Dahsyatnya Sedekah
K.H. Abdullah Gymnastiar (Aa.Gym)
K.H. Abdullah Gymnastiar (Aa.Gym)
Dimanakah letak
kedahsyatan hamba-hamba Allah yang bersedekah? Dikisahkan dalam sebuah hadits
yang diriwayatkan oleh Turmudzi dan Ahmad, sebagai berikut :
Tatkala Allah SWT
menciptakan bumi, maka bumi pun bergetar. Lalu Allah pun menciptkana gunung
dengan kekuatan yang telah diberikan kepadanya, ternyata bumi pun terdiam. Para
malaikat terheran-heran akan penciptaan gunung tersebut. Kemudian mereka
bertanya? "Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat
dari pada gunung?"
Allah menjawab, "Ada,
yaitu besi" (Kita mafhum bahwa gunung batu pun bisa menjadi rata
ketika dibor dan diluluhlantakkan oleh buldozer atau sejenisnya yang terbuat
dari besi).
Para malaikat pun
kembali bertanya, "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang
lebih kuat dari pada besi?"
Allah yang Mahasuci
menjawab, "Ada, yaitu api" (Besi, bahkan baja bisa menjadi
cair, lumer, dan mendidih setelah dibakar bara api).
Bertanya kembali para
malaikat, "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat
dari pada api?"
Allah yang Mahaagung
menjawab, "Ada, yaitu air" (Api membara sedahsyat apapun,
niscaya akan padam jika disiram oleh air).
"Ya Rabbi adakah
sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari air?" Kembali bertanya
para malaikta.
Allah yang Mahatinggi
dan Mahasempurna menjawab, "Ada, yaitu angin" (Air di samudera
luas akan serta merta terangkat, bergulung-gulung, dan menjelma menjadi
gelombang raksasa yang dahsyat, tersimbah dan menghempas karang, atau
mengombang-ambingkan kapal dan perahu yang tengah berlayar, tiada lain karena
dahsyatnya kekuatan angin. Angin ternyata memiliki kekuatan yang teramat
dahsyat).
Akhirnya para
malaikat pun bertanya lagi, "Ya Allah adakah sesuatu dalam
penciptaan-Mu yang lebih dari semua itu?"
Allah yang Mahagagah
dan Mahadahsyat kehebatan-Nya menjawab, "Ada, yaitu amal anak Adam yang
mengeluarkan sedekah dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya tidak
mengetahuinya."
Artinya, orang yang
paling hebat, paling kuat, dan paling dahsyat adalah orang yang bersedekah
tetapi tetap mampu menguasai dirinya, sehingga sedekah yang dilakukannya
bersih, tulus, dan ikhlas tanpa ada unsur pamer ataupun keinginan untuk
diketahui orang lain.
Inilah gambaran yang
Allah berikan kepada kita bagaimana seorang hamba yang ternyata mempunyai
kekuatan dahsyat adalah hamba yang bersedekah, tetapi tetap dalam kondisi
ikhlas. Karena naluri dasar kita sebenarnya selalu rindu akan pujian,
penghormatan, penghargaan, ucapan terima kasih, dan sebagainya. Kita pun selalu
tergelitik untuk memamerkan segala apa yang ada pada diri kita ataupun segala
apa yang bisa kita lakukan. Apalagi kalau yang ada pada diri kita atau yang
tengah kita lakukan itu berupa kebaikan.
Karenanya, tidak usah
heran, seorang hamba yang bersedekah dengan ikhlas adalah orang-orang yang
mempunyai kekuatan dahsyat. Sungguh ia tidak akan kalah oleh aneka macam selera
rendah, yaitu rindu pujian dan penghargaan.
Apalagi kedahsyatan
seorang hamba yang bersedekah dengan ikhlas? Pada suatu hari datang kepada
seorang ulama dua orang akhwat yang mengaku baru kembali dari kampung
halamannya di kawasan Jawa Tengah. Keduanya kemudian bercerita mengenai sebuah
kejadian luar biasa yang dialaminya ketika pulang kampung dengan naik bis antar
kota beberapa hari sebelumnya. Di tengah perjalanan bis yang ditumpanginya
terkena musibah, bertabrakan dengan dahsyatnya. Seluruh penumpang mengalami
luka berat. Bahkan para penumpang yang duduk di kurs-kursi di dekatnya meninggal
seketika dengan bersimbah darah. Dari seluruh penumpang tersebut hanya dua
orang yang selamat, bahkan tidak terluka sedikit pun. Mereka itu, ya kedua
akhwat itulah. Keduanya mengisahkan kejadian tersebut dengan menangis
tersedu-sedu penuh syukur.
Mengapa mereka
ditakdirkan Allah selamat tidak kurang suatu apa? Menurut pengakuan keduanya,
ada dua amalan yang dikerjakan keduanya ketika itu, yakni ketika hendak
berangkat mereka sempat bersedekah terlebih dahulu dan selama dalam perjalanan
selalu melafazkan zikir.
Sahabat, tidaklah
kita ragukan lagi, bahwa inilah sebagian dari fadhilah (keutamaan) bersedekah.
Allah pasti menurunkan balasannya disaat-saat sangat dibutuhkan dengan jalan
yang tidak pernah disangka-sangka.
Allah Azza wa Jalla
adalah Zat yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang kepada semua hamba-Nya. Bahkan
kepada kita yang pada hampir setiap desah nafas selalu membangkang terhadap
perintah-Nya pada hampir setiap gerak-gerik kita tercermin amalan yang
dilarang-Nya, toh Dia tetap saja mengucurkan rahmat-Nya yang tiada terkira.
Segala amalan yang
kita perbuat, amal baik ataupun amal buruk, semuanya akan terpulang kepada
kita. Demikian juga jika kita berbicara soal harta yang kini ada dalam
genggaman kita dan kerapkali membuat kita lalai dan alpa. Demi Allah, semua ini
datangnya dari Allah yang Maha Pemberi Rizki dan Mahakaya. Dititipkan-Nya
kepada kita tiada lain supaya kita bisa beramal dan bersedekah dengan sepenuh
ke-ikhlas-an semata-mata karena Allah. Kemudian pastilah kita akan mendapatkan
balasan pahala dari pada-Nya, baik ketika di dunia ini maupun saat
menghadap-Nya kelak.
Dari pengalaman
kongkrit kedua akhwat ataupun kutipan hadits seperti diuraikan di atas, dengan
penuh kayakinan kita dapat menangkap bukti yang dijanjikan Allah SWT dan Rasul-Nya,
bahwa sekecil apapun harta yang disedekahkan dengan ikhlas, niscaya akan tampak
betapa dahsyat balasan dari-Nya.
Inilah barangkali
kenapa Rasulullah menyerukan kepada para sahabatnya yang tengah bersiap pergi
menuju medan perang Tabuk, agar mengeluarkan infaq dan sedekah. Apalagi pada
saat itu Allah menurunkan ayat tentang sedekah kepada Rasulullah SAW,
"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah adalah seupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh
bulir, pada tiap-tiap bulir; seratus biji Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi
siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha
Mengetahui," demikian firman-Nya (QS. Al-Baqarah [2] : 261).
Seruan Rasulullah itu
disambut seketika oleh Abdurrahman bin Auf dengan menyerahkan empat ribu dirham
seraya berkata, "Ya, Rasulullah. Harta milikku hanya delapan ribu dirham.
Empat ribu dirham aku tahan untuk diri dan keluargaku, sedangkan empat ribu
dirham lagi aku serahkan di jalan Allah."
"Allah
memberkahi apa yang engkau tahan dan apa yang engkau berikan," jawab
Rasulullah.
Kemudian datang
sahabat lainnya, Usman bin Affan. "Ya, Rasulullah. Saya akan melengkapi
peralatan dan pakaian bagi mereka yang belum mempunyainya," ujarnya.
Adapun Ali bin Abi
Thalib ketika itu hanya memiliki empat dirham. Ia pun segera menyedekahkan satu
dirham waktu malam, satu dirham saat siang hari, satu dirham secara
terang-terangan, dan satu dirham lagi secara diam-diam.
Mengapa para sahabat
begitu antusias dan spontan menyambut seruan Rasulullah tersebut? Ini tiada
lain karena yakin akan balasan yang berlipat ganda sebagaimana telah dijanjikan
Allah dan Rasul-Nya. Medan perang adalah medan pertaruhan antara hidup dan mati.
Kendati begitu para sahabat tidak ada yang mendambakan mati syahid di medan
perang, karena mereka yakin apapun yang terjadi pasti akan sangat menguntungkan
mereka. Sekiranya gugur di tangan musuh, surga Jannatu na’im telah siap menanti
para hamba Allah yang selalu siap berjihad fii sabilillaah. Sedangkan andaikata
selamat dapat kembali kepada keluarga pun, pastilah dengan membawa kemenangan
bagi Islam, agama yang haq!
Lalu, apa kaitannya
dengan memenuhi seruan untuk bersedekah? Sedekah adalah penolak bala, penyubur
pahala dan pelipat ganda rizki; sebutir benih menumbuhkan tujuh bulir, yang
pada tiap-tiap bulir itu terjurai seratus biji. Artinya, Allah yang Mahakaya
akan membalasnya hingga tujuh ratus kali lipat. Masya Allah!
Sahabat, betapa
dahsyatnya sedekah yang dikeluarkan di jalan Allah yang disertai dengan hati
ikhlas, sampai-sampai Allah sendiri membuat perbandingan, sebagaimana tersurat
dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, seperti yang
dikemukakan di awal tulisan ini.***
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking