WASPADAI TIPUAN SETAN
(Sumber : Tabloid MQ
EDISI 09/TH.1/JANUARI 2001)
Sahabat, sesungguhnya
dengan berakhirnya bulan Ramadhan yang mulia ini, kita harus merasa sangat
sedih karena siapa tahu kita tidak akan berjumpa lagi dengan Ramadhan yang akan
datang. Padahal peluang kita untuk bisa mulia dengan menggunakan sarana bulan ini
luar biasa besarnya. Satu hal lagi yang perlu diwaspadai yaitu setan terkutuk,
dilepas kembali. Ketika adzan Maghrib berkumandang menjelang malam takbiran,
itulah saatnya belenggu setan dibuka. Setan kembali lagi bebas dan pasti tidak
ada lagi pekerjaannya selain untuk menyesatkan anak cucu Adam. Betapa tidak!
Setan tidak terlihat wujudnya tetapi hasilnya jelas nyata. Akibatnya siapa saja
yang tergoda dan dirasuki bisikannya, pasti akan sengsara di dunia maupun di
akhirat. Setan pun tidak punya pekerjaan lain selain menipu dan menjerumuskan
manusia. Sedangkan kita begitu tersibuki oleh berbagai kegiatan duniawi.
Sementara itu sang setan ternyata banyak sekali temannya sehingga dengan mudah
dapat mengganggu kita sedangkan kita seorang diri melawannya. Karenanya jangan
heran kalau banyak manusia di dunia ini menjadi korban tipu muslihat setan.
Bisa jadi termasuk kita sendiri. Naudzubillaah!
Oleh karena itu,
berikut ini kita akan ungkapkan beberapa tipuan setan yang mungkin akan segera
menyergap kita. Satu hal yang harus kita ketahui bahwa kendaraan setan yang
telah tersedia pada setiap diri anak Adam adalah nafsu.
Jadi, setan tidak
akan mengakali kita kecuali lewat hawa nafsu. Sedangkan nafsu mempunyai tiga
macam tabiat, yakni :
Pertama, hawa nafsu
itu senang akan penghargaan, pujian, kemuliaan, kehormatan, dan harga diri.
Setan senantiasa akan memperdaya diri kita melalui harga diri dan kehormatan.
Demi mempertahankan kehormatan dan harga diri biasanya kita akan dibisiki setan
untuk selalu berpenampilan hebat dengan pakainan mahal-mahal, kendaraan mewah
dan sebagainya. Pendek kata, dari hari ke hari kita akan disibukkan oleh tipuan
setan tersebut sehingga tidak akan segan-segan untuk mengeluarkan uang
berapapun hanya karena ingin dihargai manusia tanpa peduli bagaimanan
pertimbangan hisabnya di akhirat kelak.
Bukan tidak boleh
kita menjaga penampilan, karena tampil dan serasi itu bagus. Bahkan Syeikh
Abdul Qadir, seorang tokoh tasawuf dan ulama salaf, kalau bepergian selalu
menjaga kebersihan dan penampilan. Akan tetapi, ia benar-benar memperhitungkan
timbangan hisabnya.
Berbeda halnya dengan
orang yang sudah terkelabui setan. Ia tak akan pernah peduli dengan
pertimbangan hisab di akhirat. Shidqah sedikit, atau bahkan tidak pernah,
tetapi kalau belanja ke supermarket habis-habisan. Pergi ke tempat ibadah
jarang-jarang, tetapi bertamasya ke tempat-tempat yang jauh dan menghabiskan
biaya besar seolah telah menjadi kegiatan rutin.
Demi menjaga harga
diri dan gengsi biasanya kita sering over acting. Jika marah tampak lebih
emosional agar mereka tahu bahwa kita adalah orang yang berkuasa dan mempunyai
kedudukan. Bahkan tidak jarang dengan mudahnya meremehkan dan merendahkan orang
lain hanya untuk menunjukkan bahwa kita bukan remeh dan tidak rendah. Semua itu
adalah tipuan setan belaka!
Oleh karena itu,
supaya kita tidak terjerumus menjadi orang yang sombong dan takabur, kuncinya
adalah tawadhu karena sesungguhnyalah kemuliaan itu datang dari kerendahan
hati. Bukankah kita sendiri merasa muak melihat orang yang sombong, penuh
keangkuhan, dan gemar menyebut-nyebut kehebatan dirinya?
Kedua, setan selalu
membisiki kita agar mengumbar nikmat. Semua indera kita ini memang sangat
senang akan aneka nikmat, seperti nikmat syahwat, makanan, keindahan,
perkataan, dan lain-lain.
Nikmat makanan
membuat kita semakin banyak berkeinginan untuk memakan makanan yang enak-enak,
tidak peduli halal atau haram. Oleh karenanya, disunnahkan melaksanakan shaum
selama enam hari mulai hari kedua setelah Idul Fitri, yang pahalanya sama
dengan shaum setahun.
Nikmat pendengaran
membuat kita cenderung untuk senang mendengarkan musik. Karenanya, kita harus
mengimbanginya dengan sering-sering mendengarkan pengajian dan ceramah.
Bagi yang suka
berpacaran, biasanya cenderung hanya unyuk mencari kenikmatan dan kepuasan
syahwat belaka. Mata ini memang suka kepada sesuatu yang cantik dan indah,
sehingga banyak membuat kita berkeinginan untuk melihat wanita baik langsung
maupun yang terpampang di majalah-majalah dan iklan-iklan di televisi.
Karenanya, nafsu syahwat ini harus mampu kita tahan karena mengumbar kenikmatan
itu ibarat meminum air laut, semakin banyak diminum, semakin haus kita
dibuatnya.
Sementara itu, nikmat
mulut membuat kita cenderung ingin selalu berbicara banyak-banyak. Bila sudah
berbicara, sungguh terasa nikmat, sehingga tak ingin berhenti. Oleh karena itu,
kita harus mampu menahan dan mengimbanginya dengan bayak-banyak bertadarus Al
Qur’an.
Sahabat, ketahuilah
bahwa semua yang cenderung nikmat itu akan selalu terus menerus dikejar setan,
sehingga dapat melenakan kita. Kuncinya adalah berusaha menahan diri jangan
sampai setiap keinginan kita dilanjutkan. Hendaknya setiap kita akan
melaksanakan sesuatu itu bertanya dulu. Apakah makanan ini halal, haram, atau
syubhat? Kalau boleh dimakan, makanlah jangan sampai berlebihan. Semua ini
tiada lain untuk melatih diri kita agar tidak sampai diperbudak oleh hawa nafsu
yang sudah dikendalikan setan.
Ketiga, hawa nafsu
paling malas kepada taat. Setan pasti akan selalu memperdaya agar malas kepada
taat. Shalat malas, pergi ke masjid malas, apalagi tahajud, sangat enggan untuk
bangun tidur. Baca Qur’an malas. Kalau pun kita bershidqah, pasti akan dibisiki
setan agar menjadi riya.
Memang, kita akan
sangat mudah diperdaya setan melalui sarana sifat malas ini. Karena hanya sifat
ini yang sangat mudah dimainkan sang setan. Saat muncul rasa malas untuk
beribadah, biasanya otak pun ikut berputar segera mencarikan dalih ataupun
alasan yang dipandang logis dan rasional, sehingga yang nampak nantinya bahwa
enggan mengerjakan sesuatu ibadah itu karena memang jelas alasannya, bukan
lantaran malas. Ah, betapa setan pintar sekali mengelabui kita.
Nah, untuk memblokade
bisikan setan tersebut, usahakanlah kita selalu segera berbuat hal sebaliknya
dari yang diingini si malas. Bila kita mendengar adzan berkumandang, maka
usahakanlah sekuat tenaga menunda atau menghentikan pekerjaan yang sedang
digarap, untuk kemudian lekas-lekas pergi ke masjid. Bahkan akan lebih baik
lagi jika kita selalui mengetahui jadwal waktu shalat, lalu menetapkan 15 menit
sebelum tiba waktu shalat, kita sudah menghentikan segala bentuk pekerjaan
untuk bersiap-siap pergi ke masjid.
Demikian juga kalau
malam tiba, tetap mengusahakan sepertiga akhir malam untuk mendirikan shalat
tahajud karena dengan tahajud hidup kita akan terpelihara dalam kemuliaan.
Setiap pagi usahakan menyediakan uang receh untuk diinfaqkan karena dengan
infaq kita akan tertolak dari bencana dan mati dalam keadaan suul khatimah.
Usahakan pula kita selalu membawa Qur’an kecil untuk dibaca sewaktu-waktu di
sela-sela pekerjaan kita. Bila kita istiqamah membacanya walaupun hanya
beberapa ayat saja, Insya Allah akan menjadi karomah bagi kita. Semua ini
merupakan ikhtiar kita dalam menghadang gempuran-gempuran setan yang memang tak
kenal lelah.
Ingatlah bahwa setan
hanya mampu mempengaruhi kita dengan bisikan. Tak ada setan yang menerkam kita.
Hati ini menjadi rusak karena kita kalah dan tak berdaya menghadapi bisikannya
yang memang tidak terasa dan tanpa kita sadari. Oleh karena itu, bila muncul rasa
malas untuk beribadah, itu berarti bisikkan setan tengah merasuk menguasai
hati. Segeralah lawan dengan segenap kemampuan dengan cara melakukan ibadah
yang dimalaskan tersebut. Sekali lagi, bangun dan lawan!
Latihlah diri kita
agar jangan sampai diperbudak oleh segala bentuk kenikmatan. Latihlah diri kita
agar selalu dalam keadaan taat kepada Allah. Dan jangan lupa, berlindunglah
selalu kepada-Nya dari segala godaan setan yang terkutuk, niscaya kita akan
diberi kekuatan untuk terhindar dari segala tipuan setan. Insya Allah!***
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking