UPAYA MENGHIDUPKAN
QOLBU
(Sumber : Tabloid MQ
EDISI 06/TH.1/OKTOBER 2000)
Kalau ada satu
keberuntungan bagi manusia dibanding dengan hewan, maka itu adalah bahwa
manusia memiliki kesempatan untuk ma’rifat (kesanggupan mengenal Allah).
Kesanggupan ini dikaruniakan Allah karena manusia memiliki akal dan yang
terutama sekali hati nurani. Inilah karunia Allah yang sangat besar bagi
manusia.
Orang-orang yang
hatinya benar-benar berfungsi akan berhasil mengenali dirinya dan pada akhirnya
akan berhasil pula mengenali Tuhannya. Tidak ada kekayaan termahal dalam hidup
ini, kecuali keberhasilan mengenali diri dan Tuhannya.
Karenanya, siapapun
yang tidak bersungguh-sungguh menghidupkan hati nuraninya, dia akan jahil, akan
bodoh, baik dalam mengenal dirinya sendiri, lebih-lebih lagi dalam mengenal
Allah Azza wa Jalla, Zat yang telah menyempurnakan kejadiannya dan pula
mengurus tubuhnya lebih daripada apa yang bisa ia lakukan terhadap dirinya
sendiri.
Orang-orang yang
sepanjang hidupnya tidak pernah mampu mengenal dirinya dengan baik, tidak akan
tahu harus bagaimana menyikapi hidup ini, tidak akan tahu indahnya hidup.
Demikian pun, karena tidak mengenal Tuhannya, maka hampir dapat dipastikan
kalau yang dikenalnya hanyalah dunia ini saja, dan itu pun sebagian kecil
belaka.
Akibatnya, semua
kalkulasi perbuatannya, tidak bisa tidak, hanya diukur oleh aksesoris keduniaan
belaka. Dia menghargai orang semata-mata karena orang tersebut tinggi pangkat,
jabatan, dan kedudukannya, ataupun banyak hartanya. Demikian pula dirinya
sendiri merasa berharga di mata orang, itu karena ia merasa memiliki kelebihan
duniawi dibandingkan dengan orang lain. Adapun dalam perkara harta, gelar,
pangkat, dan kedudukan itu sendiri, ia tidak akan mempedulikan dari mana
datangnya dan kemana perginya karena yang penting baginya adalah ada dan
tiadanya.
Sebagian besar orang
ternyata tidak mempunyai cukup waktu dan kesungguhan untuk bisa mengenali hati
nuraninya sendiri. Akibatnya, menjadi tidak sadar, apa yang harus dilakukan di
dalam kehidupan dunia yang serba singkat ini. Sayang sekali, hati nurani itu -
berbeda dengan dunia - tidak bisa dilihat dan diraba. Kendatipun demikian, kita
hendaknya sadar bahwa hatilah pusat segala kesejukan dan keindahan dalam hidup
ini.
Seorang ibu yang
tengah mengandung ternyata mampu menjalani hari-harinya dengan sabar, padahal
jelas secara duniawi tidak menguntungkan apapun. Yang ada malah berat
melangkah, sakit, lelah, mual. Walaupun demikian, semua itu toh tidak membuat
sang ibu berbuat aniaya terhadap jabang bayi yang dikandungnya.
Datang saatnya
melahirkan, apa yang bisa dirasakan seorang ibu, selain rasa sakit yang tak
terperikan. Tubuh terluka, darah bersimbah, bahkan tak jarang berjuang diujung
maut. Ketika jabang bayi berhasil terlahir ke dunia, subhanallaah, sang ibu
malah tersenyum bahagia.
Sang bayi yang masih
merah itu pun dimomong siang malam dengan sepenuh kasih sayang. Padahal
tangisnya di tengah malam buta membuat sang ibu terkurangkan jatah
istirahatnya. Siang malam dengan sabar ia mengganti popok yang
sebentar-sebentar basah dan sebentar-sebentar belepotan kotoran bayi. Cucian
pun tambah menggunung karena tak jarang pakaian sang ibu harus sering diganti
karena terkena pipis si jantung hati. Akan tetapi, Masya Allah, semua beban
derita itu toh tidak membuat ia berlaku kasar atau mencampakkan sang bayi.
Ketika tiba saatnya
si buah hati belajar berjalan, ibu pun dengan seksama membimbing dan
menjaganya. Hatinya selalu cemas jangan-jangan si mungil yang tampak kian hari
semakin lucu itu terjatuh atau menginjak duri. Saatnya si anak harus masuk
sekolah, tak kurang-kurangnya menjadi beban orang tua. Demikian pula ketika
memasuki dunia remaja, mulai tampak kenakalannya, mulai sering membuat kesal
orang tua. Sungguh menjadi beban batin yang tidak ringan.
Pendek kata, sewaktu
kecil menjadi beban, sudah besar pun tak kurang menyusahkan. Begitu panjang
rentang waktu yang harus dijalani orang tua dalam menanggung segala beban,
namun begitu sedikit balas jasa anak. Bahkan tak jarang sang anak malah membuat
durhaka, menelantarkan, dan mencampakkan kedua orang tuanya begitu saja
manakala tiba saatnya mereka tua renta.
Mengapa orang tua
bisa sedemikian tahan untuk terus menerus berkorban bagi anak-anaknya? Karena,
keduanya mempunyai hati nurani, yang dari dalamnya terpancar kasih sayang yang
tulus suci. Walaupun tidak ada imbalan langsung dari anak-anaknya, namun nurani
yang memiliki kasih sayang inilah yang memuatnya tahan terhadap segala
kesulitan dan penderitaan. Bahkan sesuatu yang menyengsarakan pun terasa tidak
menjadi beban.
Oleh karena itu,
beruntunglah orang yang ditakdirkan memiliki kekayaan berupa harta yang banyak,
akan tetapi yang harus selalu kita jaga dan rawat sesungguhnya adalah kekayaan
batin kita berupa hati nurani ini. Hati nurani yang penuh cahaya kebenaran akan
membuat pemiliknya merasakan indah dan lezatnya hidup ini karena selalu akan
merasakan kedekatan dengan Allah Azza wa Jalla. Sebaliknya, waspadalah bila
cahaya hati nurani menjadi redup. Karena, tidak bisa tidak, akan membuat
pemiliknya selalu merasakan kesengsaraan lahir batin lantaran senantiasa merasa
terjauhkan dari rahmat dan pertolongan-Nya.
Allah Mahatahu akan
segala lintasan hati. Dia menciptakan manusia beserta segala isinya ini dari
unsur tanah; dan itu berarti senyawa dengan tubuh kita karena sama-sama terbuat
dari tanah. Karenanya, untuk memenuhi kebutuhan kita tidaklah cukup dengan
berdzikir, tetapi harus dipenuhi dengan aneka perangkat dan makanan, yang
ternyata sumbernya dari tanah pula.
Bila perut terasa
lapar, maka kita santap aneka makanan, yang sumbernya ternyata dari tanah. Bila
tubuh kedinginan, kita pun mengenakan pakaian, yang bila ditelusuri, ternyata
unsur-unsurnya terbuat dari tanah. Demikian pun bila suatu ketika tubuh kita menderita
sakit, maka dicarilah obat-obatan, yang juga diolah dari komponen-komponen yang
berasal dari tanah pula. Pendek kata, untuk segala keperluan tubuh, kita
mencarikan jawabannya dari tanah.
Akan tetapi, qolbu
ini ternyata tidak senyawa dengan unsur-unsur tanah, sehingga hanya akan
terpuaskan laparnya, dahaganya, sakitnya, serta kebersihannya semata-mata
dengan mengingat Allah. "Alaa bizikrillaahi tathmainul quluub." (QS.
Ar Rad [13] : 28). Camkan, hatimu hanya akan menjadi tentram jikalau engkau
selalu ingat kepada Allah!
Kita akan banyak
mempunyai banyak kebutuhan untuk fisik ita, tetapi kita pun memiliki kebutuhan
untuk qolbu kita. Karenanya, marilah kita mengarungi dunia ini sambil memenuhi
kebutuhan fisik dengan unsur duniawi, tetapi qolbu atau hati nurani kita tetap
tertambat kepada Zat Pemilik dunia. Dengan kata lain, tubuh sibuk dengan urusan
dunia, tetapi hati harus sibuk dengan Allah yang memiliki dunia. Inilah
sebenarnya yang paling harus kita lakukan.
Sekali kta salah
dalam mengelola hati – tubuh dan hati sama-sama sibuk dengan urusan dunia –
kita pun akan stress jadinya. Hari-hari pun akan senantiasa diliputi kecemasan.
Kita akan takut ada yang menghalangi, takut tidak kebagian, takut terjegal, dan
seterusnya. Ini semua diakibatkan oleh sibuknya seluruh jasmani dan rohani kita
dngan urusan dunia semata.
Inilah sebenarnya
yang sangat potensial membuat redupnya hati nurani. Kita sangat perlu
meningkatkan kewaspadaan agar jangan sampai mengalami musibah semacam ini.
Bagaimana caranya
agar kita mampu senantiasa membuat hati nurani ini tetap bercahaya? Secara umum
solusinya adalah sebagaimana yang diungkapkan di atas : kita harus senantiasa
berjuang sekuat-kuatnya agar hati ini jangan sampai terlalaikan dari mengingat
Allah. Mulailah dengan mengenali apa yang ada pada diri kita, lalu kenali apa
arti hidup ini. Dan semua ini bergantung kecermatan kepada ilmu. Kemudian
gigihlah untuk melatih diri mengamalkan sekecil apapun ilmu yang dimiliki
dengan ikhlas. Jangan lupa untuk selalu memilih lingkungan orang yang baik,
orang-orang yang shalih. Mudah-mudahan ikhtiar ini menjadi jalan bagi kita
untuk dapat lebih mengenal Allah, Zat yang telah menciptakan dan mengurus kita.
Dialah satu-satunya Zat Maha Pembolak-balik hati, yang sama sekali tidak
sesulit bagi-Nya untuk membalikan hati yang redup dan kusam menjadi terang
benderang dengan cahaya-Nya. Wallahu’alam.
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking