MENIKMATI KRITIK
& CELAAN
(Sumber : Majalah
FSMQ EDISI 08/TH.1/FEBRUARI 2000)
Kejernihan dan
kekotoran hati seseorang akan tampak jelas tatkala dirinya ditimpa kritik,
celaan, atau penghinaan orang lain. Bagi orang yang lemah akal dan imannya,
niscaya akan mudah goyah dan resah. Ia akan sibuk menganiaya diri sendiri
dengan memboroskan waktu untuk memikirkan kemungkinan melakukan pembalasan.
Mungkin dengan cara-cara mengorek-ngorek pula aib lawannya tersebut atau
mencari dalih-dalih untuk membela diri, yang ternyata ujung dari perbuatannya
tersebut hanya akan membuat dirinya semakin tenggelam dalam kesengsaraan batin
dan kegelisahan.
Persis seperti orang
yang sedang duduk di sebuah kursi sementara di bawahnya ada seekor ular berbisa
yang siap mematuk kakinya. Tiba-tiba datang beberapa orang yang memberitahukan
bahaya yang mengancam dirinya itu. Yang seorang menyampaikannya dengan cara
halus, sedangkan yang lainnya dengan cara kasar. Namun, apa yang terjadi?
Setelah ia mendengar pemberitahuan itu, diambilnya sebuah pemukul, lalu
dipukulkannya, bukan kepada ular namun kepada orang-orang yang memberitahukan
adanya bahaya tersebut.
Lain halnya dengan
orang yang memiliki kejernihan hati dan ketinggian akhlak. Ketika datang badai
kritik, celaan, serta penghinaan seberat atau sedahsyat apapun, dia tetap
tegar, tak goyah sedikit pun. Malah ia justru dapat menikmati karena yakin
betul bahwa semua musibah yang menimpanya tersebut semata-mata terjadi dengan
seijin Allah Azza wa Jalla.
Allah tahu persis
segala aib dan cela hamba-Nya dan Dia berkenan memberitahunya dengan cara apa
saja dan melalui apa saja yang dikehendaki-Nya. Terkadang terbentuk nasehat
yang halus, adakalanya lewat obrolan dan guyonan seorang teman, bahkan tak
jarang berupa cacian teramat pedas dan menyakitkan. Ia pun bisa muncul melalui
lisan seorang guru, ulama, orang tua, sahabat, adik, musuh, atau siapa saja.
Terserah Allah.
Jadi, kenapa kita
harus merepotkan diri membalas orang-orang yang menjadi jalan keuntungan bagi
kita? Padahal seharusnya kita bersyukur dengan sebesar-besar syukur karena
tanpa kita bayar atau kita gaji mereka sudi meluangkan waktu memberitahu segala
kejelekkan dan aib yang mengancam amal-amal shaleh kita di akhirat kelak.
Karenanya, jangan
aneh jika kita saksikan orang-orang mulia dan ulama yang shaleh ketika dihina
dan dicaci, sama sekali tidak menunjukkan perasaan sakit hati dan keresahan.
Sebaliknya, mereka malahan bersikap penuh dengan kemuliaan, memaafkan dan
bahkan mengirimkan hadiah sebagai tanda terima kasih atas pemberitahuan ihwal
aib yang justru tidak sempat terlihat oleh dirinya sendiri, tetapi dengan penuh
kesungguhan telah disampaikan oleh orang-orang yang tidak menyukainya.
Sahabat, bagi kita
yang berlumur dosa ini, haruslah senantiasa waspada terhadap pemberitahuan dari
Allah yang setiap saat bisa datang dengan berbagai bentuk.
Ketahuilah, ada tiga
bentuk sikap orang yang menyampaikan kritik. Pertama, kritiknya benar dan
caranya pun benar. Kedua, kritiknya benar, tetapi caranya menyakitkan. Dan
ketiga, kritiknya tidak benar dan caranya pun menyakitkan.
Bentuk kritik yang
manapun datang kepada kita, semuanya menguntungkan. Sama sekali tidak
menjatuhkan kemuliaan kita dihadapan siapapun, sekiranya sikap kita dalam
menghadapinya penuh dengan kemuliaan sesuai dengan ketentuan Allah SWT. Karena,
sesungguhnya kemuliaan dan keridhaan-Nyalah yang menjadi penentu itu.
Allah SWT berfirman,
"Dan janganlah engkau berduka cita karena perkataan mereka. Sesungguhnya
kekuatan itu bagi Allah semuanya. Dia Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui." (QS. Yunus [10] : 65)
Ingatlah, walaupun
bergabung jin dan manusia menghina kita, kalau Allah menghendaki kemuliaan
kepada diri kita, maka tidak akan membuat diri kita menjadi jatuh ke lembah
kehinaan. Apalah artinya kekuatan sang mahluk dibandingkan Khalik-nya? Manusia
memang sering lupa bahwa qudrah dan iradah Allah itu berada di atas segalanya.
Sehingga menjadi sombong dan takabur, seakan-akan dunia dan isinya ini berada
dalam genggaman tangannya. Naudzubillaah!!!
Padahal, Allah Azza
wa Jalla telah berfirman, "Katakanlah, Wahai Tuhan yang mempunyai
kerajaan. Engkau berikan kerajaan kepada orang Kau kehendaki dan Engkau cabut
kerajaan dari orang yang Kau kehendaki. Engkau muliakan yang Kau kehendaki dan
Engkau hinakan orang yang Kau Kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan.
Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu." (QS. Ali ‘Imran [3] :
26)***
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking