Keluarga Kunci
Kesuksesan
K.H. Abdullah Gymnastiar (Aa.Gym)
K.H. Abdullah Gymnastiar (Aa.Gym)
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Seringkali kita dengar orang-orang yang membangun
karir bertahun-tahun akhirnya terpuruk oleh kelakuan keluarganya. Ada yang dimuliakan di kantornya tapi dilumuri aib oleh anak-anaknya sendiri, ada yang cemerlang karirnya di perusahaan tapi akhirnya pudar oleh perilaku istrinya dan anaknya. Ada juga yang populer di kalangan masyarakat tetapi tidak populer di hadapan keluarganya. Ada yang disegani dan dihormati di lingkungannya tapi oleh anak istrinya sendiri malah
dicaci, sehingga kita butuh sekali keseriusan untuk menata strategi yang tepat, guna meraih kesuksesan yang benar-benar hakiki. Jangan sampai kesuksesan kita semu. Merasa sukses padahal gagal, merasa mulia padahal hina, merasa terpuji padahal buruk, merasa cerdas padahal bodoh, ini tertipu!
Seringkali kita dengar orang-orang yang membangun
karir bertahun-tahun akhirnya terpuruk oleh kelakuan keluarganya. Ada yang dimuliakan di kantornya tapi dilumuri aib oleh anak-anaknya sendiri, ada yang cemerlang karirnya di perusahaan tapi akhirnya pudar oleh perilaku istrinya dan anaknya. Ada juga yang populer di kalangan masyarakat tetapi tidak populer di hadapan keluarganya. Ada yang disegani dan dihormati di lingkungannya tapi oleh anak istrinya sendiri malah
dicaci, sehingga kita butuh sekali keseriusan untuk menata strategi yang tepat, guna meraih kesuksesan yang benar-benar hakiki. Jangan sampai kesuksesan kita semu. Merasa sukses padahal gagal, merasa mulia padahal hina, merasa terpuji padahal buruk, merasa cerdas padahal bodoh, ini tertipu!
Penyebab kegagalan
seseorang diantaranya :
·
Karena
dia tidak pernah punya waktu yang memadai
untuk mengoreksi dirinya. Sebagian orang terlalu sibuk dengan kantor, urusan luar dari dirinya akibatnya dia kehilangan fondasi yang kokoh. Karena orang tidak bersungguh-sungguh menjadikan keluarga sebagai basis yang penting untuk kesuksesan.
untuk mengoreksi dirinya. Sebagian orang terlalu sibuk dengan kantor, urusan luar dari dirinya akibatnya dia kehilangan fondasi yang kokoh. Karena orang tidak bersungguh-sungguh menjadikan keluarga sebagai basis yang penting untuk kesuksesan.
·
Sebagian
orang hanya mengurus keluarga dengan sisa waktu, sisa pikiran, sisa tenaga,
sisa perhatian, sisa perasaan, akibatnya seperti bom waktu. Walaupun uang
banyak tetapi miskin hatinya. Walaupun kedudukan tinggi tapi rendah keadaan
keluarganya.
Oleh karena itulah,
jikalau kita ingin sukses, mutlak bagi kita untuk sangat serius membangun
keluarga sebagai basis (base), Kita harus jadikan keluarga kita menjadi basis
ketentraman jiwa. Bapak pulang kantor begitu lelahnya harus rindu rumahnya
menjadi oase ketenangan. Anak pulang dari sekolah harus merindukan suasana aman
di rumah. Istri demikian juga. Jadikan rumah kita menjadi oase ketenangan,
ketentraman, kenyamanan sehingga bapak, ibu dan anak sama-sama senang dan betah
tinggal dirumah.
Agar rumah kita
menjadi sumber ketenangan, maka perlu diupayakan:
·
Jadikan
rumah kita sebagai rumah yang selalu dekat dengan Allah SWT, dimana di dalamnya
penuh dengan aktivitas ibadah; sholat, tilawah qur'an dan terus menerus
digunakan untuk memuliakan agama Allah, dengan kekuatan iman, ibadah dan amal
sholeh yang baik, maka rumah tersebut dijamin akan menjadi sumber ketenangan.
·
Seisi
rumah Bapak, Ibu dan anak harus punya kesepakatan untuk mengelola perilakunya,
sehingga bisa menahan diri agar anggota keluarga lainnya merasa aman dan tidak
terancam tinggal di dalam rumah itu, harus ada kesepakatan diantara anggota
keluarga bagaimana rumah itu tidak sampai menjadi sebuah neraka.
·
Rumah
kita harus menjadi "Rumah Ilmu" Bapak, Ibu dan anak setelah keluar
rumah, lalu pulang membawa ilmu dan pengalaman dari luar, masuk kerumah
berdiskusi dalam forum keluarga; saling bertukar pengalaman, saling memberi
ilmu, saling melengkapi sehingga menjadi sinergi ilmu. Ketika keluar lagi dari
rumah terjadi peningkatan kelimuan, wawasan dan cara berpikir akibat masukan
yang dikumpulkan dari luar oleh semua anggota keluarga, di dalam rumah diolah,
keluar rumah jadi makin lengkap.
·
Rumah
harus menjadi "Rumah pembersih diri" karena tidak ada orang yang
paling aman mengoreksi diri kita tanpa resiko kecuali anggota keluarga kita.
Kalau kita dikoreksi di luar resikonya terpermalukan, aib tersebarkan tapi
kalau dikoreksi oleh istri, anak dan suami mereka masih bertalian darah, mereka
akan menjadi pakaian satu sama lain.Oleh karena itu,barangsiapa yang ingin
terus menjadi orang yang berkualitas, rumah harus kita sepakati menjadi rumah
yang saling membersihkan seluruh anggota keluarga. Keluar banyak kesalahan dan
kekurangan, masuk kerumah saling mengoreksi satu sama lain sehingga keluar dari
rumah, kita bisa mengetahui kekurangan kita tanpa harus terluka dan tercoreng
karena keluarga yang mengoreksinya.
·
Rumah
kita harus menjadi sentra kaderisasi sehingga Bapak-Ibu mencari nafkah, ilmu,
pengalaman wawasan untuk memberikan yang terbaik kepada anak-anak kita sehingga
kualitas anak atau orang lain yang berada dirumah kita, baik anak kandung, anak
pungut atau orang yang bantu-bantu di rumah, siapa saja akan meningkatkan
kualitasnya. Ketika kita mati, maka kita telah melahirkan generasi yang lebih
baik. Tenaga, waktu dan pikiran kita pompa untuk melahirkan generasi-generasi
yang lebih bermutu, kelak lahirlah kader-kader pemimpin yang lebih baik. Inilah
sebuah rumah tangga yang tanggung jawabnya tidak hanya pada rumah tangganya tapi
pada generasi sesudahnya serta bagi lingkungannya.
Jangan Lupa Jempolnya/Like
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking