SELALU MENATA HATI
(Sumber : Tabloid MQ
EDISI 04/TH.1/AGUSTUS 2000)
Betapa indahnya
sekiranya kita memiliki qolbu yang senantiasa tertata, terpelihara, terawat
dengan sebaik-baiknya. Ibarat taman bunga yang pemiliknya mampu merawatnya
dengan penuh kesabaran dan ketelatenan. Alur-alur penanamannya tertata rapih.
Pengelompokan jenis dan warna bunganya berkombinasi secara artistik. Yang
ditanam hanya tanaman bunga yang memiliki warna-warni yang indah atau bahkan
yang menyemerbakan keharuman yang menyegarkan.
Rerumputan liar yang
tumbuh dibawahnya senantiasa disiangi. Parasit ataupun hama yang akan merusak
batang dan daunnya dimusnahkan. Tak lupa setiap hari disiraminya dengan merata,
dengan air yang bersih. Tak akan dibiarkan ada dahan yang patah atau ranting
yang mengering.
Walhasil, tanahnya
senantiasa gembur, tanaman bunga pun tumbuh dengan subur. Dedaunannya sehat
menghijau. Dan, subhanallah, bila pagi tiba manakala sang matahari naik
sepenggalah, dan saat titik-titik embun yang bergelayutan di ujung dedaunan
menagkap kilatan cahayanya, bunga-bunga itu, dengan aneka warnanya, mekar
merekah. Wewangian harumnya semerbak ke seantero taman, tak hanya tercium oleh
pemiliknya, tetapi juga oleh siapapun yang kebetulan berlalu dekat taman.
Sungguh, alangkah indah dan mengesankan.
Begitu pun qolbu yang
senantiasa tertata, terpelihara, serta terawat dengan sebaik-baiknya.
Pemiliknya akan senantiasa merasakan lapang, tenteram, tenang, sejuk, dan
indahnya hidup di dunia ini. Semua ini akan tersemburat pula dalam setiap
gerak-geriknya, perilakunya, tutur katanya, sunggingan senyumnya, tatapan
matanya, riak air mukanya, bahkan diamnya sekalipun.
Orang yang hatinya
tertata dengan baik tak pernah merasa resah gelisah, tak pernah bermuram durja,
tak pernah gundah gulana. Kemana pun pergi dan dimana pun berada, ia senantiasa
mampu mengendalikan hatinya. Dirinya senantiasa berada dalam kondisi damai dan
mendamaikan, tenang dan menenangkan, tenteram dan menenteramkan. Hatinya bagai
embun yang menggelayut di dedaunan di pagi hari, jernih, bersinar, sejuk, dan
menyegarkan. Hatinya tertambat bukan kepada barang-barang yang fana, melainkan
selalu ingat dan merindukan Zat yang Maha Memberi Ketenteraman, Allah Azza wa
Jalla.
Ia yakin dengan
keyakinan yang amat sangat bahwa hanya dengan mengingat dan merindukan Allah,
hanya dengan menyebut-nyebut namanya setiap saat, meyakini dan mengamalkan
ayat-ayat-Nya, maka hatinya menjadi tenteram. Tantangan apapun dihadapinya,
seberat apapun, diterimanya dengan ikhlas. Dihadapinya dengan sunggingan senyum
dan lapang dada. Baginya tak ada masalah sebab yang menjadi masalah hanyalah
caranya yang salah dalam menghadapi masalah.
Adalah kebalikannya
dengan orang yang berhati semrawut dan kusut masai. Ia bagaikan kamar mandi
yang kumuh dan tidak terpelihara. Lantainya penuh dengan kotoran. Lubang WC-nya
masih belepotan sisa kotoran. Dindingnya kotor dan kusam. Gayungnya bocor,
kotor, dan berlendir. Pintunya tak berselot. Krannya susah diputar dan air pun
sulit untuk mengalir. Tak ada gantungan. Baunya membuat setiap orang yang
menghampirinya menutup hidung. Sudah pasti setiap orang enggan memasukinya.
Kalaupun ada yang sudi memasukinya, pastilah karena tak ada pilihan lain dan
dalam keadaan yang sangat terdesak. Itu pun seraya menutup hidung dan
menghindarkan pandangan sebisa-bisanya.
Begitu pun keadaannya
dengan orang yang berhati kusam. Ia senantiasa tampak resah dan gelisah.
Hatinya dikotori dengan buruk sangka, dendam kesumat, licik, tak mau kompromi,
mudah tersinggung, tidak senang melihat orang lain berbahagia, kikir, dan
lain-lain penyakit hati yang terus menerus menumpuk, hingga sulit untuk
dihilangkan.
Sungguh, orang yang
berhati busuk seperti itu akan mendapatkan kerugian yang berlipat-lipat. Tidak
saja hatinya yang selalu gelisah, namun juga orang lain yang melihatnya pun
akan merasa jijik dan tidak akan menaruh hormat sedikit pun jua. Ia akan
dicibir dan dilecehkan orang. Ia akan tidak disukai, sehingga sangat mungkin
akan tersisih dari pergaulan. Terlepas siapa orangnya. Adakah ia orang berilmu,
berharta banyak, pejabat atau siapapun; kalau berhati busuk, niscaya akan
mendapat celaan dari masyarakat yang mengenalnya. Derajatnya pun mungkin akan
sama atau, bahkan, lebih hina dari pada apa yang dikeluarkan dari perutnya.
Bagi orang yang
demikian, selain derajat kemuliannya, akan jatuh di hadapan manusia, juga di
hadapan Allah. Ini dikarenakan hari-harinya selalu diwarnai dengan aneka
perbuatan yang mengundang dosa. Allah tidak akan pernah berlaku aniaya terhadap
makhluk-makhluknya. Sesungguhnyalah apa yang didapatkan seseorang itu, tidak
bisa tidak, merupakan buah dari apa yang diusahakannya.
"Dan bahwasannya
manusia tidak akan memperoleh (sesuatu), selain dari apa yang telah
diusahakannya. Dan bahwasannya kelak akan diperlihatkan (kepadanya), kemudian
akan diberikan balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna."
(QS. An Najm {53} : 39-41), demikian firman Allah Azza wa Jalla.
Kebaikan yang
ditunaikan dan kejahatan yang diperbuat seseorang pastilah akan kembali kepada
pelakunya. Jika berbuat kebaikan, maka ia akan mendapatkan pahala sesuai dengan
takaran yang telah dijanjikan-Nya. Sebaliknya, jika berbuat kejahatan, niscaya
ia akan mendapatkan balasan siksa sesuai dengan kadar kejahatan yang
dilakukannya. Sedangkan kebaikan dan kejahatan tidaklah bisa berhimpun dalam
satu kesatuan.
Orang yang hatinya
tertata rapih adalah orang yang telah berhasil merintis jalan ke arah kebaikan.
Ia tidak akan tergoyahkan dengan aneka rayuan dunia yang tampak menggiurkan. Ia
akan melangkah pada jalan yang lurus. Dititinya tahapan kebaikan itu hingga
mencapai titik puncak. Sementara itu ia akan berusaha sekuat-kuatnya untuk
berusaha sekuat-kuatnya untuk memelihara dirinya dari sikap riya, ujub, dan
perilaku rendah lainnya. Oleh karenanya, surga sebaik-baiknya tempat kembali,
tentulah telah disediakan bagi kepulangannya ke yaumil akhir kelak. Bahkan
ketika hidup di dunia yang singkat ini pun ia akan menikmati buah dari segala
amal baiknya.
Dengan demikian,
sungguh betapa beruntungnya orang yang senantiasa bersungguh-sungguh menata
hatinya karena berarti ia telah menabung aneka kebaikan yang akan segera
dipetik hasilnya dunia akhirat. Sebaliknya alangkan malangnya orang yang selama
hidupnya lalai dan membiarkan hatinya kusut masai dan kotor. Karena, jangankan
akhirat kelak, bahkan ketika hidup di dunia pun nyaris tidak akan pernah merasakan
nikmatnya hidup tenteram, nyaman, dan lapang.
Marilah kita
senantiasa melatih diri untuk menyingkirkan segala penyebab yang potensial bisa
menimbulkan ketidaknyamanan di dalam hati ini. Karena, dengan hati yang nyaman,
indah, dan lapang, niscaya akan membuat hidup ini terasa damai, karena
berseliwerannya aneka masalah sama sekali tidak akan pernah membuat dirinya
terjebak dalam kesulitan hidup karena selalu mampu menemukan jalan keluar
terbaiknya, dengan izin Allah. Insya Allah!***
(Jangan Lupa Jempolnya/like)
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking