ingat maut adalah
hal yang sangat penting.
Tiada kehormatan dan
kemuliaan kecuali dari Engkau wahai Allah pemilik alam semesta, yang mengangkat
derajat siapa pun yang Engkau kehendaki dan menghinakan siapa pun yang Engkau
kehendaki, segala puji hanyalah bagi-Mu dan milik-Mu. Shalawat semoga
senantiasa terlimpah bagi kekasih Allah, panutan kita semua Rasulullah SAW.
Sahabat, percayalah
sehebat apapun harta, gelar, pangkat, kedudukan, atau atribut duniawi lainnya
tak akan pernah berharga jikalau kita tidak memiliki harga diri. Apalah artinya
harta, gelar, dan pangkat, kalau pemiliknya tidak punya harga diri.
Hidup di dunia hanya
satu kali dan sebentar saja. Kita harus bersungguh-sungguh meniti karier
kehidupan kita ini menjadi orang yang memiliki harga diri dan terhormat dalam
pandangan Allah SWT juga terhormat dalam pandangan orang-orang beriman. Dan
kematian kita pun harus kita rindukan menjadi sebaik-baik kematian yang penuh
kehormatan dan kemuliaan dengan warisan terpenting kehidupan kita adalah nama
baik dan kehormatan kita yang tanpa cela, kehinaan.
Langkah awal yang
harus kita bangun dalam karier kehidupan ini adalah tekad untuk menjadi seorang
muslim yang sangat jujur dan terpercaya sampai mati. Seperti halnya Rasulullah
SAW memulai karier kehidupannya dengan gelar kehormatan Al Amin (seorang yang
sangat terpercaya).
Kita harus berjuang
mati-matian untuk memelihara harga diri kehormatan kita menjadi seorang muslim
yang terpercaya, sehingga tidak ada keraguan sama sekali bagi siapapun yang
bergaul dengan kita, baik muslim maupun non muslim, baik kawan atau lawan,
tidak boleh ada keraguan terhadap ucapan, janji, maupun amanah yang kita pikul.
Oleh karena itu, pertama,
jaga lisan kita. Jangan pernah berbohong dalam hal apapun. Sekecil dan
sesederhana apapun, bahkan betapa pun terhadap anak kecil atau dalam senda
gurau sekalipun. Harus benar-benar bersih dan meyakinkan, tidak ada dusta,
pastikan tidak pernah ada dusta! Lebih baik kita disisihkan karena kita tampil
apa adanya, daripada kita diterima karena berdusta. Sungguh tidak akan pernah bahagia
dan terhormat menjadi seorang pendusta. (Tentu saja bukan berarti harus
membeberkan aib-aib diri yang telah ditutupi Allah, ada kekuasaan tersendiri,
ada kekhususan tersendiri. Jujur bukan berarti bebas membeberkan aib sendiri).
Kedua, jaga lisan, jangan
pernah menambah-nambah, mereka-reka, mendramatisir berita, informasi, atau
sebaliknya meniadakan apa yang harus disampaikan. Sampaikanlah berita atau
informasi yang mesti disampaikan seakurat mungkin sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya. Kita terkadang suka ingin menambah-nambah sesuatu atau bahkan
merekayasa kata-kata atau cerita. Jangan lakukan! Sama sekali tidak akan
menolong kita, nanti ketika orang tahu informasi yang sebenarnya, akan
runtuhlah kepercayaan mereka kepada kita.
Ketiga, jangan sok tahu
atau sok pintar dengan menjawab setiap dan segala pertanyaan. Nah, orang yang
selalu menjawab setiap pertanyaan bila tanpa ilmu akan menunjukkan kebodohan
saja. Yakinlah kalau kita sok tahu tanpa ilmu itulah tanda kebodohan kita. Yang
lebih baik adalah kita harus berani mengatakan “tidak tahu” kalau memang kita
tidak mengetahuinya, atau jauh lebih baik disebut bodoh karena jujur apa
adanya, daripada kita berdusta dalam pandangan Allah.
Keempat, jangan pernah
membocorkan rahasia atau amanat, terlebih lagi membeberkan aib orang lain.
Jangan sekali-kali melakukannya. Ingat setiap kali kita ngobrol dengan orang
lain, maka obrolan itu jadi amanah buat kita. Bagi orang yang suka membocorkan
rahasia akan jatuhlah harga dirinya. Padahal justru kita harus jadi kuburan
bagi rahasia dan aib orang lain. Yang namanya kuburan tidak usah digali-gali
lagi kecuali pembeberan yang sah menurut syariat dan membawa kebaikan bagi
semua pihak. Ingat, bila ada seseorang datang dengan menceritakan aib dan
kejelekan orang lain kepada kita, maka jangan pernah percayai dia, karena
ketika berpisah dengan kita, maka dia pun akan menceritakan aib dan kejelekan
kita kepada yang lain lagi.
Kelima, jangan pernah
mengingkari janji dan jangan mudah mengobral janji. Pastikan setiap janji tercatat
dengan baik dan selalu ada saksi untuk mengingatkan dan berjuanglah sekuat
tenaga dan semaksimal mungkin untuk menepati janji walaupun dengan pengorbanan
lahir batin yang sangat besar dan berat. Ingat, semua pengorbanan menjadi
sangat kecil dibandingkan dengan kehilangan harga diri sebagai seorang
pengingkar janji, seorang munafik, na’udzubillah. Tidak artinya. Semua
pengorbanan itu kecil dibanding jika kita bernama si pengingkar janji.
Rasulullah SAW pernah sampai tiga hari menunggu orang yang menjanjikannya untuk
bertemu, beliau menunggu karena kehormatan bagi beliau adalah menepati
janji.***
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking