IKHTIAR MENGGAPAI
BENING HATI
(Sumber : Koran Kecil
MQ EDISI 06/TH.1/2001)
Keberuntungan
memiliki hati yang bersih, sepatutnya membuat diri kita berpikir keras setiap
hari menjadikan kebeningan hati ini menjadi aset utama untuk menggapai
kesuksesan dunia dan akhirat kita. Subhanallaah, betapa kemudahan dan keindahan
hidup akan senantiasa meliputi diri orang yang berhati bening ini. Karena itu
mulai detik ini bulatkanlah tekad untuk bisa menggapainya, susun pula program
nyata untuk mencapainya. Diantara program yang bisa kita lakukan untuk
menggapai hidup indah dan prestatif dengan bening hati adalah :
1. Ilmu
Carilah terus ilmu
tentang hati, keutamaan kebeningan hati, kerugian kebusukan hati, bagaimana
perilaku dan tabiat hati, serta bagaimana untuk mensucikannya. Diantara ikhtiar
yang bisa kita lakukan adalah dengan cara mendatangi majelis taklim, membeli
buku-buku yang mengkaji tentang kebeningan hati, mendengarkan ceramah-ceramah
berkaitan dengan ilmu hati, baik dari kaset maupun langsung dari nara
sumbernya. Dan juga dengan cara berguru langsung kepada orang yang sudah memahami
ilmu hati ini dengan benar dan ia mempraktekannya dalam kehidupan
sehari-harinya. Harap dimaklumi, ilmu hati yang disampaikan oleh orang yang
sudah menjalaninya akan memiliki kekuatan ruhiah besar dalam mempengaruhi orang
yang menuntut ilmu kepadanya. Oleh karenanya, carilah ulama yang dengan gigih
mengamalkan ilmu hati ini.
2. Riyadhah atau
Melatih Diri
Seperti kata pepatah,
“alah bisa karena biasa”. Seseorang mampu melakukan sesuatu dengan optimal
salah satunya karena terlatih atau terbiasa melakukannya. Begitu pula upaya
dalam membersihkan hati ini, ternyata akan mampu dilakukan dengan optimal
jikalau kita terus-menerus melakukan riyadhah (latihan). Adapun bentuk latihan
diri yang dapat kita lakukan untuk menggapai bening hati ini adalah
Menilai kekurangan
atau keburukan diri.
Patut diketahui bahwa
bagaimana mungkin kita akan mengubah diri kalau kita tidak tahu apa-apa yang
harus kita ubah, bagaimana mungkin kita memperbaiki diri kalau kita tidak tahu
apa yang harus diperbaiki. Maka hal pertama yang harus kita lakukan adalah
dengan bersungguh-sungguh untuk belajar jujur mengenal diri sendiri, dengan
cara
Memiliki waktu khusus
untuk tafakur.
Setiap ba’da shalat
kita harus mulai berpikir; saya ini sombong atau tidak? Apakah saya ini riya
atau tidak? Apakah saya ini orangnya takabur atau tidak? Apakah saya ini
pendengki atau bukan? Belajarlah sekuat tenaga untuk mengetahui diri ini
sebenarnya. Kalau perlu buat catatan khusus tentang kekurangan-kekurangan diri
kita, (tentu saja tidak perlu kita beberkan pada orang lain). Ketahuilah bahwa
kejujuran pada diri ini merupakan modal yang teramat penting sebagai langkah
awal kita untuk memperbaiki diri kita ini
Memiliki partner.
Kawan sejati yang
memiliki komitmen untuk saling mengkoreksi semata-mata untuk kebaikan bersama
yang memiliki komitmen untuk saling mewangikan, mengharumkan, memajukan, dan
diantaranya menjadi cermin bagi satu yang lainnya. Tidak ada yang
ditutup-tutupi. Tentu saja dengan niat dan cara yang benar, jangan sampai malah
saling membeberkan aib yang akhirnya terjerumus pada fitnah. Partner ini bisa
istri, suami, adik, kakak, atau kawan-kawan lain yang memiliki tekad yang sama
untuk mensucikan diri. Buatlah prosedur yang baik, jadwal berkala, sehingga
selain mendapatkan masukan yang berharga tentang diri ini dari partner kita,
kita juga bisa menikmati proses ini secara wajar.
Mamfaatkan orang yang
tidak menyukai kita.
Mengapa? Tiada lain
karena orang yang membenci kita ternyata memiliki kesungguhan yang lebih
dibanding orang yang lain dalam menilai, memperhatikan, mengamati, khususnya
dalam hal kekurangan diri. Hadapi mereka dengan kepala dingin, tenang, tanpa
sikap yang berlebihan. Anggaplah mereka sebagai aset karunia Allah yang perlu
kita optimalkan keberadannya. Karenanya, jadikan apapun yang mereka katakan,
apapun yang mereka lakukan, menjadi bahan perenungan, bahan untuk ditafakuri,
bahan untuk dimaafkan, dan bahan untuk berlapang hati dengan membalasnya justru
oleh aneka kebaikan. Sungguh tidak pernah rugi orang lain berbuat jelek kepada diri
kita. Kerugian adalah ketika kita berbuat kejelekkan kepada orang lan.
Tafakuri kejadian
yang ada di sekitar kita.
Kejadian di negara,
tingkah polah para pengelola negara, akhlak pipmpinan negara, atau tokoh apapun
dan siapa pun di negeri ini. Begitu banyak yang dapat kita pelajari dan
tafakuri dari mereka, baik dalam hal kebaikan ataupun kejelekkan/kesalahan
(tentu untuk kita hindari kejelekkan/kesalahan serupa). Selain itu, dari
orang-orang yang ada di sekitar kita, seperti teman, tetangga, atau tamu, yang
mereka itu merupakan bahan untuk ditafakuri. Mana yang menyentuh hati, kita
menaruh rasa hormat, kagum, kepada mereka. Mana yang akan melukai hati, mendera
perasaan, mencabik qalbu, karena itu juga bisa jadi bahan contoh, bahan
perhatian, lalu tanyalah pada diri kita, mirip yang mana? Tidak usah kita
mencemooh orang lain, tapi tafakuri perilaku orang lain tersebut dan cocokkan
dengan keadaan kita. Ubahlah sesuatu yang dianggap melukai, seperti yang kita
rasakan, kepada sesuatu yang menyenangkan. Sesuatu yang dianggap mengagumkan,
kepada perilaku kita spereti yang kita kagumi tersebut. Mudah-mudahan dengan
riyadhah tahap awal ini kita mulai mengenal, siapa sebenarnya diri kita? ***
Jangan Lupa Jempolnya/Like
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking