PRIBADI MUSLIM
BERPRESTASI
(Sumber : Tabloid MQ
EDISI 07/TH.1/NOVEMBER 2000)
Sekiranya kita hendak
berbicara tentang Islam dan kemuliaannya, ternyata tidaklah cukup hanya
berbicara mengenai ibadah ritual belaka. Tidaklah cukup hanya berbicara seputar
shaum, shalat, zakat, dan haji. Begitupun jikalau kita berbicara tentang
peninggalan Rasulullah SAW, maka tidak cukup hanya mengingat indahnya senyum
beliau, tidak hanya sekedar mengenang keramah-tamahan dan kelemah-lembutan
tutur katanya, tetapi harus kita lengkapi pula dengan bentuk pribadi lain dari
Rasulullah, yaitu : beliau adalah orang yang sangat menyukai dan mencintai
prestasi!
Hampir setiap
perbuatan yang dilakukan Rasulullah SAW selalu terjaga mutunya. Begitu
mempesona kualitasnya. Shalat beliau adalah shalat yang bermutu tinggi, shalat
yang prestatif, khusyuk namanya. Amal-amal beliau merupakan amal-amal yang
terpelihara kualitasnya, bermutu tinggi, ikhlas namanya. Demikian juga
keberaniannya, tafakurnya, dan aneka kiprah hidup keseharian lainnya.
Seluruhnya senantiasa dijaga untuk suatu mutu yang tertinggi.
Ya, beliau adalah pribadi
yang sangat menjaga prestasi dan mempertahankan kualitas terbaik dari apa yang
sanggup dilakukannya. Tidak heran kalau Allah Azza wa Jalla menegaskan,
"Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap rahmat Allah ..." (QS. Al
Ahzab [33] : 21)
Kalau ada yang
bertanya, mengapa sekarang umat Islam belum ditakdirkan unggul dalam kaitan
kedudukannya sebagai khalifah di muka bumi ini? Seandainya kita mau jujur dan
sudi merenung, mungkin ada hal yang tertinggal di dalam menyuritauladani
pribadi Nabi SAW. Yakni, kita belum terbiasa dengan kata prestasi. Kita masih
terasa asing dengan kata kualitas. Dan kita pun kerapkali terperangah manakala
mendengar kata unggul. Padahal, itu merupakan bagian yang sangat penting dari
peninggalan Rasulullah SAW yang diwariskan untuk umatnya hingga akhir zaman.
Akibat tidak terbiasa
dengan istilah-istilah tersebut, kita pun jadinya tidak lagi merasa bersalah
andaikata tidak tergolong menjadi orang yang berprestasi. Kita tidak merasa
kecewa ketika tidak bisa memberikan yang terbaik dari apa yang bisa kita
lakukan. Lihat saja shalat dan shaum kita, yang merupakan amalan yang paling
pokok dalam menjalankan syariat Islam. Kita jarang merasa kecewa andaikata shalat
kita tidak khusyuk. Kita jarang merasa kecewa manakala bacaan kita kurang indah
dan mengena. Kita pun jarang kecewa sekiranya shaum Ramadhan kita berlalu tanpa
kita evaluasi mutunya.
Kita memang banyak
melakukan hal-hal yang ada dalam aturan agama tetapi kadang-kadang tidak
tergerak untuk meningkatkan mutunya atau minimal kecewa dengan mutu yang tidak
baik. Tentu saja tidak semua dari kita yang memiliki kebiasaan kurang baik
semacam ini. Akan tetapi, kalau berani jujur, mungkin kita termasuk salah satu diantara
yang jarang mementingkan kualitas.
Padahal, adalah sudah
merupakan sunnatullah bahwa yang mendapatkan predikat terbaik hanyalah
orang-orang yang paling berkualitas dalam sisi dan segi apa yang Allah
takdirkan ada dalam episode kehidupan dunia ini. Baik dalam urusan duniawi
maupun ukhrawi, Allah Azza wa Jalla selalu mementingkan penilaian terbaik dari
mutu yang bisa dilakukan.
Misalnya saja shalat,
"Qadaflahal mu’minuun. Alladziina hum fii shalaatihim" (QS. Al
Mu’minuun [23] : 1-2). Amat sangat berbahagia serta beruntung bagi orang yang
khusyuk dalam shalatnya. Artinya, shalat yang terpelihara mutunya, yang
dilakukan oleh orang yang benar-benar menjaga kualitas shalatnya. Sebaliknya,
"Fawailullilmushalliin. Alladziina hum’an shalatihim saahuun" (QS. Al
Maa’uun [107] : 4-5). Kecelakaanlah bagi orang-orang yang lalai dalam
shalatnya!
Amal baru diterima
kalau benar-benar bermutu tinggi ikhlasnya. Allah Azza wa Jalla berfirman,
"Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus dan
supaya mereka mendirikan shalat serta menunaikan zakat, dan yang demikian
itulah agama yang lurus" (QS. Al Bayyinah [98] : 5). Allah pun tidak
memerintahkan kita, kecuali menyempurnakan amal-amal ini semata-mata karena
Allah. Ada riya sedikit saja, pahala amalan kita pun tidak akan diterima oleh
Allah Azza wa Jalla. Ini dalam urusan ukhrawi.
Demikian juga dalam
urusan duniawi produk-produk yang unggul selalu lebih mendapat tempat di
masyarakat. Lebih mendapatkan kedudukan dan penghargaan sesuai dengan tingkat
keunggulannya. Para pemuda yang unggul juga bisa bermamfaat lebih banyak
daripada orang-orang yang tidak memelihara dan meningkatkan mutu keunggulannya.
Pendek kata, siapapun
yang ingin memahami Islam secara lebih cocok dengan apa-apa yang telah
dicontohkan Rasul, maka bagian yang harus menjadi pedoman hidup adalah bahwa
kita harus tetap tergolong menjadi orang yang menikmati perbuatan dan karya
terbaik, yang paling berkulitas. Prestasi dan keunggulan adalah bagian yang
harus menjadi lekat menyatu dalam perilaku kita sehari-hari.
Kita harus menikmati
karya terbaik kita, ibadah terbaik kita, serta amalan terbaik yang harus kita
tingkatkan. Tubuh memberikan karya terbaik sesuai dengan syariat dunia
sementara hati memberikan keikhlasan terbaik sesuai dengan syariat agama. Insya
Allah, di dunia kita akan memperoleh tempat terbaik dan di akhirat pun
mudah-mudahan mendapatkan tempat dan balasan terbaik pula.
Tubuh seratus persen
bersimbah peluh berkuah keringat dalam memberikan upaya terbaik, otak seratus
persen digunakan untuk mengatur strategi yang paling jitu dan paling mutakhir,
dan hati pun seratus persen memberikan tawakal serta ikhlas terbaik, maka kita
pun akan puas menjalani hidup yang singkat ini dengan perbuatan yang Insya
Allah tertinggi dan bermutu. Inilah justru yang dikhendaki oleh Al Islam, yang
telah dicontohkan Rasulullah SAW yang mulia, para sahabatnya yang terhormat,
dan orang-orang shaleh sesudahnya.
Oleh sebab itu,
bangkitlah dan jangan ditunda-tunda lagi untuk menjadi seorang pribadi muslim
yang berprestasi, yang unggul dalam potensi yang telah dianugerahkan Allah SWT
kepada setiap diri hamba-hambanya. Kitalah sebenarnya yang paling berhak
menjadi manusia terbaik, yang mampu menggenggam dunia ini, daripada mereka yang
ingkar, tidak mengakui bahwa segala potensi dan kesuksesan itu adalah anugerah
dan karunia Allah SWT, Zat Maha Pencipta dan Maha Penguasa atas jagat raya alam
semesta dan segala isinya ini!
Ingat, wahai
hamba-hamba Allah, "Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh yang ma’ruf dan mencegah yang munkar dan beriman kepada Allah
...!’ (QS. Ali Imran [3] : 110).
(Jangan Lupa Jempolnya/ Like)
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking